Semakin Berpendidikan dan Berbudaya

 
Semakin Berpendidikan dan Berbudaya

{getToc} $title={Daftar Isi}

Semakin Berpendidikan dan Berbudaya

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa karena tidak ada satu bangsa pun yang mampu mencapai kemajuan tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunan. Setiap bangsa yang ingin mencapai kemajuan perlu mempersiapkan sumber daya manusia terlebih dahulu. Sejak awal Kemerdekaan, pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik karena pada setiap periode pemerintahan, bidang pendidikan selalu mendapat perhatian dari pemerintah.

1. Dinamika Pendidikan Di Indonesia

a. Perkembangan Pendidikan Pada Awal Kemerdekaan

Pada zaman penjajahan, kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Indonesia sangat terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah, hanya sebagian kecil saja yang sempat menikmati sekolah. Akibatnya, sebagian besar penduduk Indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, segera setelah proklamasi Kemerdekaan pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan (PP dan K). Ki Hajar Dewantara menjabat jabatan ini hanya selama 3 bulan. Kemudian, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mr. T.S.G. Mulia yang hanya menjabat selama 5 bulan. Selanjutnya, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mohammad Syafei. Kemudian ia digantikan oleh Mr. Suwandi.

Pada masa jabatan Mr. Suwandi, dibentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang bertugas untuk meneliti dan merumuskan masalah pengajaran setelah Kemerdekaan. Setelah menyelesaikan tugasnya, panitia ini menyampaikan saran-saran kepada pemerintah. Kemudian, disusunlah dasar struktur dan sistem pendidikan di Indonesia. Tujuan umum pendidikan di Indonesia merdeka adalah mendidik anak-anak menjadi warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya kepada negara. Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada masa itu lebih menekankan pada penanaman semangat patriotisme.

Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi atas 4 tingkatan, yaitu: pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas, dan pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat sejumlah 24.775 buah sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah ada sekolah tinggi dan akademi di beberapa kota seperti Jakarta, Klaten, Solo dan Yogyakarta. Selain itu, ada pula universitas seperti Universitas Gajah Mada.

b. Perkembangan Pendidikan pada Masa Demokrasi Liberal

Pada tahun 1950, diadakan pengalihan masalah pendidikan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat). Kemudian, disusunlah suatu konsepsi pendidikan yang dititikberatkan kepada spesialisasi sebab menurut menteri pendidikan pada saat itu, bangsa Indonesia sangat tertinggal dalam pengetahuan teknik yang sangat dibutuhkan oleh dunia modern. Menurut garis besar konsepsi tersebut, pendidikan umum dan pendidikan teknik dilaksanakan dengan perbandingan 3 banding 1. Maksudnya, setiap ada 3 sekolah umum, diadakan 1 sekolah teknik. Setiap lulusan sekolah dasar diperbolehkan melanjutkan ke sekolah teknik menengah (3 tahun), kemudian melanjutkan ke sekolah teknik atas (3 tahun). Setelah lulus sekolah teknik menengah dan sekolah teknik atas, diharapkan siswa dapat mengerjakan suatu bidang tertentu.

Selain itu, karena Indonesia merupakan negara kepulauan, di beberapa kota seperti Surabaya, Makassar, Ambon, Manado, Padang, dan Palembang diadakan akademi Pelayaran, akademi Oseanografi , dan akademi Reseach Laut. Tenaga pengajarnya didatangkan dari luar negeri seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis.

Pada masa Demokrasi liberal, didirikan beberapa universitas baru di antaranya Universitas Hasanuddin di Makassar, Universitas Andalas di Padang, Universitas Padjajaran di Bandung, dan Universitas Sumatera Utara di Medan.

c. Perkembangan Pendidikan pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pada tahun 1950-an, murid-murid sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas jumlahnya banyak sekali dan semuanya mengharapkan menjadi mahasiswa. Murid-murid ini adalah hasil pertama dari sistem pendidikan setelah Kemerdekaan. Supaya mereka dapat melanjutkan pendidikan, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mendirikan universitas baru di setiap ibu kota provinsi dan menambah jumlah fakultas di universitas-universitas yang sudah ada.

Selain itu, didirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) untuk murid-murid lulusan pesantren yang beragama Islam. Tercatat pada tahun 1961 telah berdiri sebanyak 181 buah perguruan tinggi.

d. Perkembangan Pendidikan pada Masa Orde baru

Pokok-pokok penting kebijakan pada bidang pendidikan di masa orde baru di antaranya diarahkan untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas dan diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya pendidikan tinggi diarahkan pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu menjawab tantangan modernisasi. Oleh karena itu, dikembangkanlah sistem pendidikan yang berhubungan dengan pengembangan kesempatan dan kualifikasi bagi jenis-jenis lapangan kerja yang diperlukan oleh pembangunan nasional.

