Istifham

 

Istifham

{getToc} $title={Daftar Isi}

Bahasa Arab

Istifham

1. Pengertian Istifham

Istifham (kalimat interogatif) dalam kajian balaghah ditempatkan sebagai salah satu uslub insya‟. Gaya bahasa pertanyaan ini dalam ilmu balaghah disebut dengan uslub istifham. Semua bentuk pertanyaan dalam bahasa Arab ragam struktur sintaksisnya merupakan uslub istifham (Nurdiyanto, 2016)

Istifham (kalimat interogatif) adalah kalimat yang menggunakan kalimat tanya. Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu karena kita tidak mengetahui sesuatu hal (Keraf, 1984:157, Ramlan, 1982:12, dan Abdulmasih, 1981).

Menurut Samsuri (1985:252) kalimat tanya dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam. Pertama adalah dengan menggunakan intonasi yang biasa dipakai secara lisan atau dalam tulisan yang merupakan bentuk kalimat biasa dengan tanda tanya. Kedua ialah kalimat tanya yang menanyakan salah satu pemadu yang disebut dengan kata ganti tanya, misalnya apa, siapa, mengapa, bagaimana, di mana, dan bila mana. Ketiga adalah kalimat tanya yang menanyakan positif tidaknya kalimat berita itu dan oleh karena proses derivasi untuk pengubahan kalimat berita menjadi kalimat tanya ini berbentuk penambahan kata tanya apa, maka derivasi itu dimasukkan ke dalam transfomasi penambahan.

Jika dilihat dari asal bahasanya yakni interogasi, bisa diartikan bahwa kalimat interogatif berfungsi untuk menanyakan sebuah hal atau berita kepada orang lain. Kalimat interogatif paling sering memakai tanda tanya (?) di setiap akhir kalimat. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Keraf (dalam Ainin, 2003:20) beberapa ciri kalimat tanya, yaitu (a) intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya, (b) sering mempergunakan kata tanya, dan (c) dapat pula mempergunakan partikel tanya–kah. 

Berkaitan dengan intonasi dalam kalimat tanya, Ramlan (1981:12) menegaskan bahwa kalimat tanya memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi tanya bernada akhir naik

Malak (2018) mendefinisikan kalimat interogatif (istifham) sebagai berikut:

الاستفهام هو لاستعلام عن أحد الأمور، أو الاستفسار عنها، وهناك الكثير من أدوات 
الاستفهام التي يستطيع الشخص أن يسأل فيها عن أكثر من شيء. 


“Istifham adalah untuk menanyakan tentang satu hal, atau bertanya tentang sesuatu. Ada beberapa kata tanya jawab di mana seseorang dapat meminta lebih dari satu hal”

Secara etimologi istifhāmu berasal dari bahasa Arab yaitu kata “fahima” yang artinya ia telah paham, ia telah tahu yang mendapat tambahan huruf ا/alif/, س/sin/, dan ث /ta/ menjadi استفهام /istifhāmun/, yang memiliki arti “minta untuk diberitahukan” (Ali dan Muhdlor, 2003:1409). Adapun defenisi al-istifhāmu menurut Al-Jarim dan Amin dalam Nurkholis dkk (2005:273) ialah mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.

Menurut pendapat Al-Hasyimi (1960:85)

الاستفهام هو طلب العلم بشئ لم يكن معلوما من قبل 

“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”

الاستفهام هو طلب العلم بشيء 

Menurut Dayyab dkk (2004: 430)

“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu” Dari definisi-definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan istifham adalah suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.

2. Komponen Istifham

Dalam tata bahasa Arab, istifham diklasifikasikan menjadi dua pola, yaitu istifham haqiqi dan istifham Majazi. istifham haqiqi bermakna pertanyaan seseorang kepada orang lain tentang sesuatu yang memang benar-benar belum diketahui sebelumnya. Adapun istifham majazi merupakan pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui. Dalam kondisi ini, fungsi yang dimiliki kalimat istifham tersebut tidak lagi asli sebagai pertanyaan yang mengharapkan jawaban. Namun beralih kepada fungsi-fungsi yang lain, misalnya perintah, pengingkaran, doa, harapan, sangkalan, serta tujuan lainnya (Kamil, 2019).

