Buku Fiksi dan Nonfiksi

 
Buku Fiksi dan Nonfiksi

Buku Fiksi dan Nonfiksi

Buku fiksi adalah jenis buku yang isinya berupa cerita yang sifatnya imajinatif. Jadi, untuk menuliskan buku fiksi tidak diperlukan adanya pengamatan serta tidak perlu pula dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena ide cerita yang ditulis berasal dari khayalan atau imajinasi penulis belaka. Biasanya, dalam buku fiksi, bahasa yang digunakan berupa bahasa kiasan atau konotatif. Jadi, pembaca diajak untuk masuk ke dalam cerita itu dengan bahasa yang tidak biasa. Contoh buku fiksi yaitu buku cerita anak, dongeng, novel, cerita pendek (cerpen), fabel, dan komik.

Buku non-fiksi adalah buku yang isinya tidak bersifat khayalan alias kenyataan alias based on fact. Buku non-fiksi ini memuat aneka kejadian sebenarnya dan bersifat informatif. Karena sifatnya yang bukan khayalan, maka untuk membuat buku nonfiksi akan diperlukan suatu pengamatan dan data. Sebab, informasi yang termuat dalam buku non-fiksi ini harus dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum, bahasa yang digunakan dalam buku non fiksi ini berupa bahasa denotatif atau bahasa sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat memahami maksud isi buku secara langsung dan mudah. Oleh karena itu, buku nonfiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca. Contoh buku nonfiksi yaitu buku pelajaran, buku ensiklopedia, esai, jurnal, dokumenter, biografi , dan laporan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, atau disertasi).

 Berdasarkan uraian di atas perbedaan antara buku fiksi dan buku non fiksi adalah :

1. Buku fiksi :

  • a. Cerita buatan
  • b. Bersifat imajinatif
  • c. Bahasanya kiasan

2. Buku non fiksi :

  • a. Berdasarkan data
  • b. Informatif
  • c. Bahasanya lugas (denotatif)

Jenis-jenis karya sastra yang termasuk ke dalam buku fiksi yaitu novel, roman, dan cerpen yang dapat dijelaskan lebih detail sebagai berikut.

1. Novel

Novel merupakan buku yang berisi karangan fiksi berisi cerita seorang tokoh utama dengan pro dan kontra di dalam alur ceritanya, mulai awal hingga akhir cerita. Di dalam novel mengandung cerita yang paling menarik perhatian atau cerita yang berisi dengan informasi penting yang disebut dengan klimaks. Adapun novel dapat dicirikan mengandung cerita mengenai kisah hidup seseorang dan memiliki narasi yang panjang. Ada banyak sekali contoh novel yang dapat ditemukan dengan mudah di toko buku. Beberapa contoh judul novel diantaranya Siti Nurbaya, Tenggelamnya Kapan Vander Wick, 99 Cahaya di Langit Eropa, Bulan Terbelah di Langit Amerika, dan masih banyak lagi judul-judul yang lainnya.

Contoh :

Para Priyayi (Bab Lantip)*

Karya: Umar Kayam

Nama saya Lantip. Ah, tidak. Nama saya yang asli sangatlah dusun–ndeso–Wage. Menurut embok (ibu) saya, nama itu diberikan karena saya dilahirkan pada hari Sabtu Wage. Nama Lantip itu saya dapatkan kemudian waktu saya mulai tinggal di rumah keluarga Sastrodarsono, di Jalan Setenan, kota Wanagalih. Sebelumnya, saya tinggal bersama embok saya di Desa Wanalawas yang hanya beberapa kilometer saja dari kota Wanagalih. Menurut cerita, Desa Wanalawas itu adalah desa cikal bakal kota Wanagalih, terutama saat Mataram melihat daerah ini sebagai wilayah yang strategis. Madiun diperintahkan oleh Mataram untuk mengembangkan kawasan itu menjadi kawasan yang ramai. Maka bedol desa atau pemindahan desa pun diperintahkan oleh Mataram untuk mengisi kawasan tersebut, di mana desa Wanalawas adalah salah satu desa yang dijebol untuk menjadi bagian Wanagalih.

Dari salah satu desa yang lumayan besar, Desa Wanalawas pun menciut menjadi desa yang kecil. Salah satu dari keluarga-keluarga yang tinggal di Wanalawas adalah nenek moyang embok saya. Menurut embok saya, mereka adalah orang-orang desa yang bertani padi, palawija, dan sedikit tembakau. Sawahnya tidak seberapa besar; hanya satu atau dua bau saja. Itu pun sawah tadah hujan, karena letak sawah itu jauh dari sungai yang dapat mengairi sawah itu.