Untuk memberikan kesempatan belajar yang lebih luas, pemerintah melaksanakan Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Adanya Instruksi Presiden ini membuat jumlah sekolah dasar meningkat pesat. Tercatat pada periode 1993/1994 hampir 150.000 unit SD Inpres telah dibangun. Selain melaksanakan Inpres Pendidikan Dasar, pemerintah juga melaksanakan program pemberantasan Buta Huruf yang dimulai pada tanggal 16 Agustus 1978, Program Wajib Belajar yang dimulai pada tanggal 2 Mei 1984, dan program Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA).

e. Perkembangan Pendidikan pada Masa Reformasi

Pemerintah pada masa Reformasi menjalankan amanat UU 1945 dengan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggantikan UU No. 2 Tahun 1989, mendefinisikan ulang pengertian pendidikan menjadi usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 

Pemerintah pada masa Reformasi juga melakukan beberapa kali perubahan kurikulum, sebagai berikut.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pada pelaksanaan Kurikulum ini, siswa dituntut untuk aktif memperoleh informasi. Guru bertugas sebagai fasilitator untuk memperoleh informasi. KBK berupaya untuk menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Kurikulum 2006 Secara umum, Kurikulum 2006 tidak jauh berbeda dengan KBK, namun perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru, dituntut untuk mampu mengembangkan sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi berbasis sikap, Keterampilan, dan pengetahuan, serta menekankan pada keaktifan siswa untuk mendapatkan pengalaman personal melalui observasi (pengamatan), bertanya, menalar, menyimpulkan, dan mengomunikasikan informasi dalam kegiatan pembelajaran.

2. Dinamika Kebudayaan di Indonesia

Perkembangan budaya sebenarnya sudah terjadi sejak Indonesia belum merdeka. Banyak seniman yang melakukan perjuangan dengan menggunakan karya seninya, seperti lukisan, puisi, prosa. Misalnya, Raden Saleh melakukan kritik terhadap penjajah Belanda dengan menggunakan media seni lukis. Lukisan yang dibuat oleh Raden Saleh menggambarkan suatu penderitaan rakyat Indonesia dan juga kekejaman dari penjajah Belanda. 

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, perkembangan budaya yang menonjol adalah seni sastra dan lukis. Banyak sastrawan yang muncul saat itu, seperti Ismail Marzuki, C. Simanjuntak, Chairil Anwar, dan Idrus. Adapun Seniman lukis yang muncul adalah Basuki Abdullah, Affandi, dan Usman Ismail. Mereka muncul dengan karya-karya yang menggambarkan kemerdekaan Indonesia serta kejayaan bangsa Indonesia di masa depan.

Memasuki masa orde baru, pengembangan budaya dan seni diarahkan kepada usaha-usaha yang dapat memperkuat kepribadian sosial, kebanggaan, serta kesatuan nasional. Untuk itu, dilakukan peningkatan pembinaan dan pengembangan seni secara luas yang melalui sekolah, kursus seni, organisasi seni, dan wadah-wadah kegiatan seni lainnya di masyarakat.

Selain itu, dilakukan pula usaha pengamanan seni yang bertujuan menjamin dan meneruskan warisan budaya dan seni. Usaha itu antara lain mencakup usaha inventarisasi, dokumentasi, dan penelitian warisan budaya nasional, pembinaan dan pemeliharaan peninggalan-peninggalan purbakala. Dalam rangka pemeliharaan peninggalan-peninggalan purbakala, dilakukan rehabilitasi dan perluasan museum. Pada masa Reformasi, usaha pelestarian budaya Indonesia terus dilakukan, diantaranya dengan mendaftarkan budaya-budaya asli Indonesia ke UNESCO agar tidak diklaim oleh pihak-pihak lain.

Budaya merupakan salah satu kekhasan manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia selalu menghasilkan budaya karena manusia dikaruniai akal untuk berpikir dalam rangka memperbaiki taraf hidupnya. Hal inilah yang membedakan hewan dan manusia. Adapun hewan menggunakan naluri. Hewan cenderung bersifat statis (menetap), sedangkan manusia selalu berubah (dinamis).Sebagai contoh, anda dapat membedakan rumah burung dan rumah manusia. Dimanapun, burung pipit akan membuat sarang yang bentuknya sama. Bandingkan dengan rumah manusia di berbagai daerah di Indonesia. 

Peran dan fungsi keragaman budaya dalam pembangunan nasional sebagai berikut:

a. Sebagai Daya Tarik Bangsa Asing

Seni budaya yang indah akan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing. Hal ini akan memberikan berbagai dampak positif, terutama bidang ekonomi.

b. Mengembangkan Kebudayaan Nasional

Bangsa Indonesia memiliki ribuan macam budaya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Untuk menjaga dan melestarikan, maka kita perlu mengembangkan dengan berbagai cara.

c. Tertanamnya Sikap Toleransi

Indahnya pelangi bukan karena kesamaan warna, melainkan warna-warni yang beraneka ragam itulah yang membuat pelangi menjadi menarik untuk dipandang. Demikian sikap toleransi dan saling menghargai akan mewadahi aneka ragam budaya sebagai warna-warni keindahan yang menawan.

d. Saling Melengkapi Hasil Budaya

Aneka budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, semuanya memiliki keunikan, kelebihan dan daya tarik masing-masing. Untuk semakin mengenalkan budaya nasional tersebut kepada lapisan masyarakat, agar kebudayaan nasional ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post