Semangat Laskar Kemerdekaan

 
Semangat Laskar Kemerdekaan

{getToc} $title={Daftar Isi}


Persatuan dan Kesatuan serta Pembentuk Identitas Bangsa 

Nama Indonesia merupakan sebuah Identitas yang membedakan dengan Negara lain. Melalui nama Indonesia juga dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan diri yang akhirnya menjadi identitas pergaulan dengan masyarakat dunia. Indonesia menjadi lambang perekat yang mempersatukan seluruh komponen bangsa yang mengesampingkan atribut kedaerahan, suku, agama untuk bersatu padu meraih kemerdekaan. 

A. Manifesto Politik Tahun 1925

Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdirilah organisasi Indische Vereenlging. Organisasi ini didirikan para mahasiswa yang belajar di negeri Belanda. Mereka itu adalah Sutan Kasayangan Soripada, R.N. Noto Suroto, R.P. Sosrokartono, R. Husein Djayadiningrat, Notodiningrat, Sumitro Kolopaking, dan dr. Apituley. Tujuan organisasi ini adalah memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia.

Pada mulanya organisasi ini bersifat sosial budaya, namun sejak berakhirnya Perang Dunia I muncullah anti kolonialisme dan imperialisme dan mengubah semangat kegiatan organisasi ke dalam bidang politik. Hal ini dipengaruhi oleh kedatangan tiga tokoh Indische Partij yang dibuang Belanda yakni Dr. Cipto Mangunkusumo, R.M. Suwardi Suryaningrat, dan E.F.E. Douwes Dekker, yang berjiwa Nasionalis. 

Nasionalisme pada hakikatnya merupakan kesetiaan manusia sebagai warga negara pada kepentingan bangsanya. Nasionalisme dapat diartikan sebagai perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh perasaan tradisi (sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal) dan keinginan untuk mempertahankan serta mengembangkan tradisi sebagai milik bersama.

Manifesto politik Perhimpunan Indonesia yang lahir di negeri Belanda juga tidak terlepas dari jiwa nasionalisme mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa. Manifesto politik adalah suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok terhadap masalah negara. Pada masa pergerakan nasional, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan pernyataan politik yang berkaitan dengan nasib dan masa depan bangsanya. Pernyataan politik ini amat penting artinya bagi terwujudnya Indonesia merdeka yang didengar dan didukung oleh dunia Internasional.

Sejak tahun 1923 Indonesische Vereeniging aktif berjuang bahkan mempelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada tahun 1925 dipakailah nama baru organisasi Indonesische Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Dengan bertambahnya mahasiswa yang belajar di negeri Belanda, maka bertambah pulalah kekuatan organisasi PI. Pada saat itu PI di bawah pimpinan Dr. Sukiman Wiryosanjoyo. 

Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan memerhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun 1925 dirumuskan sebagai berikut:

1. Kesatuan Nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit seperti yang berkaitan dengan kedaerahan, serta perlu dibentuk suatu kesatuan aksi untuk melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.

2. Solidaritas: terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara penjajah dengan yang dijajah (Belanda dengan Indonesia). Oleh karena itu haruslah mempertajam konflik antara orang kulit putih dan sawo matang tanpa melihat perbedaan antara orang Indonesia.

3. Non-kooperasi: harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, oleh karena itu hendaknya dilakukan perjuangan sendiri tanpa mengindahkan lembaga yang telah ada yang dibikin oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan Kolonial (Volksraad).

4. Swadaya: perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan diri sendiri. 

Dengan demikian perlu dikembangkan struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, hukum yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial. Dalam rangka merealisasikan keempat pikiran pokok berupa ideologi.

Perhimpunan Indonesia percaya bahwa semua orang Indonesia dapat menerima dan menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu untuk memaksakan kemerdekaan kepada pihak Belanda. Pernyataan di atas merupakan cita-cita Perhimpunan Indonesia yang mengandung 4 pokok ideologi yang dikembangkan sejak tahun 1925.

