Lapisan Bumi |
Lapisan Bumi
Menurut para ilmuwan, bumi sudah terbentuk 4,54 miliar tahun yang lalu. Struktur lapisan bumi terdiri dari berbagai jenis batuan (baca: Jenis Jenis Batuan Penyusun Lapisan Bumi). Sementara itu, lapisan bumi dapat dibagi menjadi 3 yaitu kerak bumi, mantel/selimut bumi dan inti bumi. Berikut adalah penjelasan masing-masing lapisan bumi:
1. Kerak Bumi
Kerak bumi (crush atau litosfer) merupakan lapisan bumi yang paling luar, dan merupakan lapisan yang menjadi tempat tinggal semua makhluk hidup, dan terdiri dari batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen. Sedangkan ketebalan dari kerak bumi sekitar 5 – 70 km. Dan, suhu pada lapisan bumi bervariasi mulai di bawah nol derajat Celsius sampai dengan 1.100 derajat Celsius.
Pada lapisan kerak tidak saja berupa bebatuan akan tetapi banyak juga gas pembentuk bumi yang salah satunya gas oksigen sebanyak 46,6%, selain itu ada beberapa struktur kimia yang menjadi pembentuk pada kerak bumi, diantaranya:
- Silikon sebesar 27,7%
- Aluminium sebesar 8,1%
- Besi sebesar 5,0%
- Kalsium sebesar 3,6%
- Natrium sebesar 2,8%
- Kalium sebesar 2,6% dan
- Magnesium sebesar 2,1%
Karena ketebalan kerak bumi berbeda, maka struktur kerak bumi dibagi menjadi dua yaitu:
Kerak benua, merupakan kerak bumi yang padat dan mudah pecah, serta paling tebal sampai dengan 70 km, dengan rata-rata ketebalan 35 km. Kerak benua juga disebut dengan lapisan granitis, karena kerak bumi ini terdiri dari bebatuan granit.
Kerak samudra, merupakan kerak bumi yang padat dan alot, serta tipis lapisannya antara 5 km – 15 km. Kerak samudra juga sering disebut dengan lapisan basaltis, karena terdapat banyak batuan penyusun kerak bumi berasal dari bebatuan basalt.
Kerak bumi bukan lapisan yang utuh, melainkan terpecah menjadi tujuh blok (lempeng) besar dan ratusan lempeng kecil. Lempeng-lempeng besar tersebut antara lain:
- Lempeng Samudra Pasifik (Lempeng Samudra);
- Lempeng Hindia-Australia (Lempeng Campuran);
- Lempeng Eurasia (Lempeng Benua);
- Lempeng Afrika (Lempeng Benua):
- Lempeng Amerika Selatan (Lempeng Benua);
- Lempeng Amerika Utara (Lempeng Benua); dan
- Lempeng Antartika (Lempeng Benua).
Manfaat dari tatanan lempeng tektonik.
Dengan memperhatikan tatanan geologi di Indonesia yang rumit akan berpengaruh pula terhadap penyebaran batuan dan mineral yang ada dalam bumi. Untuk itu, usaha-usaha penelusuran terhadap batuan dan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Berikut mineral ekonomis atau bahan-bahan galian dan energi yang memiliki nilai ekonomis antara lain:
- Mineral Logam: Tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium
- Mineral Non Logam: Fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan
- Mineral Industri: Mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea
- Mineral Energi: Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Belakangan panas bumi dan uranium juga masuk dalam golongan ini walaupun cara pembentukannya berbeda. (Sudradjat, 1999)
Batuan pembentuk kerak bumi dan paling banyak ditemukan terbagi dalam tiga jenis bebatuan, yaitu: batuan beku, batuan sedimen/endapan, dan batuan metamorf.
Batuan Beku
Batuan pembentuk kerak bumi yang terbentuk disebabkan adanya cairan magma yang mengalami pembekuan dalam perjalanannya menuju bumi. Dan berdasarkan proses kecepatan pembekuannya saat mencapai permukaan bumi, dibagi menjadi 3 jenis, antara lain:
- Batuan beku dalam, merupakan batuan beku yang membekunya di dalam kulit bumi dan terbentuk kristal besar. Contohnya: batu granit, batu gabbro, batu diorit, dan batu syenit.
