Cerpen |
Cerpen
A. Pengertian Cerpen
Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang pendek. Ukuran pendek di sini diartikan bahwa dapat selesai dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Di samping itu, cerpen bersifat rekaan (fiction). Namun, meskipun hanya bersifat rekaan, cerpen ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi semacam itu. Ciri hakiki cerpen adalah bertujuan memberikan gambaran yang tajam dan jelas, dalam bentuk yang tunggal, utuh, dan mencapai efek yang tunggal pula pada pembacanya (Sumardjo, 1988: 36).
Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang melukiskan suatu kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia secara ringkas dan jelas. Cerpen banyak dijumpai di majalah, tabloid dan surat kabar. Setelah membaca cerpen, kita bisa menemukan hal menarik yang membuat pembaca terkesan pada cerpen tersebut. Hal yang menarik tersebut dapat berupa nilai yang bermanfaat bagi pembaca.
B. Unsur Pembangun Cerpen
Unsur pembangun cerpen terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik menurut Nurgiyantoro (2009: 23) merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya fiksi yang mempengaruhi lahirnya karya namun tidak menjadi bagian di dalam karya fiksi itu sendiri. Sebelumnya Wellek dan Warren (1956 dalam Nurgiyantoro, 2009: 23) juga berpendapat bahwa unsur ekstrinsik merupakan keadaan subjektifitas pengarang tentang sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya fiksi, dapat dikatakan unsur biografi pengarang menentukan ciri karya yang akan dihasilkan.
1. Unsur Intrinsik Cerpen
Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka aspek intrinsik adalah komponen-komponen bangunan tersebut
1) Tema
Nurgiyantoro (2009: 68) menafsirkan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema adalah ide sebuah cerita, bagian inti, pokok dasar, atau fokus yang menjiwai sebuah cerita. Keberadaan tema memiliki posisi penting dalam sebuah cerita. Di sisi pengarang, tema merupakan tujuan utama yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita. Tema mempunyai posisi atau kedudukan yang penting dalam sebuah cerita. Untuk memahami tema sebuah cerita, kita harus membaca cerita itu secermat-cermatnya.
2) Alur/Plot
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Sumarjo dan Saini K.M. (1994: 49) menyatakan, di samping alur yang terdiri atas beberapa bagian, alur juga dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian tertentu, yaitu: (1) pengenalan, (2) timbul konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, (5) pemecahan masalah.
Macam-macam Alur
Jika dilihat dari urutan kronologisnya, alur dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Di bawah ini adalah macam-macam dan contoh alur berdasarkan urutan jalan ceritanya.
a. Alur maju
Pada alur maju atau disebut juga dengan alur progresif, penulis menyajikan jalan ceritanya secara berurutan dimulai dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian secara urut dan tidak diacak.
b. Alur mundur
Alur mundur adalah proses jalannya cerita secara tidak urut. Alur mundur disebut juga sebagai alur regresif. Biasanya pengarang menyampaikan ceritanya dimulai dari konflik menuju penyelesaian, kemudian menceritakan kembali latar belakang timbulnya konflik tersebut.
c. Alur campuran
Alur jenis ini adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur. Penulis pada awalnya menyajikan ceritanya secara urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis menceritakan kembali kisah masa lalu atau flashback. Cerita yang menggunakan alur ini cukup sulit untuk dipahami dan membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.
3) Latar
Segala sesuatu dalam kehidupan ini harus terjadi pada suatu tempat dan waktu. Cerita rekaan adalah dunia kata-kata yang di dalamnya terdapat kehidupan para tokohnya dalam rentetan peristiwa. Dengan demikian cerpen pun tidak terlepas dari tempat dan waktu pula. Unsur yang menunjukkan di mana dan kapan peristiwa-peristiwa dalam kisah itu berlangsung disebut latar (setting). Lebih lanjut, Rahmanto dan Hariyanto (1998:215) mendeskripsikan latar menjadi tiga kategori, yaitu: tempat, waktu, dan sosial.
a. Latar Lokasi atau Tempat.