B. Kongres Pemuda

Sejak berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) maka muncullah organisasi pergerakan kebangsaan diberbagai daerah. Maka untuk menghindari perpecahan maka pada waktu kongres di Solo ditetapkan bahwa mulai tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java. Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya supaya kelak ia dapat menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan Jawa-Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota, serta berusaha menumbuhkan rasa cinta akan budaya sendiri.

Dalam perkembangannya, ternyata Jong Java juga ikut berpolitik. Seiring dengan berdirinya Jong Java, berdiri pula perkumpulan-perkumpulan pemuda bersifat kedaerahan, seperti Pemuda Pasundan, Jong Sumateranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Celebes (Sulawesi). Semua organisasi kepemudaan ini bercita-cita ke arah kemajuan Indonesia terutama memajukan budaya dan daerahnya masing-masing. Oleh karena itu pemuda Indonesia merasa, perlu membentuk suatu wadah untuk menyamakan langkah dalam mencapai tujuan. Wadah kegiatan itulah yang dikenal dengan Kongres Pemuda yang disebut juga dengan nama Sumpah Pemuda. 

Sumpah Pemuda yang kemudian dikenal sebagai sebuah tonggak dalam sejarah Indonesia tidak dapat dilepaskan dari organisasi kepemudaan seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia ini yang mendapat dukungan dari organisasi kepemudaan yang lain seperti Jong Java, Jong Sumatera dan sebagainya dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Organisasi yang bernama Jong Indonesia yang didirikan pada Februari 1927 ini kemudian mengganti nama menjadi Pemuda Indonesia. Para anggotanya terdiri dari murid yang berasal dari AMS, RHS, dan Stovia.

Dalam perjalanannya para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awalnya dimulai 15 Nopember 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda Pertama yang bertugas menyusun tujuan kongres.

1. Kongres Pemuda (30 April – 2 Mei 1926)

  • a. Tempat kongres di Jakarta
  • b. Tujuan kongres: menanamkan semangat kerja sama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia. Susunan panitia Kongres Pemuda I diketuai oleh M. Tabrani
  • c. Hasil kongres:

  1. Mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia II
  2. Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu organisasi pemuda Indonesia. 

2. Kongres Pemuda II (27 – 28 Oktober 1928)

Kongres ini berlangsung di Gedung Indonesische Club, di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta, pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) dan Pemuda Indonesia. Ketua kongres ini adalah Sugondo Joyopuspito. Keputusan-keputusan Kongres Pemuda II sebagai berikut:

  • a. Mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.
  • b. Menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
  • c. Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia.
  • d. Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.

Sumpah Pemuda amat berpengaruh bagi upaya mencapai lndonesia merdeka. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang telah menjiwai partai-partai di Indonesia itu diwujudkan dalam wadah baru bernama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Demikian pula organisasi kepanduan yang membentuk persatuan dengan nama Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).

a. Ada beberapa makna yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda. Di kalangan tokoh-tokoh pergerakan telah ada, perubahan pola pikir dari lingkup etnis kedaerahan ke cakrawala nasional.

b. Perubahan pola pikir itu melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara menjadi satu bangsa besar dengan nama Indonesia.

c. Untuk keperluan persatuan dalam pergerakan disepakati menggunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan

Dengan Kongres Pemuda itu identitas kebangsaan Indonesia semakin terbentuk, yaitu tanah air, bangsa, bahasa dan persatuan dengan nama Indonesia. Kongres Pemuda II ini sangat penting bagi terbentuknya identitas sebagai bangsa Indonesia. Karena pentingnya peristiwa Kongres Pemuda II bagi bangsa Indonesia, maka tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda.