- Batuan beku luar/batu leleran, merupakan batuan beku yang membekunya di luar kulit bumi dan membentuk kristal kecil-kecil bahkan tidak terbentuk sama sekali. Contohnya: batu rhyolit, batu andesit, batu trachit, batu basalt, batu obsidian, dan batu apung (purnice).
- Batuan beku korok, merupakan batuan beku yang membekunya di dalam gang-gang atau korok yang letaknya dekat dengan permukaan bumi sehingga proses pembekuan batuannya lebih cepat dan proses pengkristalan tidak sempurna. Contohnya: batu batu profir granit, batu profir gabbro, batu profir syenit, dan batu granit fosfir.
Batuan Endapan/Sedimen
Batuan pembentuk kerak bumi yang terbentuk dari berbagai jenis dan macam batu yang lapuk atau hancur yang kemudian menumpuk dan berlapis-lapis selama bertahun-tahun disertai adanya tekanan sehingga terjadi pemadatan. Batuan sedimen biasanya terdiri dari lapisan batuan kecil, pasir, dan bebagai jenis batuan lainnya.
Batuan Metamorf
Batuan pembentuk kerak bumi yang terbentuk karena terjadi perubahan lanjutan dari batuan sedimen maupun batuan beku lainnya. Dan perubahan lanjutan tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh suhu, tekanan dan ekosistem yang ekstrim disekitar batuan tersebut.
2. Mantel/Selimut Bumi
Letaknya tepat dibawah kerak bumi, dan lapisan ini juga disebut dengan selubung bumi dengan ketebalan mencapai 2.900 km. Bagian atas dari lapisan ini merupakan batuan padat dan bagian bawahnya merupakan lapisan batuan likuit (cair-cair padat) karena suhu pada bagian ini dapat mencapai 3.000 derajat Celsius, dan lapisan ini merupakan pelindung bagian dalam bumi.
Selimut bumi dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
- Lapisan Litosfer, lapisan ini merupakan lapisan terluar mantel bumi dengan ketebalan hingga 80 kilometer.
- Lapisan Astenosfer, lapisan ini terbentuk di bawah lapisan litosfer dengan ketebalan berikisar antara 100 hingga 400 kilometer. Lapisan astenosfer diprediksi sebagai tempat pembentukan magma (baca: Proses Terjadinya Magma).
- Lapisan Mesosfer, lapisan terbawah dari mantel bumi adalah mesosfer. Ketebalannya berikisar antara 2.400 sampai 2.700 kilometer.
3. Inti Bumi
Merupakan lapisan bumi yang paling dasar dengan ketebalan 3.500 km, ketebalan lapisan inti luar 2.000 km dengan suhu 2.200 derajat Celsius, pada lapisan inti dalam suhunya 4.500 derajat Celsius. Bagian inti bumi tersebut tersusun dari nikel dan besi (ferum) serta sering disingkat nife. Nife merupakan logam yang mengandung daya magnetis tinggi sehingga bumi merupakan sumber magnet yang mampu menarik seluruh bumi sampai atmosfer.
Gunung Api (Lempeng Tektonik)
Gunung adalah suatu penampakan permukaan bumi yang berupa tonjolan yang meruncing dan lebih tinggi dari permukaan bumi lainnya setelah mengalami beberapa proses pergerakan lempeng tektonik sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Sedangkan gunung api terbentuk sebagai akibat pergerakan lempengan tektonik yang secara terus-menerus menekan. Dan gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu:
- Busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua
- Busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudra ke kerak benua
- Busur tengah samudra, terbentuk akibat pemekaran kerak samudra, dan
- Busur dasar samudra, terbentuk akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudra
Susunan/Struktur Gunung Api
Gunung api terbangun atas beberapa komponen dan membentuk sebuah struktur, dan masing-masing komponen memiliki bagian dan fungsi yang saling mendukung sehingga terbentuk aktivitas gunung berapi tersebut. Beberapa bagian gunung berapi antara lain:
1. Struktur Kawah
Struktur kawah merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk morfologi negatif atau depresi. Bagian ini terbentuk diakibatkan adanya aktivitas sebuah gunung berapi. Bagian kawah ini biasanya berbentuk bundar dan berada pada bagian puncak gunung.
