Pengaruh Islam di Indonesia

 
Pengaruh Islam di Indonesia

{getToc} $title={Daftar Isi}

Pengaruh Islam di Indonesia

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia

Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.

1. Hubungan Indonesia dengan Asia Barat dan Pusat Perkembangan Islam

Kelahiran agama Islam secara resmi ditandai dengan turunnya Al Quran, melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ﷺ. Wahyu Al Quran itu pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M di Gua Hira Mekkah. Peristiwa tersebut menandai kenabian dan kerasulan Muhammad ﷺ sehingga dikenal sebagai Nabi Muhammad ﷺ. Perjuangan Nabi Muhammad ﷺ yang tidak pernah lelah dalam menyebarkan agama Islam menyebabkan semakin berkembang di jazirah Arab. Setelah Nabi Muhammad ﷺ wafat penyebaran agama Islam dilanjutkan oleh para Khafilah sehingga agama Islam tersebar ke seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

Hubungan dagang antara Barat (Eropa) dan Timur (Cina) sudah terjalin semenjak awal tahun Masehi. India merupakan wilayah yang dilewati jalur perdagangan antara Barat dan Timur pada saat itu. Jalur perdagangan tersebut terdapat dua jalur yaitu jalur darat dan jalur laut. Jalur perdagangan laut lebih berkembang karena lebih cepat dan aman. Sedangkan jalur perdagangan darat banyak jalan yang rusak sehingga perjalanan membutuhkan banyak waktu. Jalur perdagangan laut itu memanjang dari Eropa, Laut Tengah, Asia Barat, India, Asia Tengara, Indonesia, terus Ke Cina. Berkembangnya jalur perdagangan laut ini menjadikan posisi Indonesia semakin penting. Hubungan Indonesia dengan pusat-pusat perkembangan Islam seperti Arab, Persia, Gujarat, dan juga Kanton di Cina yang utama adalah hubungan dagang. Pada abad ke-10 para pedagang muslim terutama dari Arab telah menguasai perdagangan di perairan Asia.

Dalam perkembangannya selain hubungan dagang, juga terjalin hubungan diplomatik dan sosial kebudayaan. Hubungan diplomatik terjadi dengan saling tukar duta antar pemerintahan. Sedangkan hubungan sosial budaya terjadi melalui hubungan perkawinan dan kontak kebudayaan. Hubungan tersebut saling memperkenalkan tradisi kebudayaan dan keyakinannya masing-masing.

2. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia

a. Proses Masuknya Islam di Indonesia

Proses masuknya Islam di Indonesia dapat diketahui dari beberapa sumber yang dapat memberitakannya. Sumber sejarah itu dapat digolongkan menjadi sumber ekstern (dari luar negeri) dan sumber intern (dari dalam negeri). Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.

1) Teori Gujarat

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India.

2) Teori Makkah

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). 

3) Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). 

b. Sumber Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

 Sumber-sumber sejarah tentang proses masuknya agama Islam ke Indonesia sehingga kita lebih yakin bahwa Islam masuk atau datang di Indonesia memang benar adanya, Islam dibawa oleh pedagang dan lainnya yang berdasarkan tentang teori penyebaran Islam di nusantara dan pendapat para ahli yang memperkuat masuknya Islam di Indonesia, sangat jelas bahwa Islam masuk di Indonesia ini dan jika ingin bukti terkait sumber sejarah masuknya Islam di Indonesia dapat juga dilihat atau diketahui dari pesan-pesan yang tertulis di batu nisan dan catatan sejarah dari para penyair.

c. Peran Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia

 Ulama memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Para raja dan adipati, guru agama diangkat menjadi guru bagi keluarganya, maupun menjadi penasehat. Penyiaran agama Islam dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Penyiar agama Islam di Pulau Jawa yang terkenal adalah para wali. Ada 9 wali yang termasyur di Jawa sehingga sering disebut wali sanga. Wali Sanga memiliki beberapa peranan dalam upaya mengembangkan agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. 

