Puisi

 
Puisi

Puisi

Puisi Itu Indah

        Tahukan Anda bahwa karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut disebut sebagai karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Prosa itu karangan bebas berarti bahwa prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu.

    Dengan demikian, terjadilah kemudian apa yang disebut dengan sajak bebas. Akan tetapi, sungguhkah sajak itu bebas. Sajak tetap tidak bebas, tetapi yang mengikat adalah hakikatnya sendiri, bukan aturan yang ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya. Aturan di luar diri puisi itu ditentukan oleh penyair yang membuat dahulu ataupun oleh masyarakat. Hal ini tampak pada puisi lama yang harus mengikuti aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu aturan bait, baris, jumlah kata, dan pola sajak, terutama sajak akhir (Pradopo, ut.ac.id)

Mengidentifikasi Unsur-Unsur Puisi

Bacalah Puisi berikut dengan cermat!

SURAT DARI IBU 

(Asrul Sani)

Pergi ke dunia luas, anakku sayang

pergi ke hidup bebas !

Selama angin masih angin buritan

dan matahari pagi menyinar daun-daunan

dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang

pergi ke alam bebas !

Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan

menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar

dan elang laut pulang ke sarang

angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri

dan nakhoda sudah tahu pedoman

boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang

kembali ke balik malam !

Jika kapalmu telah rapat ke tepi

Kita akan bercerita

“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

A. Pengertian dan Fungsi Sosial Puisi

    Setelah Anda membaca teks puisi di atas, tentu Anda dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan puisi. Puisi tersebut menggambarkan kedalaman cinta sekaligus doa kepada anaknya. si Ibu melepas kepergian sang anak dengan doa, agar sang anak dapat menuntut ilmu dan mencari banyak pengalaman yang nantinya bisa berguna bagi kehidupannya nanti. Jadi, dalam puisi tersebut, ada maksud yang ingin disampaikan pengarangnya.

    Seperti kita ketahui, setiap teks memiliki tujuan atau fungsi sosial masing-masing. Pada modul yang lalu, Anda telah mempelajari teks deskripsi yang berfungsi untuk memberikan gambaran kepada pembaca atau pendengar terhadap suatu hal (benda, manusia, hewan, tumbuhan) secara rinci sehingga pembaca/pendengar dapat merasakan apa yang digambarkan. Selain itu, ada juga teks prosedur yang berfungsi untuk memberikan arahan atau dan perasaan pengarang dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Puisi memiliki fungsi untuk mengungkapkan berbagai hal, seperti kerinduan, kegelisahan, kegembiraan, kesedihan, kemarahan, protes sosial atau pengagungan kepada Tuhan. 

B. Unsur Pembentuk Puisi

Bacalah kembali puisi “Surat dari Ibu” dengan cermat dan penuh penghayatan. Apa yang Anda rasakan setelah membaca puisi tersebut? Ya, dalam puisi tersebut ada kata-kata yang indah. 

Puisi memiliki unsur pembangun. Struktur yang terdiri atas terdiri atas struktur fisik dan struktur batin.

        A. Struktur Fisik Puisi

        1. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Diksi digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembacanya, memperjelas makna sambil tetap membuat sajak itu menarik dari segi bunyi, menyentuh perasaan pembaca dan sekaligus memunculkan gagasan-gagasan yang tepat pada pembaca seperti yang dipikirkan dan dirasakan oleh penulis. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

         Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Misalnya ketika kita ingin mengungkapkan rasa kesepian, kata mana yang akan kita pilih; sunyi, diam, nelangsa, sendiri, sedih, sepi, senyap atau hening? Meski berkonotasi sama, tiap kata yang terpilih akan memberi warna yang berbeda apabila disandingkan dengan kata-kata lainnya dalam keseluruhan puisi.

Perhatikan puisi berikut.

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil

 mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. 

 aku pun sudah selesai, tinggal 

 mengenakan sepatu,

 dan kemudian pergi

 untuk mewujudkan

 setiaku padamu 

 dalam kerja yang sederhana;

 (Selamat Pagi Indonesia, Sapardi Joko Damono)

Pada puisi tersebut, penyair menggunakan diksi/pilihan bahasa yang sangat cermat. Penyair memilih kata mungil, bukan kecil yang mengingatkan kita pada burung kecil yang cantik dan lucu.

    2. Pengimajinasian/Citraan, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

        a. Contoh puisi dengan imaji /citraan penglihatan/visual

Pagi di Central Park, ada serimbun semak 
sedang berbunga, Berembun dan merekah.
Di dekatnya, di bangku taman, duduk tertidur
seorang gelandangan, merengkuh tubuh ringkih sendiri.
(M. Mansyur, Pagi di Central Park{alertInfo}

 

            Pada kutipan puisi di atas, kita sebagai pembaca seolah dapat melihat suasana pagi di Central Park dengan mata sendiri. Kita seperti sedang melihat suasana taman di pagi hari dengan rimbunan semak berbunga dan merekah. Di taman itu, ada sebuah bangku taman yang diduduki oleh seorang gelandangan ringkih yang merengkuh tubuhnya. 