2. Kaldera
Kaldera merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk menyerupai kawah. Namun. garis tengah kaldera berukuran lebih dari 2 km. Kaldera sendiri tersusun dari beberapa bagian. antara lain kaldera letusan akibat letusan besar yang melemparkan sebagian besar tubuh kaldera tersebut.
3. Rekahan dan Graben
Rekahan/patahan dan graben merupakan bagian dari gunung berapi yang berupa retakan di bagian tubuh gunung. Panjang retakan ini bisa mencapai puluhan kilometer serta kedalaman hingga ribuan meter. Rekahan pararel yang menjadikan bagian blog amblas disebut dengan graben.
4. Depresi Vulkano dan Tektonik
Terbentuk karena adanya pergeseran magma asam ke permukaan bumi dalam jumlah yang sangat besar. Magma asam sendiri asalnya dari kerak bumi dan depresi tersebut bisa terjadi dengan kedalaman puluhan hingga ribuan meter.
Berdasarkan Bentuknya
Berikut gunung berapi berdasarkan bentuknya, antara lain:
1. Gunung Api Perisai (Shield Volcano), memiliki bentuk kerucut dengan lereng landai dan juga aliran lava panas dari saluran tengah. Daerah persebaran magma luas dan juga proses pendinginan dan pembekuannya relatif lambat. Frekuensi letusan gunung jenis ini biasanya sedang dan lambat dengan jumlah cairan lava cair yang cukup banyak. Contoh bentuk gunung berapi ini banyak terdapat di kepulauan Hawai.
2. Gunung Api Kubah (Cinder Volcano), memiliki bentuk kerucut cembung atau yang disebut konvek dengan lereng yang curam. Aliran lava yang kental dari saluran pusat menyebabkan aliran lava lambat dan juga membentuk lapisan yang tebal. Proses pendinginan serta pembekuan lava relatif cepat. Contoh gunung api yang bertipe ini adalah Gunung Vesuvius di Italia.
3. Gunung Api Runcing/Lancip (Strato Volcano), Gunung api ini memiliki bentuk kerucut dengan berlereng curam dan juga luas yang terdiri dari banyak lapisan lava yang terbentuk akibat aliran lava yang berulang-ulang. Lava bisa mengalir melalui sisi kerucut. Sifat letusan gunung jenis ini relatif keras. Contoh Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Gunung Api Lava Pijar dan Abu, Gunung jenis ini memiliki bentuk kerucut simetris dengan lereng cekung atau yang disebut konkaf dan landai. Bahan ataupun emisi berupa asap, debu lembut, dan juga bau sulfur menyengat. Sifat letusan gunung jenis ini relatif sedang. Contoh: Gunung Paracutin di Mexico.
5. Gunung Api Kaldera, merupakan gunung berapi yang terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini
Berdasarkan Jenis Letusan
Berikut gunung berapi berdasarkan jenis letusannya, antara lain:
1. Gunung Api Stromboli, memiliki ciri letusan mencapai 500 m dengan pijaran seperti kembang api. Gunung ini memiliki magma yang sangat cair, sering dijumpai letusan pendek yang disertai dengan ledakan. Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli dan juga setengah padatan bongkah lava. Contoh Gunung Vesuvius di Italia dan Gunung Raung di Jawa.
2. Gunung Api Hawaaii, merupakan gunung api ini dicirikan dengan lava gunungnya yang cair dan tipis, memiliki tipe letusan dengan pancuran lava ke udara mencapai ketinggian 200 m, mudah bergerak dan mengalir secara bebas serta dalam perkembangannya akan dapat membentuk tipe gunung api perisai. Contoh Kilauea dan juga Maunaloa di Hawaaii dan Gunung Dieng di Jawa Tengah.