Adapun peranannya adalah: menyebarkan agama Islam, sebagai penasehat raja-raja Islam di Jawa, sebagai panglima perang, dan membimbing tugas-tugas keagamaan serta melahirkan corak kebudayaan baru yaitu asimilasi dan akulturasi antar kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat. Adapun nama-nama wali Sanga sebagai berikut:

  1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Mghribi)
  2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
  3. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)
  4. Sunan Giri (Raden Paku atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih)
  5. Sunan Drajad (Raden Kosim/Syarifudin Masih Munad/Sunan Sedayu)
  6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid atau Syekh Malaya)
  7. Sunan Kudus (Ja`far Sadiq atau Raden Undug)
  8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
  9. Sunan Gunang Jati (Syarif Hidayatullah)

B. Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Sekitar abad ke-13 di Indonesia berkembang kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam atau disebut kesultanan. Salah satu bentuk dan pengaruh masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia dalam bidang politik (pemerintah) adalah ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang tentu saja bercorak Islam.

1. Kerajaan Perlak

Kerajaan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muharam 225 H (840 Masehi) dengan Raja yang pertama adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Bukti-bukti peninggalannya sejarah yang dapat di gunakan untuk mendukung dan membuktikan mengenai keadaan kerajaan Perlak ada tiga, yakni mata uang Perlak, stempel kerajaan dan makam raja-raja Benoa. 

2. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar abad ke-13, terletak di Aceh Utara (Kabupaten Lhoksumawe sekarang). Raja pertama adalah Sultan Malik Al Saleh, yang sebelumnya bernama Meurah Silu. Salah satu peninggalannya adalah “batu nisan Sultan Malik al-Saleh”. 

Banyak ulama dan pedagang Arab serta Gujarat giat menyebarkan agama Islam di sini. Setelah Malik AI Saleh wafat diganti oleh Sultan Maik AI Tahir, pada masa ini singgah seorang musafir bernama lbnu Batutah dalam perjalanannya ke Cina. Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai pada saat diperintah oleh Sultan Mausur Malik az-Zahir. Tahun 1521 dikuasai oleh bangsa Portugis, tahun 1524 oleh Ali Mughayat Syah (Aceh).

3. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka atau yang lebih dikenal dengan kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini bercorak Melayu, dan didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Menurut kitab Sulalatus Salatin, kerajaan Malaka merupakan lanjutan dari kerajaan Melayu di Singapura. Kemudian, akibat adanya serangan dari Jawa dan Siam, maka pusat pemerintahan berpindah ke Malaka.

Kerajaan Malaka merupakan salah satu pusat perdagangan yang terkenal pada abad ke-15.Posisinya yang strategis membuat para pedagang dari berbagai daerah maupun negara datang menghampiri pelabuhan tersebut. Sistem arah mata angin yang yang berlaku memungkinkan para pedagang untuk bertemu di kerajaan Malaka. Pada akhir abad ke-16 Malaka menjadi salah satu pusat perdagangan yang terbesar di Asia. Jalur navigasi pada zaman itu sangat tergantung pada siklus musim panas dan musim dingin khususnya di Asia. Di samping itu juga Malaka merupakan jalur silang antara Asia Timur dan Asia Barat. Setelah berhasil mengembangkan diri sebagai kesultanan dengan jaringan perniagaan internasional. 

4. Kerajaan Aceh

Kerajan Aceh merupakan salah satu kerajaan Islam yang terletak di ujung sumatera tepatnya di daerah provinsi Aceh sekarang. Kerajaan ini awalnya merupakan wilayah kekuasan Pedir. Kemudiah memisahkan diri dan mendirikan kerajaan baru dengan nama kerajaan Aceh. Dimana Islam dijadikan sebagai dasar kerajaan dan sumber hukum kerajaan ini. Kehidupan kerajaan ini berkembang dengan pesat karena merupakan pusat rempah-rempah di sumatera khususnya lada. Daerah ini semakin berkembang setelah Malaka di taklukkan oleh Portugis.

Aceh mulai berkembang setelah Malaka diduduki oleh Portugis tahun 1511 sebab sebagian besar pedagang-pedagang Islam dari Malaka pindah ke Aceh. Jatuhnya Samudra Pasai ke tangan Portugis (1521), menambah keramaian Aceh. Pada tahun 1530, Aceh melepaskan diri dari Pedir dan berdirilah Kerajaan Aceh dengan Sultan Ali Mughayat (1514–1528) sebagai raja pertamanya.

