Interaksi Sosial

 
Interaksi Sosial

{getToc} $title={Daftar Isi}

Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia yang dilakukan secara timbal balik oleh kedua belah pihak. Manusia melakukan interaksi sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), kebutuhan akan ketertiban, kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan, serta kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang.

2. Syarat-syarat Interaksi Sosial

a. Adanya kontak sosial

 Kontak sosial berasal dari bahasa Latin, con atau com dan tangere. Con atau com, artinya bersama-sama. Tangere, artinya menyentuh. Secara harfiah, kontak memiliki arti menyentuh secara bersama-sama. Kontak juga dapat berupa senyuman. Kontak sosial memiliki sifat primer dan sekunder.

b. Adanya komunikasi sosial

 Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh satu orang kemudian ditanggapi oleh orang lain dengan memberi reaksi terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi dapat bersifat positif dengan terjalinnya kerja sama antar pelaku komunikasi. Kerja sama tersebut terjalin dikarenakan masing-masing pelaku komunikasi dapat saling memahami maksud dan tujuan pihak lain. Sebaliknya, komunikasi dapat bersifat negatif karena pelaku komunikasi tidak dapat saling memahami maksud dan tujuannya yang berujung pada pertentangan atau perkelahian.

Interaksi sosial yang ada berupa hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok, mau pun individu dengan kelompoknya. Hubungan melalui kontak sosial dan komunikasi, baik secara fisik atau non fisik dengan telepon, sms, dll.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi berlangsungnya suatu proses interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto (1989) antara lain :

• Sugesti, yaitu pengaruh atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain. 

Sugesti dapat berupa pengaruh psikis yang berasal dari dalam diri seseorang karena adanya keyakinan terhadap sesuatu hal dari orang yang dipercayai, baik itu melalui informasi atau nasihat yang diberikan. Faktor-faktor yang menyebabkan sugesti mudah diterima, antara lain:

1) Pemberi sugesti memiliki keahlian di bidangnya.

2) Sebagian besar anggota masyarakat telah menerima pendapat tersebut.

3) Tidak mampu berpikir dengan baik dalam proses sugesti, sehingga sugesti akan diterima tanpa pikir panjang.

4) Kondisi bingung dan bimbang yang dialami seseorang akibat dari pikiran yang terpecah belah sehingga mudah baginya untuk tersugesti.

• Imitasi, yaitu tindakan seseorang dalam meniru sikap, penampilan, dan gaya hidup orang lain yang bersifat sementara. Imitasi berasal dari Bahasa Inggris, imitation yang artinya tiruan atau peniruan.

• Identifikasi, yaitu proses meniru gaya hidup, tingkah laku, perbuatan, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut orang lain yang bersifat permanen. Identifikasi merupakan proses imitasi yang sudah sangat mendalam dan membentuk kepribadian seseorang.

• Simpati, yaitu proses kejiwaan seseorang yang merasa tertarik dengan orang lain. Ketertarikan tersebut didasari oleh keinginan untuk memahami perasaan pihak lain ataupun bekerja sama dengannya.

• Empati, yaitu proses larutnya perasaan seseorang terhadap penderitaan maupun kebahagiaan orang lain. Empati membuat seseorang memosisikan dirinya sebagai orang lain.

• Motivasi, yaitu pengaruh yang diberikan seorang individu terhadap individu lain, seorang individu terhadap kelompok, atau suatu kelompok terhadap kelompok lain. Motivasi merupakan dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan yang rasional, berbeda dengan sugesti yang mendorong seseorang yang menerima sugesti menjadi kurang rasional.

3. Aturan Berinteraksi: Ruang, Waktu, dan Gerak Sikap Tubuh

Dalam kajian sosiologis, ada beberapa aturan mengenai interaksi sosial yang berbeda dengan faktor yang memengaruhi interaksi yang telah kita bahas di muka. Karp dan Yoels (1979) menyatakan tiga jenis aturan dalam interaksi sosial, yaitu aturan mengenai ruang, waktu, dan gerak tubuh.

a. Aturan Mengenai Ruang

Karp dan Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall mengenai konsep jarak sosial. Menurut Hall, dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.

1) Jarak Intim (sekitar 0-45 cm)

Dalam jarak intim terjadi keterlibatan intensif panca indera dengan tubuh orang lain. 

Contohnya dua orang yang melakukan olahraga jarak dekat, seperti sumo dan gulat. Apabila seseorang terpaksa berada dalam jarak intim, seperti di dalam bus atau kereta api yang penuh sesak, ia akan berusaha sebisa mungkin menghindari kontak tubuh dan kontak pandangan mata dengan orang di sekitarnya.