        b. Contoh puisi dengan imaji /citraan pendengaran/auditif

 Aku bernyanyi dengan suara
 Seperti bisikan angin di daun
 Suaraku hilang dalam udara
 Dalam laut yang beralun-alun
(Dibawa Gelombang, Sanusi Pane{alertInfo}

 

        Pada penggalan puisi di atas digambarkan adanya suara yang berasal dari nyanyian tokoh aku puisi. Suara itu digambarkan seperti bisikan angin di daun sehingga hilang dalam udara. Dalam kutipan puisi di atas, penyair mencoba menjelaskan bahwa dalam suasana tersebut terdapat suara. Hal ini mengakibatkan indra pendengaran pembaca terasosiasikan tentang suara yang digambarkan dalam puisi.

        c. Contoh puisi dengan maji perabaan/taktil

Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaran
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja{alertInfo}

 

        Kutipan puisi di atas menggambarkan betapa lembutnya kapuk randu atau kapas sutra yang digunakan untuk mengisi bantal atau kasur. Kelembutan kapasnya digambarkan penyair seperti tudung cendawan yang lembut.

        3. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata konkret merupakan perwujudkan dari kata - kata yang jelas, mudah dipahami, dan konkret. Melalui kata yang konkret puisi dapat dibayangkan dengan mudah oleh pendengar atau pembaca, sehingga seolah - olah pendengar puisi melihat, mendengar, dan merasakan apa yang digambaran peristiwa dan keadaan yang digambarkan oleh penyair.

         Perhatikan puisi berikut :

Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa {alertInfo}

 

        4. Bahasa figuratif atau majas yaitu bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Untuk menimbulkan kesan-kesan tersebut, bahasa yang dipergunakan berupa perbandingan, pertentangan, perulangan, dan perumpamaan.

a) Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia

Contoh :

Hujan di waktu Itu
Ribuan tetasan air menyerbu bumi
Memaksa sang awan untuk menangis
Sementara butiran-butiran bening menari di atas tanah {alertInfo}

 

b) Majas paralelisme adalah majas perulangan yang tersusun dalam baris yang berbeda. Kata yang mengalami perulangan dalam puisi itu adalah tak ada yang lebih. Kata-kata itu berulang pada setiap baitnya.

Contoh : 

Adalah ketika kamu menitikkan air mata
Dan masih peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu
Dan kamu masih menunggunya dengan setia {alertInfo}

 

c) Majas metafora adalah majas yang digunakan untuk membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya.

Contoh : 

Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang pun kan merayu
Tidak juga kau
Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
aku tetap meradang menerjang {alertInfo}

 

d) Majas hiperbola adalah majas yang berfungsi menguatkan makna. Dengan kata lain berguna untuk membuat makna yang berlebih - lebihan

Contoh : 

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau {alertInfo}

 

        5. Rima/persajakan adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama/rima berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia. 

 Contoh :

 Angin pulang menyejuk bumi
 Menepuk teluk menghempas emas
 ari ke gunung memuncak sunyi
 erayun-ayun di atas alas
 (Amir Hamzah) {alertInfo}


B. Struktur Batin Puisi

1. Tema/makna (sense)

        Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair. Pokok persoalan atau pokok pikiran itu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama dalam puisinya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan penyair dengan Tuhan, maka puisinya tersebut bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat itu berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi yang akan terlahir adalah puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan hati karena cinta. Tema tersirat dalam keseluruhan isi puisi. Persoalan-persoalan yang diungkapkannya merupakan penggambaran suasana batin penyair. Tema tersebut bisa pula berupa perasaan penyair terhadap kenyataan sosial budaya sekitarnya. 

    Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes atau pun sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan masyarakatnya.

Contoh puisi dengan tema ketuhanan:

Tuhanku dalam termangu 
 ku masih menyebut namaMu
 biar susah sungguh 
 mengingat Kau penuh seluruh
 (Doa Chairil Anwar{alertInfo}

 

2. Rasa (feeling),

        Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, dan usia,. Rasa yang ditampilkan penyair dalam puisinya dapat berupa rasa kekaguman, kesedihan, keharuan, atau kegembiraan.

Contoh puisi dengan rasa kekaguman

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
kemanakah mereka di atas roda-roda baja mereka berkendara,
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota,
merebut hidup di pasar-pasar kota,
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka,
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa,
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota,
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa,
(Perempuan-Perempuan Perkasa, Hartoyo Andangjaya{alertInfo}

 

3. Nada dan suasana.

        Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berkaitan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, memelas, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk

 Kalau sampai waktuku
 Kumau tak seorangpun kan merayu
 Tidak juga kau
 Tak perlu sedu sedan itu
 Aku ini binatang jalang
 dari kumpulannya terbuang
 Biar peluru menembus kulitku
 aku tetap meradang menerjang {alertInfo}

 

Kutipan puisi di atas memiliki nada tegas. Pemilihan kata jalang, terbuang, meradang, menerjang menggambarkan suasana optimis penyair terhadap keadaan dirinya.

4. Amanat/tujuan/maksud (itention)

        Amanat/tujuan/maksud (itention) pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post