Kerajaan Aceh pada masa kejayaannya meliputi daerah yang luas di pesisir barat Sumatera, namun setelah sultan Iskandar Muda wafat daerah jajahan kerajaan Aceh mulai memisahkan diri, hal ini membuat melemahnya pengaruh kerajaan Aceh ditambah tidak ada lagi sultan yang kuat. Kerajaan Aceh tidak mampu bersaing dengan Belanda yang mengusai Malaka pada tahun 1641.

5. Kerajaan Demak

Kerajaan Islam pertama yang berdiri adalah kerajaan Demak, didirikan oleh Raden Fatah sekitar tahun 1500. Pusat kerajaan Demak terwujud pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Pada waktu itu daerah kekuasaan Demak hampir sebagian besar pulau Jawa dan kehidupan masyarakatnya pun cukup makmur. Letak kerajaan Demak di daerah Bintoro, Demak. Pusat pemerintahan kerajaan berada antara pelabuhan Bergota dan Jepara. Dalam menjalankan tugasnya, la didampingi oleh Sunan Kalijaga. Wilayahnya meliputi Jepara, Semarang, Tegal, Palembang, Jambi, sebagian Kalimantan dan pulau-pulau antara Kalimantan, dan Sumatera. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggana, Demak mencapai puncak kejayaan. .

6. Kerajaan Pajang

Cerita mengenai sejarah Pajang malah termuat dalam kitab Babad Banten yang menyebutkan Ki Andayaningrat berputera 2 orang yaitu, Kebo Kenanga dan Kebo Kanigara. Kerajaan Pajang (Jawa Timur) didirikan oleh Hadiwijaya (Jaka Tingkir) pada tahun 1568. Pada masa pemerintahannya, kerajaan berkembang dengan pesat. Pada tahun 1582, Hadiwijaya wafat, kekuasaan dipegang oleh Pangeran Benawa (Putra Hadiwijaya) dan sekitar tahun 1586 kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.

Berpindahnya kerajaan Islam dari Demak ke Pajang merupakan kemenangan Islam Kejawen atas Islam ortodoks. Setelah berkuasa beberapa waktu, kerajaan ini akhirnya mencapai masa kejayaan pada masa raja pertama mereka, yaitu Sultan Hadiwijaya. Namun pada perkembangannya, kerajaan ini kemudian mengalami masa disintegrasi setelah sultan Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582 M. Raja-Raja Kerajaan Pajang, antara lain: Jaka Tingkir/Hadiwijaya, Arya Pangiri, dan Pangeran Benawa

7. Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram didirikan pada tahun 1586 oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayiddin Panatagama. Raja terkenal lainnya di Mataram adalah Sultan Agung (1613-1645) yang berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaannya, karena ia sebagai seorang Raja yang cukup ramah dan disegani semua kalangan Mataram. Tahun 1601 Sutawijaya wafat, digantikan oleh Mas Jolang yang kalah. Setelah meninggal dunia bergelar Pangeran Seda Krapyak. Puncak kejayaan Mataram pada masa Sultan Agung (1614-1645), di mana daerah kekuasaannya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Barat. 

Kemajuan yang dicapai oleh Sultan Agung meliputi: bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang sosial budaya. Tahun 1645 Sultan Agung wafat, dimakamkan di Imogiri (Jogjakarta). Setelah Sultan Agung wafat, kerajaan Mataram mengalami kemunduran yang disebabkan adanya pemberontakan dan perebutan kekuasaan.

8. Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon dibangun dan diperintah pertama kali oleh Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatulah) yang bertugas untuk menyebarkan agama Islam ke kawasan Jawa Barat, bahkan oleh Sultan Demak, Sunan Gunung Jati diperintahkan untuk memegang kekuasaan di Cirebon. Dibawah pemerintahannya, Cirebon menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Untuk meneruskan pemerintahannya di Cirebon diangkat putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Raja inilah yang menurunkan raja-raja Cirebon lainnya.

Didirikan oleh Falatehan. Beliau adalah seorang politikus, ulama, dan prajurit. la memerintah hanya sebentar karena lebih menekuni bidang agama, yang kemudian menjadi anggota Wali Sanga dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Tahta Cirebon diserahkan pada cucunya yaitu Panembahan Ratu. Setelah Falatehan wafat Kerajaan Cirebon berangsur-angsur mengalami kemunduran.

