Struktur Teks Laporan Hasil Observasi

 
Struktur Teks Laporan Hasil Observasi

Menguraikan Struktur Teks Laporan Hasil Observasi

Struktur teks laporan hasil observasi terdiri atas pernyataan umum (klasifikasi dan definisi), deskripsi bagian, deskripsi manfaat, dan simpulan (boleh ada boleh tidak)

1. Pernyataan umum/klasifi kasi umum/defi nisi umum berisi defi nisi,keterangan umum atau informasi umum. Ciri bahasa pada defi nisi menggunakan kata adalah dan merupakan.

2. Deskripsi bagian berisi perincian bagian-bagian hal yang dilaporkan. Misalnya, tentang tumbuhan maka ditulis ciri daun, bunga, atau perincian bagian lainnya. Demikian juga tentang deskripsi bagian yang menunjukan manfaat bagian tumbuhan. Ciri bahasa yang digunakan antara lain penggunaan kata khusus dan kalimat-kalimat yang menjelaskan atau memerinci. 

Pada bagian ini juga digunakan istilah dalam bidang ilmu, kata baku, dan kalimat efektif. Ciri yang lain yakni menggunakan kata sambung: yaitu, dan, selain itu, di samping itu, dari segi ... dan sebagainya. Pada kalimat yang menjelaskan rincian jenis kelompok digunakan kata pertama, kedua, ketiga, dan lain-lain.

3. Pada bagian simpulan berisi ringkasan umum hal yang dilaporkan. Pada teks laporan hasil observasi, simpulan boleh ada boleh tidak ada.


Bacalah teks hasil observasi berikut!


Hutan Mangrove Wana Tirta

Hutan Mangrove Wana Tirta merupakan salah satu kawasan konservasi alam untuk pelestarian hutan mangrove di daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Hutan mangrove satu ini terletak di daerah paling ujung barat daya Kulon Progo dan dekat dengan perbatasan antara Yogyakarta-Jawa Tengah, tepatnya di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Yogyakarta. 

Di kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta ini terdapat beberapa jenis tanaman mangrove yang ditanam sesuai dengan jenisnya, ada yang ditanam di pinggir sungai dan ada juga yang ditanam di tempat yang berlumpur. Tanaman mangrove tersebut dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar yang bekerjasama dengan beberapa dinas dan sekolah-sekolah terkait sebagai objek studi dan penelitian untuk penanggulangan akan bencana alam seperti abrasi air laut yang sering terjadi di daerah pesisir, terutama di daerah pantai selatan Yogyakarta.Selain dijadikan sebagai objek studi dan penelitian, Hutan Mangrove Wana Tirta kini juga mulai dikembangkan sebagai kawasan wisata edukasi. Hutan mangrove ini kemudian dikemas dengan penampilan yang menarik dan beberapa fasilitas yang memadai untuk para pengunjung. Diharapkan dengan dibukanya kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta ini untuk umum, dapat mengenalkan serta menambah pengetahuan para pengunjung akan pentingnya tanaman mangrove bagi alam dan lingkungan kita.

Sebagai kawasan yang dikembangkan untuk wisata edukasi, kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta ini juga dikemas dengan penampilan yang menarik. Salah satunya dengan membagi dua kawasan yang mengusung tema berbeda dengan memanfaatkan lokasi dan jenis mangrove yang ada, yaitu dengan adanya “Jembatan Mangrove” di pinggir sungai dan “Goa Mangrove” yang berada di sebelah selatan sungai. Jembatan Mengrove tersebut berada di pinggir sungai yang melintasi kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta.

Sepanjang pinggiran sungai yang ada di kawasan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk penanaman tanaman mangrove jenis mangrove air. Untuk membuatnya agar terlihat menarik, kemudian di sepanjang tanaman mangrove pinggir sungai dibangun jembatan panjang yang terbuat dari bambu. Dengan adanya jembatan ini, pengunjung dapat berjalan-jalan mengintari pinggiran sungai serta menikmati pemandangan indah yang tersaji di antara sungai dan tanaman mangrove tersebut.

Sedangkan untuk Goa Mangrove, terletak di sebelah selatan sungai. Goa mangrove ini dibuat dengan memanfaatkan jenis tanaman mangrove yang hidup di daerah berlumpur. Jenis tanaman mangrove satu ini bisa tumbuh tinggi dan rindang, sehingga saat kita berjalan di tengah pepohonan tersebut akan terasa memasuki sebuah terowongan di dalam goa, karena itulah pengelola di sana menamakannya goa mangrove. Goa Mangrove di Hutan Mangrove Wana Tirta ini semakin unik dengan adanya gubuk – gubuk terbuat dari bambu yang dibangun di tengahnya. Gubuk-gubuk ini disediakan untuk tempat beristirahat para pengunjung atau untuk sekedar menikmati pemandangan. Pemandangan di dalam goa mangrove ini sangat menarik, di sana kita bisa merasakan sensasi seperti berada di tengah hutan yang sesungguhnya.

Hutan Mangrove Wana Tirta ini tentu bisa memberikan pengalaman yang menarik untuk kalian. Selain bisa menikmati pemandangan yang berbeda, kita juga bisa belajar serta mengetahui apa itu tanaman mangrove, dan apa saja manfaatnya, terutama untuk menjaga alam kita tercinta ini.