Dilihat dari fungsinya, perangkat istifham terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu: (a) istifham yang tujuannya menggambarkan sesuatu (tashawwur), (b) istifham yang tujuannya untuk membenarkan sesuatu (tashdiq), dan (c) istifham yang berfungsi sebagai tashawwur di satu sisi dan tashdiq di sisi lain (Nurdiyanto, 2016).

Adapun adawat istifham yang biasa digunakan dalam kaidah bahasa Arab itu terdiri dari sebelas kata yaitu (1) al-hamzatu (apakah), (2) hal (apakah), (3) mā (apa), (4) man (siapakah), (5) matā (kapankah), (6) kaifa (bagaimanakah), (7) a ina (dimanakah), (8) a yyāna (kapankah), (9) ’annā (bagaimanakah/dari manakah), (10) kam (berapa), dan (11) a yyun (manakah/apakah).

Klasifikasi adawat istifham itu terbagi dua, yaitu huruf istifham dan isim istifham (Hasyimi, 1960:85). “annā” termasuk salah satu dari isim istifham. 

Isim istifham menurut Al-Ghalayaini (2007:91)

اسم الاستفهام هو اسم ميهم يستعلم به عن شيء 

“Istifham adalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu”

Istifham berfungsi sebagai kata tanya, baik menanyakan tentang sesuatu yang berakal, atau tidak, yang lalu maupun akan datang. Istifham itu ada yang khusus dipergunakan untuk menanyakan tempat, waktu, keadaan, bilangan, hal yang meragukan dan yang pasti (Nurkholis dkk, 2005:276).

Terkadang kata-kata tanya itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat, jadi fungsi istifham di sini bukan sebagai kata tanya lagi, hal ini terjadi karena “siyāqu alkalāmi”/”rasa bahasa” pada kalimat yang dimasuki adawat istifham (Al-jarim dan Amin, 1999:218). Oleh karena itu, kalimatnya tidak memungkinkan untuk diartikan sebagai kalimat tanya. Diantaranya yaitu menunjukkan makna annafyu (meniadakan), al-inkāru (ingkar), at-taqrīru (penegasan), attaubīkhu (celaan), at-ta īmu (mengagungkan atau membesar-besarkan), at-taḥqīru (menghinakan), dan lain sebagainya (Dayyab dkk, 2004: 437-439).

3. Contoh Istifham dalam Berbagai Konteks

❖ Al Hamzatu أ

Kata tanya berupa hamzah memiliki persamaan makna dengan kata tanya hal. Akan tetapi, dari sisi penggunannya ada sedikit perbedaan. Kata tanya hamzah disamping menuntut jawaban ya dan tidak (tashdiq) sebagaimana pada penggunaan kata tanya “hal”, juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu atau beberapa jawaban dari kemungkinan jawaban yang ada (Ainin, 2003:25).

Menurut Al-Hasyimi (1960) fungsi kata tanya ini disebut hamzah lit tashawwur dan dalam konstruksi kalimat, kata tanya hamzah ini disertai dengan piranti alternatif yang berupa am yang artinya “atau” yang oleh para linguis Arab disebut am muaddalah (am yang berfungsi untuk membandingkan). Berikut ini beberapa contoh dari kata tanya hamzah.

أحمد: السلام عليكم يا محمود، كيف حالك؟ 

محمود: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته يا أحمد. الحمد لله بخير وصحة وعافية. وأنت؟ 

أحمد: بخير والحمد لله أيضا. أأنت مسافر إلى جاكرتا أم أخوك؟ 

محمود: أنا مسافر إلى جاكرتا بالأمس. (a1) 

فاطمة: السلام عليكم يا زينب، كيف حالك؟ 

 زينب: الحمد لله بخير وأ نت؟

فاطمة: بخير والحمد لله. أنا في صحة وعافية. أسافرت هند أختك إلى سورابايا؟ 

زينب: نعم، هي سافرت إلى سورابايا بالأمس. (a2) 