Latar lokasi adalah informasi pada cerita yang menjelaskan tempat cerita itu berlangsung. Sebagai contoh latar lokasi cerita adalah di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, dan di kahyangan.
b. Latar Waktu.
Latar waktu merupakan saat terjadinya peristiwa dalam cerita, contohnya pagi hari, pada zaman dahulu kala, malam hari, tahun sekian, dan saat matahari terbenam.
c. Latar Suasana.
Latar suasana adalah informasi yang menyebutkan suasana pada kejadian dalam cerita. Sebagai contohnya adalah rakyat hidup damai dan sejahtera, masyarakat hidup dalam ketakutan karena raja yang kejam, dan hutan menjadi ramai setelah Purbasari hidup di sana.
Latar dapat bersifat faktual atau imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar sebagai sesuatu yang benar, dia akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang ada dalam latar itu.
4) Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang menjalin peristiwa dalam cerita. Nurgiyantoro (2009: 176) membedakan tokoh berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
a) Tokoh utama atau tokoh sentral merupakan tokoh yang sangat potensial menggerakkan alur. Potensial artinya memiliki kemampuan. Dengan demikian, tokoh utama berarti tokoh yang mampu menjalankan alur, menjadi pusat cerita, dan memunculkan konflik, sehingga cerita menjadi satu kesatuan yang utuh .
b) Tokoh tambahan. Tokoh tambahan disebut juga tokoh bawahan, tokoh sampingan, tokoh pembantu, atau tokoh figuran. Tokoh ini merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu.
c) Tokoh utama dan tokoh tambahan atau pembantu, dalam cerita fiksi.
1. Tokoh utama, ciri-cirinya adalah:
- tokoh tersebut sering muncul dan
- tokoh yang banyak diberi komentar.
2. Tokoh tambahan ciri-cirinya adalah:
- tokoh yang mendukung tokoh utama dan
- tokoh yang sedikit diberi komentar.
Berdasarkan sifatnya, tokoh di bagi menjadi tiga.
a) Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang baik.
b) Tokoh antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang jelek. Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat.
c) Tokoh Tritagonis merupakan tokoh yang bersifat sebagai penengah atau netral.
b. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Penokohan terdiri atas beberapa hal.
- Karakter tokoh : watak; sifat tokoh
- Karakteristik tokoh : bentuk atau ciri-ciri fisik tokoh
- Karakterisasi tokoh : cara pengarang dalam menggambarkan karakter dan karakteristik tokoh.
Pengarang dapat menggunakan teknik berikut untuk menggambarkan karakterisasi tokoh-tokohnya.
a) Teknik analitik, karakter dan karakteristik tokoh diceritakan atau diuraikan secara langsung oleh pengarang.
b) Teknik dramatik, karakter dan karakteristik tokoh tidak diuraikan secara langsung oleh pengarang. Karakter dan karakteristik tokoh dikemukakan melalui beberapa hal.
- Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
- Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh.
- Penggambaran bahasa yang digunakan para tokoh; dapat melalui dialog antar tokoh.
- Pengungkapan jalan pikiran tokoh.
- Penggambaran oleh tokoh lain.
5) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang ada 4, yaitu.
a. Sudut pandang orang pertama pelaku utama. Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh “aku” digunakan sebagai tokoh utama.
Contoh
Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena setumpuk tugas yang terbengkalai menjadi ringan. Namun, sekarang aku harus mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi karena pagi ini aku harus bekerja keras. {alertInfo}
b. Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
Contoh:
Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Namun, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya Kota Jakarta. {alertInfo}
c. Sudut pandang orang ketiga serba tahu kisah cerita dari sudut ”dia”, tapi pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
Contoh:
Sudah genap satu bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Namun, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah satu kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introver, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya. {alertInfo}
d. Sudut pandang orang ketiga pengamat dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serba tahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, tetapi terbatas pada seorang tokoh saja.
Contoh:
Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Namun kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Namun sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut. {alertInfo}
6) Amanat
Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.
2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Aspek ekstrinsik adalah aspek-aspek cerpen yang berada di luar karya sastra. Namun, secara tidak langsung aspek ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Aspek ekstrinsik cerpen berikut ini.
1) Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat sekitar yang mempengaruhi penulis dalam membuat cerpen tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penulis, di antaranya sebagai berikut.
- Ideologi Negara
- Kondisi Politik
- Kondisi Sosial
- Kondisi Ekonomi
2) Latar Belakang Penulis
Latar belakang penulis adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis yang mendorong penulis dalam membuat cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
- Riwayat Hidup Penulis
- Kondisi Psikologis
- Aliran Sastra Penulis
3) Nilai yang Terkandung di Dalam Cerpen
Ada beberapa nilai yang menjadi aspek ekstrinsik dalam sebuah cerpen. Dan nilai-nilai tersebut di antaranya sebagai berikut.
- Nilai Agama
- Nilai Sosial
- Nilai Moral
- Nilai Budaya
C. Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen
Berikut ini adalah contoh sebuah cerpen!
Kai Imbran dan Sepedanya
Kai Imbran ribut. Sepeda kesayangannya tak ada di rumahnya. Akibatnya dia mendadak temperamental. Nini Ipat, isterinya pun jadi sasaran.
” Aku bosan mendengar ocehanmu,” ucap Kai Imbran singkat.
Kenapa Kai Imbran begitu fanatik dengan sepedanya itu ?
” Karena ia punya sejarah tersendiri bagi kehidupanku,” ujar Kai Imbran saat ditanya tetangganya yang turut prihatin melihat keadaan Kai Imbran setelah kehilangan sepedanya. Baginya sepeda itu adalah harta pusakanya
” Kalau sepintas lalu sepeda itu adalah biasa-biasa saja. Di pasar pun banyak dijual,” beritahu Kai Imbran. Sepedanya itu ujar Kai Imbran sudah tua.
“ Sepeda itu dibeli saat aku masih bujangan dulu hasil dari bertani,” ujar Kai Imbran.
Kai Imbran sudah puluhan tahun pensiun. Ia dulu jadi guru di daerah terpencil. Kini bersama dengan Nini Ipat mendiami sebuah rumah di sudut kampung kelahiran yang indah dan damai. Kai Imbran dan Nini Ipat dikaruniai dua orang anak. Kini bermukim di pulau Jawa. Saban lebaran mereka pulang kampung untuk bersilaturrahmi dengan orang tua dan sanak famili lainnya.
Kenapa Kai Imbran ngotot mencari kemanapun sepedanya itu. Ternyata sepeda itu mempunyai sejarah tersendiri baginya. Banyak kenangan tersimpan di sepeda itu.
Yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Kai Imbran sibuk mencari ke kolong rumah kalau-kalau sepedanya itu ada di sana. Kai Imbran mencari ke pasar loak. Kalau-kalau sepedanya bisa ditemukan di tempat itu. Setiap sepeda diamati secara detail dan hati-hati. Berjam-jam Kai Imbran berada di sana. Namun usahanya tetap nihil.
Minggu berikutnya ia kembali melakukan hal yang sama.
” Bagaimana kalau beli yang baru untuk mengganti sepeda itu ?” ujar Nini Ipat.
Namun Kai Imbran tetap pada pendiriannya. ” Sepeda itu punya sejarah tersendiri yang tak bisa dilupakan,” ujar Kai Imbran.
Hal ini tentu saja membuat Nini Ipat tak berkutik. Menurut apa kata suami. Namun ia tetap turut berusaha memecahkan masalah ini.
Dulu sepeda itu selalu digunakan Kai kemanapun juga seperti ke kenduri, pasar, sawah, dan tempat lainnya.
Entah kenapa hari itu Kai Imbran tidak memakai sepeda itu lagi. Ia terlihat seperti seorang gadis cantik yang kehilangan pesona. Tak ada lagi yang berani memandangnya. Seperti orang yang buruk rupa. Bahkan anak-anak yang tinggal se-kampung dengan Kai Imbran berani mengejek.
” Hilang sepeda seperti orang Kayu Tangi Ujung,” ucap anak-anak itu sembari memperlihatkan pantat mereka ke arah muka Kai Imbran. Sungguh terlalu.....