Mengurai Struktur Teks Hasil Observasi di atas, sebagai berikut


Ciri Isi: Definisi, informasi, umum

Hutan Mangrove Wana Tirta merupakan salah satu kawasan konservasi alam untuk pelestarian hutan mangrove di daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Hutan mangrove satu ini terletak di daerah paling ujung barat daya Kulon Progo dan dekat dengan perbatasan antara Yogyakarta-Jawa Tengah, tepatnya di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Yogyakarta. 

Struktur: Definisi umum/gambaran umum


Ciri Isi: Pengembangan mangrove sebagai objek wisata dan studi

Di kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta ini terdapat beberapa jenis tanaman mangrove yang ditanam sesuai dengan jenisnya, ada yang ditanam di pinggir sungai dan ada juga yang ditanam di tempat yang berlumpur. Tanaman mangrove tersebut dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar yang bekerjasama dengan beberapa dinas dan sekolah-sekolah terkait sebagai objek studi danpenelitian untuk penanggulangan akan bencana alam seperti abrasi air laut yang sering terjadi di daerah pesisir, terutama di daerah pantai selatan Yogyakarta.Selain dijadikan sebagai objek studi dan penelitian, Hutan Mangrove Wana Tirta kini juga mulai dikembangkan sebagai kawasan wisata edukasi. 

Hutan mangrove ini kemudian dikemas dengan penampilan yang menarik dan beberapa fasilitas yang memadai untuk para pengunjung. Diharapkan dengan dibukanya kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta ini untuk umum, dapat mengenalkan serta menambah pengetahuan para pengunjung akan pentingnya tanaman mangrove bagi alam dan lingkungan kita

Struktur: Deskripsi bagian


Ciri Isi: Pemanfaatan Hutan Mangrove

Sebagai kawasan yang dikembangkan untuk wisata edukasi, kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta ini juga dikemas dengan menampilan yang menarik. Salah satunya dengan membagi dua kawasan yang mengusung tema berbeda dengan memanfaatkan lokasi dan jenis mangrove yang ada, yaitu dengan adanya “Jembatan Mangrove” di pinggir sungai dan “Goa Mangrove” yang berada di sebelah selatan sungai. Jembatan Mengrove tersebut berada di pinggir sungai yang melintasi kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta. Sepanjang pinggiran sungai yang ada di kawasan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk penanaman tanaman mangrove jenis mangrove air. Untuk membuatnya agar terlihat menarik, kemudian di sepanjang tanaman mangrove pinggir sungai dibangun jembatan panjang yang terbuat dari bambu. Dengan adanya jembatan ini, pengunjung dapat berjalan-jalan mengitari pinggiran sungai serta menikmati pemandangan indah yang tersaji di antara sungai dan tanaman mangrove tersebut.

Struktur: Deskripsi bagian


Ciri Isi: Ringkasan

Hutan Mangrove Wana Tirta ini tentu bisa memberikan pengalaman yang menarik untuk kalian. Selain bisa menikmati pemandangan yang berbeda, kita juga bisa belajar serta mengetahui apa itu tanaman mangrove, dan apa saja manfaatnya, terutama untuk menjaga alam kita tercinta ini.

Struktur: Simpulan


Mencermati Penggunaan Bahasa dalam Teks Laporan Hasil Observasi

Untuk mengidentifi kasi kebahasaan dalam teks laporan hasil observasi, maka kamu harus mengetahui terlebih dahulu ciri bahasa yang terdapat dalam teks tersebut.Ciri bahasa yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi sebagai berikut.

a. Frasa nomina yang diikuti penjenis dan pendeskripsi.

Contoh: Pohon pinus adalah salah satu pohon yang dapat bertahan hidup di musim salju.

b. Menggunakan verba relasional, seperti: ialah, merupakan, adalah, yaitu, digolongkan, termasuk, meliputi, terdiri atas, disebut, dan lain-lain (digunakan untuk menyatakan definisi pada istilah teknis atau istilah yang digunakan secara khusus pada bidang tertentu).

c. Menggunakan verba aktif alam untuk menjelaskan perilaku, seperti : bertelur, membuat, hidup, makan, tidur, dan sebagainya.

d. Menggunakan kata penghubung yang menyatakan :

    1. Tambahan : dan, serta
    2. Perbedaan : berbeda dengan
    3. Persamaan : sebagaimana, seperti halnya, demikian halnya, hal demikian, sebagai, hal yang sama
    4. Pertentangan : sedangkan, tetapi, namun, melainkan, sementara itu, padahal berbanding terbalik
    5. Pilihan : atau

e. Menggunakan paragraf dengan kalimat utama untuk menyusun informasi utama, diikuti rincian aspek yang hendak dilaporkan dalam beberapa paragraf.

f. Menggunakan kata keilmuwan atau teknis atau istilah, seperti : herbivora, degeneratif, osteoporosis, mutualisme, parasitisme, pembuluh vena, leukimia, syndrom, phobia, dan lain-lain. 

Referensi:
Modul 4 Aku Jadi Tahu Bahasa Indonesia Paket B Setara SMP/MTs

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post