Kategorisasi Kata

 
Kategorisasi Kata


{getToc} $title={Daftar Isi}

Kategorisasi Kata

    Perkembangan dan pertambahan kosakata dalam bahasa Indonesia sangat pesat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata adalah perbendaharaan kata. Artinya, kosakata adalah kumpulan beragam kata dalam bahasa Indonesia. 

    Kata dirujuk sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri. Satuan bahasa itu dapat berupa morfem bebas atau morfem terikat. Dalam kajian morfologi, kata merupakan satuan terbesar dalam unit analisis, sedangkan dalam kajian sintaksis, kata merupakan satuan analisis terkecil. Kata memiliki kedudukan sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam suatu kalimat. Perhatikan kalimat berikut!

Ayu membeli sepatu
(subjek) (predikat) (objek) {alertInfo}

    Pada kalimat tersebut, posisi sepatu hanya dapat diisi oleh kata yang memiliki kelas kata yang sama dengan sepatu. Demikian halnya, dengan fungsi subjek dan predikat yang hanya dapat diisi oleh kata sejenis. Oleh karena itu, dalam ranah sintaksis, kata dibagi menjadi beberapa kategorisasi atau kelas. Berdasarkan deskripsi sintaksis, kata dikategorisasi menjadi sembilan, yaitu: 1) verba, 2) nomina, 3) adjektiva, 4) numeralia, 5) adverbia, 6) preposisi, 7) konjungsi, 8) pronomina, dan 9) kata tugas.

1. Verba

    Kata verba merupakan kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses atau keadaan. Verba disebut juga kata kerja. Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati 1) perilaku semantis, 2) perilaku sintaksis, dan 3) bentuk morfologisnya. Secara umum, Alwi dkk (2010: 91) verba dapat diidentifikasi dengan ciri-ciri berikut.

a) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat. Contoh:

1) Pencuri itu lari.
2) Anak itu menangis tersedu.
3) Dia memukul bola tenis.
4) Bagian yang dicetak miring dalam kalimat tersebut adalah predikat. {alertSuccess}

b) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses atau keadaan yang bukan sifat atau kausalitas. Contoh:

1) Susi belajar dengan tekun. → belajar mengandung makna inheren aksi
2) Daun jati mulai mengering di musim kemarau → mengering mengandung makna inheren proses.
3) Cuaca terdingin di daerah Bromo. → terdingin mengandung makna inheren keadaan. {alertSuccess}

c) Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks teryang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah menjadi termati atau tersuka.

d) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Contoh: agak belajar atau sangat pergi. Pada dasarnya, bahasa Indonesia memiliki dua macam bentuk verba, yakni (1) verba asal: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, dan (2) verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai afiks.

(1) Verba asal

    Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Verba ini dapat dipakai dalam klausa atau kalimat, baik bahasa formal maupun nonformal. Berikut contoh penggunaan verba asal dalam kalimat.

1) Kita perlu tidur sekitar enam jam sehari. 
2) Aku duduk di sekitar jalan itu. 
3) Dita pergi ketika Susan pulang. {alertSuccess}

Dalam bahasa Indonesia, jumlah verba asal tidak banyak. Berikut daftar beberapa verba asal dalam bahasa Indonesia.

  • Ada jatuh tamat
  • Gugur kalah yakin
  • Bangun lahir pecah
  • Cinta lari pergi
  • Hancur tahan pulang
  • Hidup tidur tenggelam
  • Datang terbit muak
  • Hilang turut tumbang

(2) Verba Turunan

    Verba turunan adalah verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksasian, reduplikasi (pengulangan), atau pemajemukan (pemaduan). Berikut beberapa contoh pembentukan verba turunan. Transposisi dari nomina ke verba. Dasar Verba Turunan

  • Telepon → Telepon
  • Gunting → Gunting
  • Sikat → Sikat

            Pengafiksan adalah penambahan afiks pada dasar.

  • Dasar Verba Turunan
  • Beli → Membeli
  • Sepeda → Bersepeda
  • Sapu → Menyapu

            Reduplikasi adalah pengulangan kata dasar.