Tentu saja Kai Imbran jadi berang melihat pelecehan diri tersebut, sekaligus juga merasa tersinggung. Sampai-sampai mau melempar anak-anak tersebut dengan batu. Tapi anak-anak itu keburu kabur Sepeda itu sangat khas. Tidak ada yang menyamainya. Karena sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Tampil unik dan elegan. Saat di sawah pun sepeda itu selalu dibawa.
Karena jarak rumah dengan sawah lumayan jauh. Lalu, bila bekerja sepeda itu akan disimpannya ke dalam rampa (pondok disawah).
Kai Imbran bahkan ingin melaporkan kejadian ini ke Komnas HAM segala. Biar tuntas. Namun isterinya tidak mendukung.
“Buru-buru ngurus masalah kita, yang lain saja ma-sih banyak yang belum terselesaikan,” ucap isterinya ketus.
Kai Imbran tak lagi bergairah menjalani hidup. Sawahnya dibiarkan saja terbengkalai. Dia tak mampu lagi mengurus rumah tangga. Akhirnya berantakkanlah kehidupan mereka. Seperti mengurus kota yang semrawut oleh berbagai masalah. Dari pasar yang kumuh, penertiban PKL, hingga terminal. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan.
Bagi Kai Imbran sepeda itu adalah pusaka berharga yang tak dapat dipisahkan dari sejarah hidupnya.
“ Sudahlah Pak, kalau memang Tuhan menghendaki hilang bagaimana lagi. Manusia saja bisa mati,” ujar isterinya.
Memang benar juga kenapa memikirkan sepeda yang usianya sudah tua itu. Hidup di dunia saja tak ada yang abadi.
” Jabatan bupati saja bisa berakhir belum saatnya bila ada yang menggoyang ataupun bupatinya yang keburu meninggal dunia,” ujar Nini Ipat lagi.
Tapi Kai Imbran bingung. Apakah sepedanya itu hilang karena lupa meletakkan atau diembat oleh maling.Tatapan orang tak lagi bersahabat terhadap Kai Imbran. Mereka menganggap Kai Imbran sudah kehilangan wibawa dan kharismanya. Setelah sepedanya itu hilang. Sungguh kejam sekali hukum masyarakat ini. Dunia! Dunia!
Kai Imbran masih ingat dengan sepedanya itu. Ban depan dan ban belakang baru diganti. Sementara velg-nya dicat warna hijau muda. Rantai dan bagian lainnya masih terlihat mengkilap. Karena memang tiap pagi selalu diberi minyak kelapa biar tidak berkarat. Itu semua dilakukan karena kecintaan kepada sepeda kesayangannya itu. Di usia tuanya Kai Imbran berharap sepeda itu jadi manfaat untuk menjalani sisa-sisa hidup.
Dulu sepeda itu tiap subuh dibawa oleh isterinya untuk berjualan sayuran ke pasar subuh. Paginya giliran Kai Imbran yang memakai untuk keperluan lainnya.Kai Imbran sadar. Hidupnya penuh dengan liku-liku yang tentu dia jalani dengan ikhlas. Sepeda yang hilang itu jadi salah satu bahan pemikirannya.
” Kenapa sampai terjadi kesenjangan dimuka bumi ini Pak ?” ujar Nini Ipat kepada suaminya untuk mengalihkan pokok pembicaraan. Yang ditanya malah diam saja bahkan terlihat melamun.
” Pak,” ucap Nini Ipat sembari tangannya menggoyang-goyang bahu suaminya itu.
Kai Imbran melihat jalan hidup ini betapa terjalnya. Sepeda itu tak akan kembali lagi kepadanya. Tapi Kai Imbran tak mau berputus asa. Ia menghubungi temannya yang berprofesi sebagai paranormal. Kai Imbran menyerahkan masalah tersebut kepada teman lamanya itu.
” Sepeda itu tidak hilang cuman ada yang meminjam saja,” ucap temannya itu yang sudah puluhan tahun menggeluti profesinya itu. Kai Imbran tambah bingung. Perjalanan itu terlalu jauh. Bagai roda sepedanya yang hilang itu.
” Tidak punya pekerjaan tetapi tetap bekerja. Tidak punya penghasilan tetap tetapi punya penghasilan,” ujar Kai Imbran.