Selain bersawah, keluarga moyang saya adalah juga keluarga pembuat tempe. Ayah saya… wah, saya tidak ingat pernah mengenalnya. Embok selalu mengatakan ayah saya pergi jauh untuk mencari duit. Hanya bertahun-tahun kemudian pada waktu saya sudah menjadi bagian dari rumah tangga Sastrodarsono, saya sedikit mendapat bayangan siapa ayah saya sewaktu saya sering kena bentak embah guru kakung (kakek). Meskipun orangnya baik dan adil, embah guru kakung juga keras dan bila marah suka membentak sembari misuh (mengumpat)…. {alertInfo}


2. Roman

Roman merupakan suatu karangan fiksi yang menceritakan beberapa tokoh dalam alur ceritanya. Cerita di dalam roman mengandung banyak hikmah dan cenderung mengarah pada cerita klasik. Karya sastra roman ini memiliki ciri-ciri menceritakan kisah hidup seseorang hingga dia meninggal. Ada banyak jenis-jenis roman, misalnya roman petualangan, roman psikologis, roman percintaan, dan lain-lain. Contoh judul karya sastra yang berbentuk roman diantaranya Neraka Dunia (roman pendidikan), Si Dul Anak Jakarta (roman anak dan remaja), dan lain-lain.

Contoh :

Kecupan di Batu Nisan

Oleh Gayatri

Fahri, nama pemuda asal Minangkabau yang bekerja sebagai pembuat perahu cadik. Fahri hanya pemuda desa yang selalu bermimpi dapat membahagiakan kedua orang tuanya. Fahri berasal dari keluarga miskin yang sederhana. Namun, Fahri sungguh pandai. Menomorsatukan pendidikan dan spiritualitasnya. Dia dikenal sebagai pemuda yang baik budi dan pandai membaca Al-Quran. Suaranya sangat indah saat menggema melantunkan ayat suci tersebut. Jikalau tidak ada pesanan perahu atau perbaikan, Fahri ikut bekerja sebagai penjaga kebun dirumah seorang saudagar kaya bernama Sultan Mahmud.

Sultan Mahmud memiliki seorang putri yang bernama Siti. Disinilah mereka bertemu dan akhirnya timbul perasaan cinta antara keduanya. Namun, Fahri mengetahui jalinan kasihnya hanya bisa diangan-angan saja. Siti adalah putri saudagar kaya yang sudah melenggang hingga keluar negeri. Tidak mungkin bisa keluarganya mengimbangi Siti. Tetapi ketika cinta sudah menjadi kuat hingga ke akarnya sepertinya Siti tidak peduli. Fahri sebagai seorang tukang kebun terkadang juga merangkap sopir dan sebagainya. Dirumah Sultan Mahmud, dirinya diterima dengan baik. Waktu pun berlalu. Hingga pada suatu pagi, Sultan Mahmud mendengar kabar tentang hubungan Fahri dengan anaknya. Sultan Mahmud meminta Fahri untuk pergi jauh dari rumahnya dan mempekerjakannya di ladang peternakan. Sultan Mahmud tidak tega mengusir Fahri karena kebaikan orang tuanya dulu. Dia hanya memindahkan Fahri ke ladang ternak sapi miliknya yang jauh dari tempatnya sekarang. Sultan Mahmud berharap dengan jarak yang jauh tersebut, Siti bisa mudah melupakan Fahri.

Hari demi hari berlalu, bulan berganti. Siti yang merasa bahwa pemindahan Fahri adalah karena keinginan ayahnya untuk memisahkan mereka tetap berniat untuk menunggu. Siti tidak pernah mengetahui bahwa setiap minggunya Fahri selalu berkirim surat. Ya, Fahri menitipkan surat pada Mbok Gimah. Namun, karena Mbok Gimah yang menaruhnya hanya di atas meja Siti, surat tersebut diketahui oleh Sultan Mahmud. Akhirnya, Mbok Gimah selalu menyampaikan surat mingguan Fahri kepada ayahanda Siti itu karena takut dipecat.

Dalam surat yang disampaikannya selama beberapa minggu, Fahri meminta jawaban Siti untuk mau menikah dengannya setelah Fahri sukses nanti. Fahri yang menunggu balasan surat tak kunjung mendapatkan jawaban dari Siti, sehingga Ia jatuh sakit. Sakitnya didiagnosis oleh dokter adalah penyakit paru-paru yang sudah kronis dan membutuhkan operasi untuk membersihkan organ dalamnya. Sementara disisi lain Siti yang merasa tak kunjung mendapatkan kabar dari Fahri mulai gundah dan menganggap bahwa Fahri hanya mempermainkan dirinya. Sultan Mahmud ayahnya, juga telah berniat untuk menikahkan Siti dengan pengusaha batu bara yang kaya raya. Masih muda, Raffi nama pengusaha itu. Siti pun tak bisa menolak karena itu keinginan ayahnya. Siti mencoba memberi kabar kepada Fahri dengan berkirim surat ke rumah orang tua Fahri. Namun, tanpa diketahui oleh Siti, kedua orang tua Fahri sudah terlebih dulu pindah ke tempat lain untuk merawat Fahri yang saat itu memang tengah sakit-sakitan. Siti pun menganggap semuanya sia-sia saja. Pada akhirnya Siti menerima pinangan Raffi dan menyetujui perjodohan tersebut.