  • Dasar Verba Turunan
  • Makan → Makan-makan
  • Terka → Menerka-nerka

            Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih sehingga menjadi satu satuan makna. Dasar Verba Turunan

  • Jatuh, bangun → Jatuh bangun
  • Salah, hitung → Salah hitung

2. Nomina

    Kata nomina sering disebut kata benda. Secara umum, Alwi dkk (2010: 221) nomina dapat diidentifikasi dengan ciri-ciri berikut.

a) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
b) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah bukan.
c) Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan di antarai oleh kata yang. {alertSuccess}

Berdasarkan bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas (1) nomina yang terbentuk dari kata dasar, (2) nomina turunan dilakukan dengan afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.

(1) Nomina dasar

Nomina ini terdiri dari satu morfem. Contoh nomina dasar antara lain gambar, meja, rumah, malam, tahun, pisau, adik, batang, dalam, selasa, butir, dll.

(2) Nomina turunan

Nomina turunan dapat terbentuk melalui afiksasi, perulangan, atau pemajemukan. Perhatikan contoh berikut!

Nomina turunan dari proses afiksasi.

  • darat → daratan, pendaratan
  • satu → kesatuan, persatuan, penyatuan

Nomina turunan dari proses perulangan

  • Bangun-bangunan
  • Gunung-gunung
  • Corat-coret
  • Sayur-mayur
  • Teka-teki
  • Serba-serbi

3. Adjektiva

    Alwi, dkk (2010: 177) mengungkapkan adjektiva adalah kata yang berfungsi memberikan keterangan khusus untuk nomina dalam kalimat. Adjektiva adalah kata sifat atau keadaan yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang, dalam hal ini kategori nomina. Secara morfologis, adjektiva ditandai dengan morfem –er, -if, -i, misalnya pada kata honorer, aditif, dan alami. Adjektiva terdiri atas dua macam yaitu adjektiva predikatif dan adjektiva atribut.

a) Adjektiva predikatif adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa, misalnya mahal.

b) Adjektiva atribut yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam frase nominal. Berdasarkan pemakaiannya, adjektiva dapat mengambil bentuk perbandingan.

Perbandingan itu dibagi menjadi empat yaitu sebagai berikut.

a) Tingkat positif yang menerangkan nomina dalam kondisi biasa. 

  • Contoh: Pekarangan rumah Adi luas.

b) Tingkat komparatif yang menerangkan keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.

  • Contoh: Gedung itu lebih tinggi daripada gedung di seberangnya.

c) Tingkat superiatif yaitu menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa nomina lain yang dibandingkannya.

  • Contoh: Panji merupakan siswa terkaya di kelas itu.

d) Tingkat eksesif yaitu menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan, misalnya pementasan malam itu sangat ramai sekali.

4. Numeralia

    Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang digunakan untuk menghitung jumlah wujud (orang, binatang, barang), urutan dalam suatu rangkaian angka atau konsep jumlah. Kata ini sering ditulis sebelum kata benda atau nomina untuk memberikan keterangan yang berhubungan dengan jumlah atau urutan.

Jenis-jenis kata bilangan yaitu:

  1. Kolektif (prefiks ke-, ber-) = kedua, ketiga, berempat, berlima
  2. Distributif (mengulang kata bilangan) = masing-masing, tiap-tiap, satu-satu
  3. Klitika = eka-, dwi-, tri-, dan seterusnya
  4. Tak tentu = banyak, beberapa, semua, berbagai, seluruh, segenap
  5. Ukuran = gram, liter, meter, kilo, lusin, kodi
  6. Tingkat = pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya
  7. Pecahan = seperdua, empat perdelapan

Contoh kata bilangan dalam sebuah kalimat:

  1. Masing-masing siswa mendapatkan kesempatan untuk meminjam buku di sekolah.
  2. Ibu membeli satu lusin gelas kaca.
  3. Ketiga gadis itu adalah penjual rokok.
    Kata bilangan sangat umum disalahartikan dengan kata keterangan atau kata sifat karena fungsinya di dalam kalimat hampir sama. Akan tetapi, kata bilangan memiliki ciri yang sangat khusus yaitu menggunakan satuan jumlah atau angka.