3. Gunung Api Vulkano, memiliki ciri khas yakni pembentukan awan debu berbentuk bunga kol, sebab gas yang ditembakkan ke atas meluas bahkan hingga jauh di atas kawah. Tipe gunung api ini memiliki tekanan gas sedang dan juga lavanya yang kurang begitu cair. Di samping mengeluarkan awan debu, jenis ini pun menghasilkan lava. Contoh Gunung Kelud, Bromo, Vesuvius dan Etna.
4. Gunung Api Merapi, memiliki ciri lavanya yang cair dan kental yang dapat menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat sehingga sumbatan terangkat pecah-pecah. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas yang akhirnya terlempar keluar jika terjadi erupsi. Material ada yang dilontarkan dan ada yang menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas atau gloedwolk atau sering disebut wedhus gembel. Tipe letusan merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya. Contoh Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Galunggung di Jawa Barat.
5. Gunung Api Perret/ Plinian, ciri letusannya dapat mengeluarkan lava cair dengan tekanan gas yang sangat tinggi. Malah bisa membuat lubang kepundan tersumbat, yang bisa mengakibatkan mengumpulnya gas dan juga uap di dalam tubuh bumi, karenanya sering timbul getaran sebelum letusan terjadi. Setelah meletus material-material, misalnya abu, lapili, dan bom terlempar dengan dahsyat ke angkasa bahkan dapat melenyapkan sebagian maupun sebagian besar gunung seperti letusan Gunung Krakatau tahun 1873 yang menyebabkan Gunung Krakatau itu sendiri lenyap. Contoh Gunung Krakatau di selat Sunda.
6. Gunung Api Pelee, letusan tipe ini dinamai sesuai dengan letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique, kawasan Karibia, tahun 1902. Jenis erupsi ini menyerupai letusan Vulkanian, hanya saja terdapat campuran gabungan lava dan tingkat gas yang tinggi. Letusan diakibatkan penyumbatan pada lubang kepundan seperti bentuk jarum, dan apabila terjadi tekanan dari dalam bumi yang seharusnya di keluarkan serta terjadi penumpukan sehingga lama-kelamaan akan Gunung akan meletus. Dan, saat erupsi, lava tersebut cenderung encer dan mengalir dengan kecepatan tinggi sehingga sangat membahayakan. Contoh Gunung Pelee dan Gunung Hibo-Hibok.
7. Gunung Api St. Vincent, letusan tipe ini terjadi pada gunung api yang memiliki danau kawah. Ketika gunung ini meletus maka air di danau kawah tersebut akan tumpah bersama lava. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi daerah yang ada di sekitarnya karena dapat diterjang banjir lahar panas. Contoh Gunung Kelud pada tahun 1919.
8. Gunung Api Surtseyan, merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api, gunung api bawah laut atau gunung api yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltik dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik merupakan Gunung dengan tipe letusan sama dengan tipe vulkanian tetapi kekuatan letusannya lebih besar.
Berdasarkan Aktivitasnya
Berikut gunung berapi berdasarkan aktivitasnya, antara lain:
1. Gunung Api Aktif, suatu gunung api yang masih aktif melakukan kegiatan vulaknisme hingga sekarang, dan aktivitas vulkanis. Aktivitas vulkanik dicirikan antara lain mengeluarkan asap pada bagian kawah, gempa tektonik di kawasan gunung tersebut, dan letusan-letusan secara berkala/periodik. Contoh, Gunung Stromboli, Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Anak Krakatau, Gunung Tengger, dan Gunung Gamalama.
2. Gunung Api Mati, merupakan gunung api yang tidak menunjukkan tanda-tanda kegiatan vulkanis/erupsi sejak tahun 1600. Contoh, Gunung Patuha Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Maria.
3. Gunung Api Istirahat, merupakan gunung api yang sudah tidak menunjukkan aktivitas vulkanisme namun masih berpotensi untuk bangkit kembali melakukan aktivitas vulkanismenya. Contoh, Gunung Ceremai, Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Kelud.
Gempa Bumi
Gempa merupakan salah satu jenis bencana alam yang berkaitan dengan gerakan atau getaran. Dan, gempa bumi adalah serentetan gerakan atau getaran pada kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah dan memiliki awal dan akhir getaran secara jelas. Dan getaran/gerakan tersebut disebabkan oleh tenaga endogen, yang berasal dari dalam bumi sehingga terjadi perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen memiliki sifat yang membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata dulunya tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya suatu lembaga ataupun jurang. Secara umum tenaga endogen tersebut dibagi kedalam tiga jenis yakni vulkanisme, tektonisme, dan seisme atau gempa, (Bayong, 2006: 12).