Hari yang dilalui Fahri sungguh memilukan. Beberapa kali dirinya mengalami sakit dibagian dada, Fahri hanya menahan sakitnya sambil sesekali menyebut nama Siti. Fahri hanya ingin bertemu dengan Siti untuk terakhir kalinya. Ia ingin bertanya alasan Siti tak sudi menjawab semua surat yang dikirimkannya setiap minggu. Hingga pada suatu pagi, Mbok Gimah yang merasa kasihan pada Fahri dan Siti menemui Fahri sesaat menjelang ajalnya. Mbok Gimah menceritakan bagaimana surat tersebut tidak pernah sampai ke tangan Siti. Mbok Gimah meminta maaf dan berjanji akan mengakui semuanya meski sudah terlambat.

Fahri yang mendengar kabar tersebut sangat kecewa. Hanya karena harta mereka dipisahkan sampai hayat. Fahri memaafkan Mbok Gimah dengan satu syarat yaitu menyampaikan pesan terakhir Fahri dalam sebuah surat. Surat tersebut ditulis Fahri, bahkan sesaat sebelum mengakhiri tulisannya Fahri mengeluarkan batuk disertai darah yang sedikit tumpah pada kertas yang berisi tulisannya. Sesaat kemudian Fahri menghembuskan napas terakhir disamping kedua orang tuanya dan Mbok Gimah.

Sepanjang perjalanan Mbok Gimah dihantui perasaan bersalah dan menyesal. Apalagi Fahri berpesan untuk menyampaikan surat itu saat anak dalam kandungan Siti lahir. Ya, Siti mengandung anak dari Rafi i, suaminya yang dijodohkan oleh ayahnya. Meskipun Raffi termasuk orang yang pemarah dan memiliki akhlak yang buruk, Siti tetap menghormatinya sebagai suami apalagi dengan anak yang dikandungannya. Siti hanya ingin menjadi ibu dan istri yang baik.

Enam bulan pun berlalu. Tepat disaat subuh menggema di beberapa masjid, Siti melahirkan bayi pertamanya yang diberi nama Azzam. Seketika itu pula, Mbok Gimah yang tengah merawat Siti berniat untuk memberitahukan pesan terakhir dari Fahri. Namun, karena kondisi Siti yang masih lemah Mbok Gimah mengurungkan niatnya itu.

Pada suatu hari saat Mbok Gimah tengah asik menyuapi Azzam, Siti tidak sengaja masuk ke kamar Mbok Gimah dan melihat surat yang memang tengah dibawa di genggaman Mbok Gimah. Surat itu rencananya akan diberikan mengingat kondisi Siti yang sudah pulih. Mbok Gimah meminta maaf pada Siti, tidak ada yang bisa Siti lakukan selain meratapi surat terakhir dari Fahri tersebut. Siti nekat pergi ke makam orang yang paling dicintainya itu. Sang ayah, Sultan Mahmud tidak bisa mencegah keinginan anaknya karena dia pun tahu Fahri sudah tiada.

Sesampainya di batu nisan makam Fahri Siti bahkan ingin mengakhiri hidupnya dengan membenturkan kepalanya hingga berdarah-darah. Niat tersebut kemudian dihalangi oleh Raffi yang menyusulnya ke makam. Raffi yang berjanji ingin berubah sejak kelahiran anak mereka juga mengungkapkan permohonan maaf diatas nisan Fahri. Kesadaran Siti kembali seusai membaca ulang surat digenggamannya. Di pesan terakhir Fahri meminta Siti untuk hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Siti tidak diperbolehkan bersedih demi kisah mereka. Akhirnya, Siti pun hanya bisa mengecup nisan Fahri untuk yang terakhir dan berjanji akan memenuhi keinginan Fahri untuk bahagia dengan suami dan anaknya saat ini.

TAMAT. {alertInfo}


3. Cerpen

Cerpen merupakan karangan fiksi yang memiliki narasi jauh lebih pendek dari novel dan roman. Akan tetapi, cerpen memiliki daya tarik tersendiri karena bisa menjadi latihan awal bagi penulis dalam membuat suatu karya tulisan. Cerpen dapat dicirikan yaitu menceritakan kisah hidup seseorang yang dikemas dengan narasi yang pendek.