C. Kongres Perempuan Indonesia

Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) mengadakan kongres perempuan pada 22 Desember 1928. kongres ini menjelaskan bahwa kaum perempuan Indonesia harus berjuang untuk kepentingan seluruh perempuan Indonesia. Inilah yang menjadi hari Ibu yaitu tanggal 22 Desember. Pergerakan kaum wanita di Indonesia dirintis oleh R.A. Kartini (1879 – 1904). 

Perjuangan R.A. Kartini memunculkan semangat nasionalisme bagi kaum wanita. Sebagai penerus R.A. Kartini adalah Dewi Sartika (1884-1974) dari Jawa Barat. Berkat cita-cita R.A. Kartini, muncullah gerakan pendidikan wanita di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Putri Mardika

Berdiri di Jakarta pada tahun 1912 Perkumpulan Putri Mardika ini bertujuan mencari dana bagi gadis-gadis yang ingin melanjutkan pelajaran dan memberi nasihat bagi kaum putri.

2. Kartini fonds (Dana Kartini)

Perkumpulan ini didirikan oleh pasangan suami istri C. Th. Van Deventer. Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah ”Kartini”. Sekolah ”Kartini” didirikan pertama kali di Semarang pada tahun 1913.

3. Keutamaan Istri (1913) di Tasikmalaya

Perkumpulan ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika.

4. Kerajinan Amai Setia di Sumatera Barat.

Organisasi ini berdiri di Kota Gadang pada tahun 1914, didirikan oleh Rohana Kudus. Tujuan perkumpulan ini untuk meningkatkan derajat kaum wanita melalui pendidikan, membaca, menulis, berhitung maupun membuat kerajinan tangan.

5. Kautaman Istri Minangkabau di Padang Panjang.

Organisasi ini bertujuan menyebarluaskan pengetahuan umum, pendirian sekolah industri, dan kerajinan wanita.

6. Aisiyah

Organisasi ini didirikan pada tanggal 22 April 1917 oleh Siti Wardah (Ny. Ahmad Dahlan). Aisiyah adalah organisasi wanita di bawah naungan Muhammadiyah. Tujuan organisasi ini untuk meningkatkan pendidikan keagamaan dan menanamkan rasa kebangsaan bagi kaum wanita.

7. Organisasi-Organisasi Kewanitaan Lain

Selain perkumpulan-perkumpulan wanita di atas, masih banyak lagi organisasi kewanitaan, misalnya Budi Wanito di Solo (1919), Wanito Mulyo di Yogya, dan Wanita Utomo di Yogyakarta (1921), Wanita Katholik di Yogya (1921). Wanita Taman Siswa (1922), Wanudyo Utomo, dan Putri Indonesia (1927).

Dalam perkembangannya sejak tahun 1920 organisasi-organisasi kewanitaan tersebut mulai terlibat dalam gerakan politik. Pada tanggal 22 Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan I. Kongres ini diselenggarakan di Yogyakarta, dipimpin oleh R.A. Sukanto. Tujuan Kongres Perempuan I adalah sebagai berikut:

  1. Mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita.
  2. Menyatukan organisasi-organisasi wanita yang beraneka ragam.

Kongres Perempuan I membicarakan masalah persatuan di kalangan wanita, masalah wanita dalam keluarga, masalah poligami dan perceraian serta sikap yang harus diambil terhadap kolonialisme Belanda. Keputusan terpenting dalam kongres tersebut adalah mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang disebut Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI). Pada tahun 1929 Perserikatan Perempuan Indonesia berganti nama menjadi Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Kongres Perempuan I besar pengaruhnya dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam membentuk identitas kebangsaan sebagai berikut:

1. Kongres Perempuan I merupakan kebangkitan kesadaran nasional di kalangan wanita. Di samping berperan penting dalam keluarga atau masyarakat, wanita juga berperan penting dalam perjuangan mencapai kemerdekaan bangsa dan negara.

2. Kongres Perempuan I membuka kesadaran kaum wanita untuk ikut berjuang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Dengan pentingnya peristiwa Kongres Perempuan I tersebut maka tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post