Isterinya tertawa lebar mendengar kalimat-kalimat manis sang suaminya itu.
” Kaya dulu baru idealis, bukan idealis baru kaya,” timpal Nini Ipat.
Begitu harmonisnya hubungan Kai Imbran dengan Nini Ipat. Walau sepeda mereka hilang tak tahu entah kemana rimbanya. Tertatih Kai Imbran meniti kehidupan ini. Sepeda tuanya bukanlah bagian penting hidupnya. Namun sepeda itulah yang membuatnya bergairah menjalani hidup.Walaupun zaman sudah berubah. Semua orang memakai motor dan mobil. Tapi Kai Imbran tetap eksis dengan sepedanya. Sementara anak muda saat ini bangga memakai motor dan mobil, terlihat gagah dan angkuh, padahal milik orang tua mereka. Yang belum tentu lunas bayar kreditnya.
Kai Imbran masih ingat saat zamannya dulu. Naik sepeda menonton orkes dangdut. Begitu ramai sekali. Dijalan menggoda wanita. Tapi sekarang anak muda sudah naik motor semua. Yang memakai sepeda pancal ditertawakan. Dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Ke sekolahpun sekarang jarang yang memakai sepeda. Kalau tidak naik motor, naik mobil orang alias naik taksi. Juga wanita tidak ada yang naksir kepada cowok yang memakai sepeda. Mereka lebih suka mendambakan laki-laki yang menggunakan jimat Jepang. Keterlaluan memang !
Ternyata sepeda tak lagi punya kharisma di mata seorang wanita sekarang ini. Tapi di kota-kota lain di dunia sepeda malah jadi alat transportasi primadona. Seperti di negeri Tirai Bambu, China. Karena dapat mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan polusi pabrik industri yang tumbuh kian pesat.
(Husaini, A. 2014)
Tema dari cerpen tersebut adalah Kai Imbran kehilangan sepeda kesayangannya, ditunjukkan pada kalimat berikut :
”Karena ia punya sejarah tersendiri bagi kehidupanku,” ujar Kai Imbran saat ditanya tetangganya yang turut prihatin melihat keadaan Kai Imbran setelah kehilangan sepedanya. Baginya sepeda itu adalah harta pusakanya. {alertInfo}
Alur cerpen tersebut adalah alur campuran, ditunjukkan dalam kalimat berikut.
Kai Imbran sudah puluhan tahun pensiun. Ia dulu jadi guru di daerah terpencil. Kini bersama dengan Nini Ipat mendiami sebuah rumah di sudut kampung kelahiran yang indah dan damai. Kai Imbran dan Nini Ipat dikaruniai dua orang anak. Kini bermukim di pulau Jawa. Saban lebaran mereka pulang kampung untuk bersilaturahmi dengan orang tua dan sanak famili lainnya. (alur mundur) {alertInfo}
Kai Imbran sibuk mencari ke kolong rumah kalau-kalau sepedanya itu ada disana. Kai Imbran mencari ke pasar loak. Kalau-kalau sepedanya bisa ditemukan di tempat itu. Setiap sepeda diamati secara detail dan hati-hati. Berjam-jam Kai Imbran berada disana. Namun usahanya tetap nihil. (alur maju) {alertInfo}
Latar tempat dari cerpen tersebut yaitu rumah kai Imbran dan sekitarnya. Latar waktu dari cerpen tersebut yaitu waktu sekarang. Latar suasana dari cerpen tersebut sedih (Kai Imbran tak lagi bergairah menjalani hidup). {alertInfo}
Tokoh utama dalam cerpen tersebut yaitu Kai Imbran, dan tokoh pembantu yaitu Nini Ipat. {alertInfo}
Sudut pandang dari cerpen tersebut adalah sudut pandang orang ketiga. {alertInfo}
Amanat dari cerpen tersebut bagaimana cara kita menghargai kenangan dalam hidup. {alertInfo}
D. Menentukan Unsur Ekstrinsik Cerpen
Surgaku Surgamu Abi
Bismillaahirrohmaanirrohiim..A’mmaayatasaa aluun...
Terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan seorang gadis belia, gadis itu bernama Zaenab. Ia berumur lima tahun, ayahnya bernama Mohammed, ibunya meninggal sejak 3 tahun silam karena divonis penyakit liver. Zaenab adalah seorang tahfidz 30 juz, dia seorang gadis yang ceria juga penyayang. Dia tinggal di Palestina tepatnya di kota Gaza.
Malam mulai larut, rasa kantuk yang menimpa Zaenab pun semakin menjadi, sebelum tidur ia bicara pada ayahnya
“Abi jika Zaenab masuk surga, Abi harus ikut Zaenab! Zaenab akan meminta pada Allah supaya surga Zaenab juga surga Abi! ”
“Iya Zaenab, tapi jika suatu saat nanti Abi telah tiada, Zaenab harus selalu taat pada Allah dan tanpa Abi Zaenab harus mandiri! ” Sambil menatap lampu lalu kembali menatap anaknya. Ternyata Zaenab sudah tidur, Abi pun tersenyum dan menangis saat mengingat perkataan Zaenab tadi.
Jam menunjukkan pukul 01.30 waktu setempat Abi pun bangun untuk bermunajat, selesai sholat Abi berdoa.
“Ya Allah…terimakasih atas rahmat yang Engkau berikan pada hamba, hamba sangat sayang pada Zaenab jagalah dia Ya Allah…”
BUMMMMM!!!! Terdengar suara bom di sebelah utara. Zaenab pun terbangun
“Abi… Abi… Zaenab takut Abi! “
“Tenang Zaenab!” Sambil mendekap dalam tangisan anaknya dan mencoba menenangkan Zaenab. “Ayo kita kembali tidur nak.”
Fajar mulai muncul dari peraduannya, Zaenab pun mengambil air wudhu dan mengerjakan sholat subuh bersama Abinya, setelah selesai sholat Zaenab bersiap-siap pergi ke sekolah tahfidz yang memang cukup terkenal di Gaza yaitu Maahad Tahfidz Al-Quran.
***
Prakkk!!! Terlihat sebuah batu besar menimpa kaca mobil Zaenab
”Abi.. apa itu Abi?”
“Tenang Zaenab Abi keluar dulu! ”
“Iya Bi.. Hat-hati! ” Terlihat kecemasan pada raut wajah Zaenab. Tak berapa lama terdengar suara yang mengejutkan Zaenab “Doooorrrr!!!!” serdadu Israel terlihat di mata Zaenab, sebuah peluru ditembakkan tepat di kaki Abinya.
“Abi.. Abi..” tangisan menyertai langkah kaki Zaenab yang berlari menghampiri Abinya
“Hai serdadu Israel! Prilakumu akan dibalas oleh Allah” sambil menitikan air mata. Serdadu Israel pun tak menghiraukan perkataan Zaenab. Zaenab menangis sambil merangkul ayahnya yang terpincang-pincang, dia tetap berusaha walaupun tertatih-tatih dengan badan kecilnya.
***dalam mobil***
“Abi mau kemana?”
“ke sekolah Zaenab”
“Gak.. aku gak mau ke sekolah, aku mau jaga Abi!”
“Abi baik-baik saja Zaenab!”
”Tapi Bi…Zaenab….kan ”
“Sudah! Sudah! Abi bilang Abi tidak apa-apa” potong Abi, Zaenab pun terdiam dan terus saja menitikkan air matanya.
Pagi itu seperti biasa teman-teman Zaenab menunggu Zaenab di lobi kelas, Zaenab masuk pintu gerbang dengan mengucap Basmalah, setelah bertemu dengan temannya seperti biasa mereka terlebih dahulu berwudhu sebelum mengambil Al-Quran.
***
Waktu menunjukan pukul 10.45 menit, terdengar suara pesawat tempur dan bom di sekitar sekolah Syuuuuuttt..Dukk…Bummmmmm!!! sebuah bom menimpa sekolah Zaenab, terdengar seluruh siswa dan guru ricuh menyelamatkan diri..
“Abi..Abi..hiks hiks hiks” teriak Zaenab, sebuah pilar menimpa kaki Zaenab
“BRUUK” Zaenab tak sadarkan diri. “ Abi.. Zaenab dimana?”