Gempa bumi yang membahayakan merupakan gempa bumi yang akibat pelepasan suatu energi karena kontraksi suatu tegangan yang tinggi pada kerak bumi. Mekanisme tersebut belum sepenuhnya dimengerti, mengingat akibat terjadinya gempa tersebut di dasari dari dalam bumi sendiri, dan berbagai teori kemudian mengusulkan berkenaan dengan mekanisme tersebut sampai saat ini cenderung menimbulkan suatu konflik. Untuk maksud tersebut sekarang cukuplah ditujukan sebab utama dari gempa bumi yang berkaitan dengan proses tektonik lautan dan juga permukaan bumi. Sedangkan penyebab terjadinya gempa diidentifikasi berdasarkan hasil fenomena alam dan juga perbuatan manusia di bedakan menjadi lima, yaitu:
1. Gempa sebagai akibat dari runtuhan lubang-lubang interior bumi, dimana terdapat gua atau tambang batuan/mineral dalam bumi yang menyebabkan getaran di atas permukaannya, akan tetapi getaran tersebut tidaklah terlalu besar dan terjadi hanya di setempat saja atau terjadi secara lokal. Dan biasanya gempa seperti ini dikenal dengan jenis gempa bumi runtuhan.
2. Gempa sebagai akibat tabrakan (impack), dimana terdapat tabrakan benda di langit atau sering juga disebut dengan meteori yang menyebabkan getaran, hanya saja getarannya tidak sampai terekam oleh suatu alat pencatat getaran gempa bumi dan juga sangat jarang terjadi. Dan biasanya gempa seperti ini dikenal dengan jenis gempa bumi tumbukan.
3. Gempa sebagai akibat letusan gunung api, dimana terdapat aktivitas gunung api dapat menimbulkan gempa yang disebut dengan gunung api vulkanik. Penyebabnya adanya persentuhan antara magma dengan dinding gunung api dan juga tekanan gas yang meletus dengan kuat, atau terjadi suatu perpindahan magma secara tiba-tiba dari dapur magma. Dan biasanya gempa seperti ini dikenal dengan jenis gempa bumi vulkanik.
4. Sebagai akibat kegiatan tektonik (pergeseran lempengan bumi), dimana gempa yang memiliki efek besar yang berasal dari kegiatan tektonik. Dimana gempa yang berhubungan dengan kegiatan gaya tektonik berlangsung dalam gunung, terjadi patahan dan tarikan ataupun tekanan dari pergerakan lempeng batuan penyusun kerak bumi. Dan biasanya gempa seperti ini dikenal dengan jenis gempa bumi tektonik (pergeseran lempeng bumi).
5. Gempa sebagai akibat ledakan bawah tanah yang biasanya menggunakan tenaga nuklir untuk menguji daya ledak, atau terjadi karena adanya campur tangan manusia. Dan biasanya gempa seperti ini dikenal dengan jenis gempa bumi buatan.