9. Kerajaan Banten

Kerajaan Banten berdiri sekitar tahun 1522, dengan raja pertama adalah Sultan Hasanudin, anak Sunan Gunung Jati. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai masa kejayaannya, pelabuhan Banten menjadi pelabuhan Internasional yang dikunjungi oleh berbagai bangsa. Fatahillah menyerahkan Banten kepada putranya yang bernama Hasanuddin. Pada masa itu wilayahnya sangat luas sampai ke Palembang, Bengkulu, dan Sumatera Barat. 

Tahun 1570 Sultan Hasanuddin wafat digantikan oleh putranya bernama Panembahan Yusuf. Raja-raja Banten giat menyebarkan Islam. Hal ini terlihat tahun 1579 berhasil menundukkan Pajajaran (Hindu) dan mereka yang tidak mau menerima Islam dan menyingkir ke Banten Selatan yang kemudian dikenal dengan suku Badui. Tahun 1580 Panembahan Yusuf meninggal kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad.

Pada masa inilah Belanda mulai datang ke Indonesia yang mendarat di pelabuhan Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Maulana Muhammad menjadi raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Puncak kejayaan Banten terjadi pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Dan keruntuhannya saat dipegang oleh Sultan Haji, karena bersekutu dengan VOC Belanda, yang pada akhirnya Banten benar-benar dikuasai oleh Belanda.

10. Kerajaan Makasar

Kerajaan Makasar merupakan gabungan dari dua buah kerajaan yaitu Gowa dan Tallo. Kerajaan Makasar mencapai masa kejayaannya semenjak di perintah oleh Sultan Hasanudin dan tahun 1653 sampai dengan 1669. Makasar merupakan salah satu pusat perdagangan dan pelabuhan yang mampu menyediakan rempah-rempah yang di datangkan dari Maluku dan kelapa yang di hasilkan dari daerahnya sendiri. Abad ke-16 Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu kerajaan yaitu Kerajaan Makassar dengan ibu kota Sombaopu. Raja Gowa yaitu Daeng Manrabuja. Setelah masuk Islam dan menjadi raja dengan gelar Sultan Alaudin, sedangkan raja Tallo yaitu Kraeng Matoaya menjadi Mangkubumi (patih) dengan gelar Sultan Abdullah. Letak Kerajaan Makasar sangat strategis sehingga menjadi pelabuhan transit, menghubungkan pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku.

Puncak kejayaan Makassar pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin (1654-1660). Beliau raja yang giat menyebarkan agama Islam, tegas, adil bijaksana, dan sangat anti terhadap VOC (Belanda). Karena kegigihannya menghadapi VOC, mendapatkan julukan ‘Ayam Jantan dari Timur’. Sayang penjuangan Hasanudin mendapat pengkhianatan dari raja Bone yaitu Aru Palaka yang bersekutu dengan Belanda, untuk menghancurkan Makassar. Hasanudin terdesak dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya tahun 1667 yang berarti Kerajaan Makassar berakhir.

11. Kerajaan Banjar

Sejarah Kerajaan Banjar diketahui dari Hikayat Banjar. Pendiri Kerajaan Banjar adalah Pangeran Samodra pada abad ke-16. Letaknya di Muara Sungai Nagara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Semula Kerajaan Banjar di bawah kekuasaan Kerajaan Negara Daha. Atas bantuan Kerajaan Demak, Pangeran Samodra dapat mengalahkan Negara Daha dengan perjanjian untuk masuk Islam beserta rakyatnya. Sejak saat inilah Kerajaan Banjar mengalami perkembangan perdagangan yang maju. Barang dagangan yang dihasilkan di antaranya manik-manik, kapur barus, dan emas. Setelah masuk Islam Pangeran Samodra bergelar Sultan Suryanullah.

12. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate berdiri sekitar abad ke-13 dengan ibu kota Sampalu. Kerajaan Ternate berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkeh. Pada abad ke-14 kerajaan Ternate menjadi kerajaan Islam dengan Rajanya Zaenal Abidin, ia memerintah dari tahun 1486–1500. Pada masa kekuasaan Sultan Babullah kerajaan Ternate mencapai puncak keemasan, karena sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.

Sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai, tetapi setelah datang orang-orang Portugis dan Spanyol ke Maluku, kedua kerajaan tersebut berhasil diadu domba (dipecah belah), sehingga kedua kerajaan tersebut sering terjadi persaingan, tetapi akhirnya Ternate dan Tidore bersatu dan berhasil mengusir Portugis dari Maluku.

C. Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam

Perlu diketahui bahwa, dalam proses integrasi budaya tersebut, tidak terjadi ketegangan yang berarti meskipun ada 3 unsur agama dan kebudayaan yang saling berbeda di dalamnya. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh Islam pada masa itu tidak bersikap memusuhi, dan justru bersifat saling merangkul.

1. Masjid

Salah satu peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang paling banyak ditemukan hingga kini adalah masjid. Seperti diketahui bahwa masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam, sehingga wajar jika seni arsitektur Islam satu inilah yang paling mudah kita lihat keberadaannya saat ini. Seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh akulturasi budaya lokal yang ada saat itu. Arsitektur masjid di Indonesia memiliki beberapa keunikan pada susunan atapnya yang berundak dan berbentuk limas, adanya bangunan serambi (pendopo), adanya mihrab atau tempat imam memimpin sholat, serta wujud masjid yang umumnya berbentuk bujur sangkar. 

Pada tabel berikut, terdapat beberapa contoh masjid peninggalan sejarah Islam di Indonesia pada masa silam.

No Nama Lokasi Peninggalan
1 Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M
2 Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M
3 Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur Abad 15 M
4 Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh Banda Aceh, DI Aceh Abad 15 M
5 Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M
6 Masjid Banten Banten, Banten Abad 15 M
7 Masjid Cirebon Cirebon, Jawa Barat Abad 15 M
8 Masjid Katangga Katangga, Sulawesi Utara Abad 16 M

2. Kaligrafi 

Kaligrafi adalah suatu seni menulis huruf Arab dengan gaya dan susunan yang indah. Tulisan Arabnya sendiri umumnya diambil dari potongan surat atau ayat-ayat dalam Al Quran. Seni kaligrafi yang menjadi peninggalan sejarah Islam di Indonesia pada masa silam dapat kita temukan sebagai hiasan ukir atau tulis.

3. Batu Nisan

Nisan merupakan sebuah bentuk bangunan sebagai penanda dimakamkannya jenazah seseorang.

4. Bangunan Keraton

Keraton adalah tempat menghadapnya pejabat-pejabat negara kepada raja, sekaligus sebagai tempat kediaman raja beserta keluarga. Keraton di fungsikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Keraton yang bercorak Islam, peninggalannya terdapat di Demak, Yogyakarta, Aceh, Ternate, Surakarta, Samudera Pasai, dan lain-lain.

5. Seni Ukir

Dalam agama Islam terdapat beberapa pandangan yang menyatakan bahwa melukis makhluk hidup, binatang, atau manusia tidak dibolehkan. Sehingga seni ukir dikembangkan ke arah seni hias. Saat membuat patung binatang atau manusia harus disamarkan sehingga wujud binatang atau manusia tidak jelas lagi wujudnya. Wujud tersebut disamarkan dengan hiasan bentuk dedaunan dan bunga.

6. Karya Sastra

Seni sastra pada masa perkembangan Islam di Indonesia umumnya berkembang di sekitar Selat Malaka dan Pulau Jawa. Pada umumnya berisi ajaran khusus, misal tasawuf, filsafat, kemasyarakatan dan tuntunan budi pekerti. 

7. Seni Pertunjukan

a. Seni Wayang

 Wayang di Indonesia telah ada sejak zaman Hindu. Pada masa perkembangan agama Islam di Indonesia, wayang sering digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kalijaga adalah orang yang memiliki kreasi membuat wayang, sehingga wayang mempunyai bentuk seperti sekarang ini.

b. Seni Tari

 Bentuk tarian rakyat yang sering untuk siar Islam misalnya tari Debus dari Banten, Minangkabau dari Aceh, tari Seudari di Aceh, dll.

c. Seni Musik

 Pertunjukan berupa seni musik diantaranya dilakukan para wali menggunakan media gamelan, yang bertujuan untuk siar Islam. Ulama yang menggunakan media gamelan misalnya Sunan Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Kalijaga.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post