Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengukuran |
Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengukuran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara berpikir untuk memahami gejala alam melalui penelitian/penyelidikan. IPA meliputi sikap ilmiah, proses ilmiah, produk IPA dan aplikasi IPA. Sikap ilmiah antara lain meliputi rasa ingin tahu tentang objek gejala alam yang perlu dipecahkan melalui proses ilmiah, yaitu penelitian/penyelidikan. Hasil penelitian/penyelidikan akan menghasilkan produk IPA. Produk IPA ini baru memiliki nilai manfaat jika bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan manusia untuk hidup lebih baik.
Oleh karena itu perlu dicermati bahwa kegiatan penelitian/penyelidikan sangat diperlukan untuk menghasilkan produk IPA yang bermanfaat bagi manusia. Dalam kegiatan penelitian/penyelidikan, salah satu bagian terpenting adalah melakukan pengamatan terhadap objek sehingga bisa menghasilkan data yang seakurat mungkin seperti kenyataannya. Hal ini membutuhkan pengukuran yang cermat dan teliti, serta cukup detil untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang teramati. Oleh karena itu tidak akan ada produk IPA yang baik dan bermanfaat bagi manusia, tanpa melibatkan pengukuran.
- Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dengan cara dibandingkan, memiliki satuan dan dinyatakan dengan angka-angka (atau nilai).
- Satuan adalah pembanding di dalam mengukur suatu besaran.
- Mengukur adalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
Kegiatan pengukuran menggunakan beberapa besaran yang masing-masing memiliki satuan tertentu. Beberapa satuan terdiri dari satuan baku dan satuan tak baku. Satuan baku merupakan satuan yang sudah diakui secara umum, karena menggunakan acuan yang diakui dan baku secara internasional. Misalnya 1 meter setara dengan panjang gelombang cahaya kuning setelah bergetar dengan jumlah tertentu, tidak akan berubah dimanapun berada.
Sementara itu ada juga disebut sebagai satuan tak baku yang hanya diakui dalam lingkungan daerah lokal bahkan bisa individual sifatnya, misalnya satuan jengkal, hasta, dan lainnya yang berasal dari Indonesia. Seperti kita ketahui ukuran 1 jengkal, dan 1 hasta tidak sama untuk setiap individu. Dari luar negeri terdapat juga satuan tak baku yang sudah dibakukan berdasarkan nilai tertentu, misalnya satuan kaki (feet), jempol (inch), dan lengan (yard) yang masih digunakan di beberapa negara Eropa. Satuan-satuan ini kadang-kadang masih digunakan dalam secara terbatas dan kondisi tertentu.
- 1 Jengkal = 25 cm
- 1 Hasta = 50 cm
- 1 Depa = 250 cm
- 1 Kaki (feet) = 30,48 cm
- 1 Jempol (inch) = 2,54 cm
- 1 Lengan (yard) = 91,44 cm
Selain contoh-contoh satuan tak baku yang tertulis di atas, masih banyak lagi contoh satuan tak baku yang lain. Hal ini karena hampir di setiap daerah mempunyai satuan tertentu yang berbeda dengan daerah lainnya. Misalnya ukuran air minum digambarkan dengan gelas atau cangkir, misalnya segelas air atau secangkir teh. Sementara kita ketahui ukuran gelas dan cangkir tidak sama untuk setiap gelas atau cangkir pada berbagai daerah.
Begitu juga saat kita membutuhkan krupuk untuk pelengkap makan siang kita, sering mendengar bahwa banyaknya krupuk diwakili dengan satuan kaleng, misalnya sekaleng krupuk. Beberapa makanan/minuman kadang-kadang menggunakan satuan botol atau piring, misalnya sebotol kecap, atau saus, dan sepiring nasi. Dapatkah Anda menyebutkan beberapa contoh lainnya?
Ukuran-ukuran tak baku ini dapat dikonversikan menjadi ukuran baku dengan menggunakan aturan kriteria tertentu. Misalnya 1 jempol atau 1 inci setara dengan 2,54 cm, 1 kaki = 30,48 cm, dan contoh lainnya.
Pengertian Satuan Baku dan Satuan Tak Baku
a. Satuan Baku
Pada pembahasan sebelumnya Anda telah mengenal besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok maupun besaran turunan dapat diukur dengan menggunakan satuan baku maupun satuan tak baku. Satuan baku telah diakui secara internasional, karena hasil pengukurannya selalu tetap biarpun diukur oleh siapapun dan dimanapun berada.
Contoh satuan baku adalah: meter, kilogram, detik, liter, sentimeter, meter persegi, meter kubik, dan lainnya.
b. Satuan Tak Baku
Satuan tak baku, disebut demikian karena hasil pengukurannya bisa berbeda-beda bergantung pada kondisi. Misalnya satuan jengkal yang menggunakan jari tangan manusia, mempunyai kelemahan karena ukuran tangan manusia tidak selalu sama. Begitu juga saat menggunakan satuan gayung, cangkir dan lainnya.
Contoh satuan tak baku : depa, gayung, cangkir, sloki, kaleng, dan lainnya.