Sumber: Zenius.net

5. Adverbia

    Alwi, dkk (2010: 221) mengungkapkan adverbia atau kata keterangan merupakan kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Berdasarkan perilaku semantisnya, adverbia terbagi menjadi berikut ini.

a) Adverbia kualitatif yaitu menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Contoh kata adverbia kualitatif yaitu paling, sangat, lebih, kurang.

b) Adverbia kuantitatif yaitu menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Contoh kata adverbia kuantitatif, yaitu banyak, sedikit, kira-kira, cukup.

c) Adverbia limitatif yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan pembatasan. Contoh kata ini yaitu hanya, saja, sekadar.

d) Adverbia frekuentatif, yaitu kata yang maknanya berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu. Contoh kata: selalu, sering, jarang, kadang-kadang.

e) Adverbia waktu, yaitu kata yang maknanya berhubungan dengan waktu terjadinya peristiwa. Contoh adverbial waktu yaitu baru, segera, tadi, kemarin, esok, lusa.

f) Adverbia cara, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan cara sesuatu peristiwa berlangsung atau terjadi. Contoh adverbia cara yaitu diam-diam, secepatnya, pelan-pelan.

6. Preposisi

    Kategori ini merupakan kata penunjuk arah atau tempat. Secara sintaksis, preposisi digunakan di depan kategori lain, terutama nomina. Jika berada di depan nomina preposisi membentuk frase eksosentris. Contoh: di, kepada, buat, bagi, antara, atas, ke, dari sekian. Terdapat tiga jenis preposisi, yaitu sebagai berikut.

a) Preposisi dasar yang sebagai preposisi tidak dapat mengalami proses morfologis.

b) Preposisi turunan terbagi atas gabungan preposisi dan preposisi, kemudian gabungan preposisi dan nonpreposisi. Perhatikan contoh berikut!

  • Gabungan preposisi+preposisi
  • Hasan berjualan kue dari gang ke gang

Terdapat pula preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa dan sebagainya. Termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas lain yang berprefiks se-, misalnya selain, semenjak, sepanjang, sesuai dan sebagainya.

7. Konjungsi

    Konjungsi merupakan kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotasis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Berdasarkan posisinya, konjungsi terdiri sebagai berikut.

a) Konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa.

b) Konjungsi ekstra kalimat terbagi atas konjungsi intratekstual dan konjungsi ekstratektual.

Berdasarkan makna satuan-satuan yang terhubungkan konjungsi, tugas-tugas konjungsi dibedakan sebagai berikut.

  • (1) Penambahan: dan, selain.
  • (2) Urutan: lalu, lantas, kemudian.
  • (3) Pilihan: atau.
  • (4) Perlawanan: tetapi, hanya, sebaliknya.
  • (5) Temporal: ketika, setelah itu.
  • (6) Sebab: lantaran, sebab.
  • (7) Akibat: sehingga, sampai-sampai.
  • (8) Syarat: jikalau, asalkan.
  • (9) Tak bersyarat: meskipun, biarpun.
  • (10) Pengandaian: andai kata, sekiranya, seumpamanya.

8. Pronomina

    Pronomina merupakan kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Jenis – jenis pronomina sebagai berikut.

a) Pronomina persona, seperti saya, engkau, dia, mereka, -nya.

b) Pronomina penunjuk, seperti ini, itu, sini, situ, sana.

c) Pronomina penanya, seperti apa, siapa, mana

9. Kata Tugas

    Kata tugas merupakan istilah bagi kelas kata yang tidak termasuk kelas kata verba, nomina, adjektiva, dan numeralia. Kata tugas terdiri sebagai berikut.

a) Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkap perasaan pembicara

b) Artikula adalah katagori yang mendampingi nomina dasar, misalnya si, sang, hang, dang, para, kaum, umat.

c) Partikel adalah kata tugas yang tidak dapt diterjemahkan secara pasti apa maksudnya, misalnya ah, deh, kan, aduh, kok, halo, hai.

d) Interogatif atau kata-kata tanya. Misalnya apa, siapa, bagaimana.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post