Dampak Fisik dan Dampak Sosial
Berikut ini merupakan persoalan yang sering terjadi terhadap pasca gempa yang sering kita sebut dengan dampak gempa. Dan dampak gempa selama ini dibedakan menjadi dua macam dampak, yang kesemuanya akan bermuara pada bidang perekonomian/finansial, adapun dampak tersebut yaitu:
1. Dampak Fisik
- Bangunan rusak/hancur/roboh
- Tanah longsor akibat goncangan
- Jatuh korban jiwa
- Permukaan tanah retak, dan bisa jadi jalan putus
- Banjir akibat rusaknya tanggul
- Gempa dasar laut menyebabkan tsunami, dan sebagainya
2. Dampak Sosial
- Menimbulkan kemiskinan
- Menimbulkan kelaparan
- Menimbulkan wabah penyakit
- Melumpuhkan politik, sistem perekonomian, dan sebagainya
Tsunami
Tsunami merupakan salah satu jenis bencana alam yang berkaitan dengan gelombang laut. Tsunami berasal dari Bahasa Jepang yang berarti Tsu pelabuhan dan Nami berarti gelombang, yang secara harfiah berarti ombak besar di pelabuhan. Dan secara ilmiah tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal yang berlangsung dengan tiba- tiba. Daya kerusakan yang diakibatkan gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan yang dekat dengan pusat gangguan. Tinggi gelombang tsunami jika dilautan hanya sekitar 1 meter. Meski demikian, kecepatan yang dimiliki oleh gelombang ini bisa mencapai 500 hingga 1000 kilometer per jam, dan sebaliknya, semakin mendekati ekosistem pantai, kecepatan gelombang ini semakin menurun, hanya sekitar 35 hingga 50 kilometer per jam. Namun, tingginya gelombang akan semakin naik, hingga mencapai 20 meter. Dengan ketinggian yang sedemikian ini, maka gelombang tsunami dapat masuk ke daratan hingga jarak puluhan kilometer.
Terjadinya tsunami , biasanya tidak bencana alam tunggal. Maksudnya, biasanya tsunami tidak datang sendiri dengan tiba- tiba. Namun biasanya ada yang menghantarkan, sehingga terjadilah tsunami. Berikut merupakan beberapa peristiwa alam yang menjadi penyebab terjadinya tsunami, antara lain:
1. Gempa Bumi Bawah Laut
Gempa bumi bawah laut menimbulkan banyak getaran yang mayoritas merupakan penyebab dan akan mendorong timbulnya gelombang tsunami di dunia. Dan, hampir 90% kejadian tsunami di dunia ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di bawah laut. Gempa bumi di bawah laut tergolong gempa bumi tektonik yang timbul akibat adanya pertemuan atau tumbukan lempeng tektonik. Meski gempa bumi bawah laut merupakan penyebab utama terjadinya tsunami, namun tidak berarti bahwa semua gempa bumi bawah laut dapat menimbulkan tsunami. Gempa bumi di bawah laut akan menimbulkan tsunami apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Pusat gempa terletak di kedalaman 0 – 30 km di bawah laut. Semakin dangkal pusat gempa bumi, maka akan semakin besar kesempatan terjadinya tsunami. Dengan kata lain semakin dangkal pusat gempa bumi, maka peluang terjadinya tsunami juga semakin besar. Hal ini karena getaran yang dirasakan juga semakin besar dan semakin kuat, sehingga peluang terjadinya tsunami pun juga semakin kuat.
b. Gempa yang terjadi berskala minimal 6,5 skala richter. Gempa yang terjadi dengan kekuatan minimal 6,5 skala richter dianggap sudah mampu untuk mempengaruhi gelombang air laut, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya tsunami.
c. Jenis sesar gempa adalah sesar naik turun. Jenis sesar gempa naik turun sangat mendukung terjadinya gelombang tsunami. Adanya persesaran naik turun ini akan dapat menimbulkan gelombang baru yang mana jika bergerak ke daratan, maka bisa menghasilkan tsunami. Hal ini akan diperparah apabila terjadi patahan di dasar laut, sehingga akan menyebabkan air laut turun secara mendadak dan menjadi cikal bakal terjadinya tsunami. Dan, gempa bawah laut yang tidak sesuai dengan kriteria di atas maka peluang menimbulkan tsunami juga kecil.
2. Letusan Gunung Api Bawah Laut
Lautan yang memenuhi dua per tiga dari permukaan bumi ini menyimpan banyak sekali rahasia, bahwa sebenarnya tidak hanya daratan saja yang mempunyai gunung aktif, namun juga bawah laut mempunyai banyak gunung aktif. Gunung api di bawah laut juga berpotensi meledak atau erupsi sewaktu-waktu, dan akibat ledakan atau erupsi yang besar atau kuat dari gunung api di bawah laut juga sebagai penyebab terjadinya gelombang tsunami.