-Menyatakan kegiatan pada pagi, siang, sore, dan malam

إبراهيم: أتنام بعد صلاة الصبح؟ 
اسماعيل: لا. لا أنام بعد صلاة الصبح. 
اسماعيل: أتناولت الغداء في البيت؟ 
إبراهيم: لا، أتناول الغداء في مقصف المدرسة 
أحمد: أتقرأ القراءة بعد صلاة المغرب؟ 
جد: نعم، أقرأ القرام بعد صلاة المغرب. 
حمزة: أتذاكر الدروس بعد تناول العشاء؟ 
بكر: نعم، أذاكر الدورس بعده. 

-Menyatakan kegiatan pada suatu jam

فطري: أتتناولين الفطور في الساعة السادسة؟ 
رملى: لا. أتناول الفطور في السادسة والنصف 

Menanyakan identitas diri

حسن: أتعرف من بجائبك؟ 
حسين: نعم، هو صديقي محمد من جاكرتا  

-Menyanyakan fungsi benda

أدم: أتدري كيف تشغيل الحاسوب؟ 
فيصل: لا، لا أدري بالضبط. عفوا 

❖ Hal هل 

Kata هل merupakan istifham yang digunakan untuk menanyakan penisbatan sesuatu pada yang lain (tashdiq) atau kebalikannya. Pada istifham هل tidak menggunakan أم dan muaddilnya. Adat istifham هل digunakan apabila penanya (mutakallim) tidak mengetahui nisbah antar musnad dan musnad ilaih-nya. Adat tidak bisa masuk ke dalam nafyu, mudhâri makna sekarang, syarath, dan tidak bisa pula pada huruf athaf. Hal ini berbeda dengan hamzah yang bisa memasuki tempat-tempat tersebut (Wikantari, 2019).

Menurut Ainin (2003:25) kata tanya hal digunakan untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya dikotomis, yaitu jawaba na’am “ya” atau laa “tidak‟. Menurut Al-Hasyimi (1960) kata tanya hal ini disebut hal tasdiq. Berikut ini dipaparkan beberapa contoh dengan menggunakan adat istifham ه

لمدرس: يا عثمان! هل حضرت في برنامج افتتاح الأسبوع العربي؟ 
عثمان: نعم، حضرت في هذا البرنامج مع صديقي أحمد. (bl contoh) 
سلمى: هل حضر أبوك في محاضرة عامة؟ 
نادى: نعم، حضر أيي في المحاضرة (b2 contoh) 

Contoh b1, guru bertanya kepada Utsman “Apakah kamu menghadiri acara pembukaan Pekan Arabi?‟ Jawaban yang diminta dari pertanyaan itu adalah na‟am atau laa yakni “na’am hadlartu fi hadzal barnamij ma’a shadiqi Ahmad‟ artinya “Ya, saya datang di acara itu dengan teman saya Ahmad‟. Begitu juga pada contoh yang kedua (b2).

-Menyatakan kegiatan pada pagi, siang, sore, dan malam

إبراهيم: هل تقوم من التوم في الثالثة ؟ 

اسماعيل: لا، أقوم من النوم في الرابعة. 

اسماعيل: هل تناولت الغداء في الواحدة؟ 
إبراهيم: نعم، تناولت الغداء في الواحدة. 
أحمد: هل تقرأ القراءة بعد الصلاة؟ 
محمد: نعم، أقرأ القرام بعد الصلاة 
حمزة: هل تذاكر الدروس بعد تناول العشاء؟ 
بكر: نعم، أذاكر الدورس بعده. 

-Menyatakan kegiatan pada suatu jam

فطري: هل تشاهدين التلفاز في الساعة العاشرة ليلا؟ 
رملى: لا. لا أشاهد التلفز في العاشرة ليلا. 
-Menanyakan identitas diri
حسن: هل تعرف من بجائبك؟ 
حسين: نعم، هو صديقي محمد من جاكرتا 

-Menyanyakan fungsi benda

أدم: اسمح لي، هل تدري كيف فتح باب الغرفة؟ 
فيصل: نعم، ضع البطاقة أمام الباب. 

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post