“Tenang Nak” tampak sesosok orang berjas putih di sampingnya.
“Dok kenapa Anak saya ?”
“ Maaf Pak kaki Zaenab harus diamputasi, karna kakinya tidak bisa digunakan lagi”
Abi menangis tak henti-hentinya.
“Abi, Zaenab tidak apa-apa mungkin itu cobaan dari Allah Bi! Kita harus bersabar!.
Zaenab masih punya satu kaki kok, masih bisa jalan-jalan sama Abi” senyum Zaenab.
Dua minggu berlalu.
Zaenab sudah bisa menyesuaikan diri dengan satu kaki, Zaenab tetap semangat dan tak pernah merasa minder, hingga suatu ketika senyumnya itu sirna saat ia harus menerima kenyataan bahwa Abinya menjadi seorang militer yang ditugaskan pergi ke gurun Al-Naqab perbatasan Palestina. Zaenab menangis tak henti-hentinya.
“Abi jangan pergi Abi!”
“Tenang Zaenab, kan ada bibi Zulaiha yang sayang sama Zaenab”
“Tapi Bi..”
“Hust... Abi janji Abi pasti akan kembali dan slalu ada untuk Zaenab”
Abi pun pergi sambil menahan air matanya, bagaimana mungkin ia meninggalkan mutiaranya pada orang lain.
***
Hari ini tepat hari ulang tahun Zaenab, bibinya menghampiri Zaenab.
“Barakallah fi i umrik Zaenab keponakan Bibi tersayang. Hari ini Zaenab mau minta apa?”
“Zaenab gak minta apa-apa Zenab hanya ingin dipeluk Abi!” tangis Zaenab.
Bibi zaenab pun terdiam saat mendengar perkataan zaenab dan berbicara dalam hati
“Kasihan Zaenab tapi bagaimana mungkin ini bisa terwujud jarakantara mereka sangat jauh, apalagi harus berhadapan dengantentara Israel!”
“Sudahlah jangan menangis... nanti Abinya pasti akan pulang” sambil mengusap air mata Zaenab.
Semenjak Zaenab ditinggal Abinya Zaenab terlihat murung, hingga suatu ketika Zaenab melarikan diri untuk pergi ke Gurun Al-Naqab yang letaknya lumayan jauh dari Gaza. Perjalanan itu tak pernah ia merasa letih, yang ia rasakan adalah merindukan dekapan seorang Abi. Zaenab bergumam dalam hati. “Ya Allah, Zaenab sangat lapar dan haus.” Butuh perjalanan dua hari untuk sampai di gurun tersebut, untung Zaenab pernah melewatinya bersama Abi, sehingga ia ingat kemana arah yang dituju. Saat di perjalanan Zaenab berkali-kali melihat kekejaman Israel, dari membunuh, menyiksa hingga mediskriminasi Warga Palestina. Setiap bertemu Serdadu Israel Zaenab langsung bersembunyi agar tidak ketahuan.
“Ah... ada mereka!” Zaenab bersembunyi ketakutan, ketika mereka sudah lewat Zaenab menemukan sisa makanan “Alhamdulillah, ada makanan!” senyum Zaenab. Saat ia makan ternyata ada anak kucing di sampingnya.
“Eh mpus... kasian. Pasti kamu kelaparan kan ? ini aku beri sedikit, kamu kelihatannya sendiri ibumu mana? Oh pasti kamu kehilangan dia ya? Zaenab sama, Zaenab juga kehilangan Abi, tapi Zaenab lagi nyusul Abi nih! Semoga mpus ketemu ibunya ya.. yasudah Zaenab mau lanjut jalan dulu mpus, dadaaah.” Sambil mengambil tongkat penyanggah kakinya dan melanjutkan perjalanan.
***
Sampailah Zaenab ke tempat yang ditujunya, Dorrrr….Dorrrr….Dorrr…Bumm... Suara senapan dan bom mulai berjatuhan. Terdengar seperti suara orang berlari dan berteriak… Allahhuakbar!!!! Lailahaillallah!!! Ia melihat tentara Israel yang sedang melepaskan pelurunya. Hal itu membuat Zaenab takut dan bersembunyi pada semak belukar, ia melihat jelas kejadian itu dan saat itu matanya tertuju pada seseorang yang iya kenal “Abi!!!” ucap Zaenab sangat senang.