2) Jarak Pribadi (sekitar 45 cm-1,22 m)

Jarak pribadi cenderung dijumpai dalam interaksi antara orang yang berhubungan dekat, seperti suami istri atau ibu dan anak.

3) Jarak Sosial (sekitar 1,22 m–3,66 m)

Dengan jarak sosial orang yang berinteraksi dapat berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contohnya interaksi di dalam pertemuan santai dengan teman, guru, dan sebagainya.

4) Jarak Publik (di atas 3,66 m)

Umumnya digunakan oleh orang yang harus tampil di depan umum, seperti politisi dan artis. Semakin besar jarak, semakin keras pula suara yang harus dikeluarkan.

b. Aturan Mengenai Waktu

Setiap masyarakat memiliki makna sendiri tentang waktu yang mengatur interaksi seseorang dengan orang lain. Misalnya pada suatu masyarakat tertentu dikenal adanya istilah ‘jam karet’. Bagi mereka, keterlambatan kedatangan bus, pesawat, atau kereta api menjadi hal yang biasa. Namun apabila kondisi ini terjadi di negara maju, banyak aktivitas orang menjadi terganggu.

c. Aturan Mengenai Gerak Tubuh

Komunikasi nonverbal (tanpa menggunakan bahasa lisan maupun tulisan) merupakan bentuk komunikasi pertama bagi manusia. Komunikasi ini terkadang disadari atau tidak, digunakan seseorang untuk menyampaikan pesan dalam interaksinya dengan orang lain. Contohnya memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, membungkukkan badan, menganggukkan kepala, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, dan lainnya. Namun demikian, makna komunikasi ini bisa berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, komunikasi nonverbal hanya efektif dilakukan dalam interaksi antar anggota masyarakat yang memiliki pemaknaan yang sama terhadap gerakan-gerakan tersebut.

4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

  • Proses Asosiatif: Kerjasama, Akomodasi, Asimilasi
  • Proses Diasosiasif: Kompetisi (Persaingan), Kontraversi, Pertentangan (Konflik)

Ada beberapa bentuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat, yaitu :

a. Proses-Proses yang Asosiatif, terdiri atas tiga bentuk:

1) Kerja Sama

Tiap individu menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, sehingga mereka bersepakat untuk melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan adanya kerja sama, maka keteraturan sosial akan terbentuk. 

Faktor penguat kerja sama, yaitu adanya kesamaan tujuan, adanya ancaman/rintangan dari luar, dan mencari keuntungan. Ada lima bentuk kerja sama menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen:

a) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong-menolong, yaitu bentuk kerja sama yang dilakukan secara sukarela untuk mengerjakan pekerjaan tertentu.

b) Koalisi, yaitu penyatuan dua kelompok atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama dan ingin cepat mencapainya bersama-sama.

c) Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu organisasi untuk menghindari konflik dalam organisasi yang sudah stabil.

d) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian (tawar menawar) mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih, guna memberi keuntungan yang adil pada semua pihak yang bekerja sama.

e) Joint venture, yaitu kerja sama antara dua belah pihak dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu untuk menghasilkan keuntungan yang akan dibagi menurut proporsi tertentu.

2) Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu maupun kelompok yang sebelumnya saling bertentangan sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan. 

Akomodasi bertujuan agar tercipta keseimbangan interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Bentuk-bentuk akomodasi sebagai berikut : a) Koersi (Pemaksaan), b) Kompromi, c) Arbitrasi, d) Mediasi, e) Toleransi, f) Konversi, g) Konsiliasi, h) Stalemate, i) Ajudikasi, j) Segregasi, k) Eliminasi, l) Subjugasi (Dominasi), m) Keputusan Mayoritas, n) Persetujuan Minoritas, o) Gencatan Senjata, p) Displasmen, q) Kerukunan.

3) Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya upaya mengurangi perbedaan yang terdapat pada beberapa orang maupun kelompok dengan cara menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan akomodasi. Kedua pihak yang mempunyai kebudayaan berbeda tersebut berusaha saling menyesuaikan diri sehingga kebudayaan asli mereka membaur dan terbentuklah kebudayaan baru.

4) Akulturasi

Akulturasi yaitu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok dan diolah tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli sebagai penerima.

b. Proses-Proses yang Disosiatif, terdiri atas tiga bentuk:

1) Kompetisi (Persaingan), merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.

2) Kontraversi, adalah sikap menentang secara tersembunyi guna menghindari konflik terbuka. Kontraversi terjadi akibat perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dan pendirian kalangan lainnya dalam masyarakat.

3) Konflik (Pertentangan), yaitu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika ada salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan pihak lain dan membuatnya tidak berdaya. Konflik berasal dari bahasa Latin configere yang berarti memukul.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post