Contoh :

Nama saya Dafi. saya merupakan seseorang anak kilang minyak yang kaya raya, hidupku elegan, apa saja yang ku ingin tentu bisa, tetapi kalo permasalahan sahabat ataupun teman saya gak bisa, sebab apa? saya tidak memiliki sahabat ataupun teman di sisiku, karena saya orang nya pendiam dan jutek.

Waktu itu saya sekolah di suatu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta. Waktu mos saya bisa punya sahabat tetapi cuman sebentar karena saya pendiam, sulit buat berteman. Setelah 2 jam sehabis mos saya juga menemukan kelas baru bersama anak- anak lainnya.

Waktu itu terdapat orang mendekati saya, namanya alif ia anak kurang sanggup tetapi ia banyak teman waktu MOS. Alif mendekati saya sebab ia kasihan sama saya tidak memiliki sahabat.

Alif saat itu mendekati saya dengan membagikan saya santapan. Saya juga saat itu pertama-tama sombong tetapi karena ia memaksa akhiranya pun saya menerima santapan darinya, saya juga mulai bergaul dengan nya.

Keesokannya saya diajak kerumahnya, Alif adalah anak yatim bapaknya wafat karena terkena sakit stroke. Pada waktu itu ingin membawa kerumah sakit tetapi karena terkendala tidak memiliki duit buat ke rumah sakit maka bapaknya dirawat dirumah.

Selang seminggu setelah itu penyakit bapaknya kambuh lagi serta penyakitnya kian parah. Dan pada akhirnyapun bapak alif terpanggil oleh yang maha kuasa. Alif pun masih juga tidak yakin bapaknya pergi untuk selamanya.

Seminggu sehabis bapaknya wafat ia juga mengambil alih posisi bapaknya bagaikan kepala keluarga serta tulang punggung untuk keluarganya. Ia memiliki adik wanita namanya Aisyah kelas 2 SD.

Aisyah juga menolong bundanya buat berjualan gorengan itu juga kadangkala laris manis kadangkala tidak Sedangkan alif setelah pulang sekolah ia juga berangkat ke pasar untuk mencari nafkah keluarganya dirumah.

Tiap hari ia jadi kuli panggul, saya juga menangis memandang keadaan rumahnya yang atap-atapnya telah bolong, cat bilik rumah telah kumal. Pekerjaan bundanya yang menjadi cuci, tiap hari ia mendapatkan order baju dari orang sebelahnya. Dalam satu hari pemasukan mencuci baju dari bundanya cuma tidak seberapa cuma 10 ribu hingga 40 ribu rupiah.

Kadangkala itu dapat buat buat makan saja, Alif juga tidak sempat memohon apa-apa dari bundanya. buat duit sekolah, saku, dll alif dapatkan duitnya hasil dari kuli panggulnya di pasar. Sebenarnya saya ingin menolongnya namun ia menolak dengan halus, karena segan saja sama saya.

Pada suatu hari saya juga kerumahnya untuk menolongnya bekerja dipasar, saat itu ia menolak buat bekerja dengannya, tetapi saya ngotot buat bekerja dengan nya, akhir nya ia juga menerima pula.

Dari sekitar jam 8 pagi hingga jam 5 sore saya membantunya, awalnya berat mengangkut beban yang ku membawa sebab menjajaki bagaikan kuli panggul, tetapi ku coba untuk membantu Alif. Pada akhirnya saya dapat mengangkut beberapa barang yang memiliki pelanggan Alif, dan akhirnya kami berdua menemukan kan duit 60 ribu rupiah. Alif sebenarnya memberiku duit tetapi saya tolak

“fi ini buatmu sebab kamu udah nolong saya”

saya juga menanggapi “ gak harus lah kan itu kan buat mu”

"Saya udah ada duit ku sendiri, itu buat mu aja kan kalian perlu duit buat sekolah”  akhirnya ia menaruh duitnya dalam saku.

Jam 5. 30 sore kami berdua kembali kerumah alif, duit tersebut di bagikan buat bundanya buat beli beras serta lauk pauk. Besoknya hari senin pagi saya pun berangkat ke sekolah, saya menjemputnya dirumah dengan bawa mobil.

“lif mari lah naik ke mobil saya kita berangkat bersama”

alif menanggapi “ tidak ah fi , lebih baik aku berjalan kaki saja”

Kemudian saya menyaut “ Jangan lah lif, nanti malah kesiangan loh kerena saat ini sudah jam 7.”

“ ya udah deh saya turut sama kalian” kata alif“

"Nah gitu dong kita berangkat kembali bersama sebab saat ini saya memiliki sahabat spesial seperti kamu."

Kami juga menangis senang seakan- akan ini suatu mukjizat, Kami juga peluk hangat sebab senang jadi teman.

–Susah dan bahagia kami lakukan bersama sama– {alertInfo}

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post