“Dooorrr” seorang yang Zaenab kenal itu pun jatuh dan mendekap di padang pasir dengan bersimbah darah. “Abi…Abi…Abi!!!!!!” teriak Zaenab ia ingin berlari, tapi karna kondisi kakinya yang sangat sulit, ia pun sesekali terjatuh, rasa sakit itu pun tak ia hiraukan. Hingga akhirnya tongkat penyanggah kaki Zaenab pun patah. Zaenab pun menyeret kakinya sambil menangis “Abi…Abi… Abi..!!! hiks hiks hiks” Zaenab mendekati Abi dan memeluk Abinya yang bersimbah darah itu..
“Abi.. bangun Abi!!!!” terlihat seorang yang Zaenab sayang kini sudah tak bernyawa.
“Abi.. Zaenab janji jika Zaenab masuk surga Zaenab akan jemput Abi !!!”
Prak…prak…prak terlihat tiga orang pemuda bertubuh kekar sambil membawa senapan, pemuda itu mendekat pada Zaenab.
“Tuan..Tuan apakan Abi Zaenab… kenapa Tuan tega… Tuan, semua yang Tuan lakukan akan dibalas oleh Allah!!!! Tuan memang kejam!!!” tangis Zaenab sambil memukul kaki pemuda tersebut.
“Brukk” Zaenab terlempar jauh, karena ditendang pemuda tersebut. Salah seorang pemuda mengambil senapannya dan diarahkan pada Zaenab. Terlihat raut wajah Zaenab yang ketakutan.
“Dor…Dor...” Tubuh Zaenab pun jadi korban, dua buah peluru tersangkut di kepala dan perut Zaenab “Lailahaillallah…Allahhuakbar” ucap Zaenab.
Tubuh zaenab terkulai lemah, tak berapa lama Zaenab pun meninggal ia terjatuh tepat di atas dada Abinya, pemuda-pemuda itupun tertawa terbahak-bahak dan tak disangka-sangka badai pasir pun menimpa gurun Al-Naqab hingga pemuda Israel tersebut tewas seketika.
Zaenab adalah seorang tahfidz 30 juz, kecintaannya pada ayahnya sangat kuat sehingga ia rela membela ayahnya dari serdadu Israel dan taruhan nyawa pun tak lepas dari takdir Zaenab.
(Febrianti, N., 2016)
Nilai adalah sesuatu sifat atau hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai dapat berupa konsep, prinsip, cara berpikir, perilaku dan sikap seseorang. Nilai yang terdapat di dalam cerpen antara lain nilai moral, nilai kepercayaan, nilai budaya, dan nilai sosial.
Pada cerpen yang berjudul “Surgaku Surgamu Abi” terkandung nilai agama dan moral. Nilai agama terdapat pada:
• Zaenab adalah seorang tahfi z 30 juz, dia seorang gadis yang ceria juga penyayang
• Fajar mulai muncul dari peraduannya, Zaenab pun mengambil air wudhu dan mengerjakan sholat subuh bersama Abinya, setelah selesai sholat Zaenab bersiap-siap pergi ke sekolah tahfi z yang memang cukup terkenal di Gaza yaitu Maahad Tahfidz Al-Quran
Sedangkan nilai moral terdapat pada:
• “Eh mpus... kasian. Pasti kamu kelaparan kan ? ini aku beri sedikit, kamu kelihatannya sendiri ibumu mana? Oh pasti kamu kehilangan dia ya? Zaenab sama, Zaenab juga kehilangan Abi, tapi Zaenab lagi nyusul Abi nih! Semoga mpus ketemu ibunya ya.. yasudah Zaenab mau lanjut jalan dulu mpus, dadaaah.”
• Zaenab adalah seorang tahfidz 30 juz, kecintaannya pada ayahnya sangat kuat sehingga ia rela membela ayahnya dari serdadu Israel dan taruhan nyawa pun tak lepas dari takdir Zaenab