3. Terjadinya Longsor Bawah Laut
Tsunami yang terjadi sebagai akibat adanya longsor di bawah laut, dan, tsunami seperti ini dikenal dengan Tsunamic Submarine Landslide. Longsor bawah laut ini pada umunya disebabkan oleh adanya gempa bumi tektonik atau letusan gunung bawah laut. Dan, getaran kuat yang ditimbulkan oleh longsor inilah yang bisa menyebabkan terjadinya tsunami.
4. Hantaman Meteor
Tsunami yang disebabkan oleh hantaman meter jarang terjadi, dan sampai saat ini belum ada dokumen satupun yang menyebutkan adanya tsunami yang disebabkan oleh hantaman meteor. Akan tetapi berdasarkan hasil simulasi computer dapat digambarkan terjadinya tsunami yang terjadi sebagai akibat hantaman benda langit (meteor) yang jatuh pada permukaan laut, hal itupun ada syaratnya yaitu diameter meteor minimal 1 kilometer, akan menimbulkan mega tsunami yang amat dahsat dengan ketinggian gelombang tsunami ratusan meter.
Dampak Fisik dan Dampak Sosial
Berikut ini merupakan persoalan yang sering terjadi terhadap pasca tsunami yang sering kita sebut dengan dampak tsunami. Dan dampak tsunami selama ini dibedakan menjadi dua macam dampak, yang kesemuanya akan bermuara pada bidang perekonomian/finansial, adapun dampak tersebut yaitu:
1. Dampak Fisik
- Terjadi kerusakan dimana-mana
- Jatuh korban jiwa
- Korban mengalami trauma
2. Dampak Sosial
- Menimbulkan kemiskinan
- Menimbulkan kelaparan
- Menimbulkan wabah penyakit
- Melumpuhkan politik, sistem perekonomian, dan sebagainya
Ada beberapa tanda-tanda atau ciri terjadinya tsunami yang dapat kita kenali, antara lain:
1. Gerakan Tanah, gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di lapisan bumi padat akibat adanya gempa. Jika gempanya dangkal (biasanya dekat panti), maka area yang terasa oleh gerakan ini adalah area pada daerah-daerah yang dekat dengan pantai, dan gerakannya dapat dirasa oleh indera kita secara langsung tanpa menggunakan alat ukur. Akan tetapi untuk pusat gempanya di daerah yang dalam dan jauh dari pantai, maka gerakan tidak dirasakan oleh manusia dan tahu-tahu terjadi gelombang yang besar melanda pantai dan daratan setelah 12 jam sampainya. Contoh tsunami Chili 1960 yang melanda daerah Tohoku Pulau Honshu Jepang.
2. Riakan Air Laut, riakan muka laut yang mendahului kedatangan gelombang tsunami utama yang dengan mudah dapat dilihat pada rekaman pasang surut dengan amplitudo dan perioda yang lebih kecil.
3. Penarikan Mundur atau Surutnya Muka Laut, terjadinya penarikan permukaan air laut (surut) secara tiba-tiba sebelum gelombang tsunami utama mencapai pantai.
4. Dinding Muka Air Laut Yang Tinggi Di Laut, pergerakan tsunami yang menjalar di perairan dangkal dan terus menjalar di atas pantai berupa gelombang pecah yang berbentuk dinding bisa berwarna kelabu hingga hitam serta berwarna putih, hal itu tergantung dari asal terbentuknya tanah pada daerah yang dilewati (sedimen cenderung berwarna kelabu hingga hitam; dan daerah karang cenderung berwarna putih).
5. Timbulnya Suara Aneh, terjadi biasanya setelah beberapa saat setelah gempa terjadi, dan beberapa kejadian seperti di Biak, Banyuwangi dan Flores, sebelum gelombang tsunami datang terdengar bunyi-bunyi aneh seperti: suara helikopter, suara drumband, maupun suara roket yang mendesing.
6. Pengamatan Indera Penciuman Dan Indera Perasa, beberapa saksi mata ada yang menyatakan bahwa saat sebelum gelombang tsunami datang terjadi angin dengan berhawa agak dingin dari biasanya bercampur dengan bau garam laut yang cukup kuat, hal ini kemungkinan besar akibat olakan air laut di lepas pantai
Tindakan Tanggap Bencana
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tanggap darurat bencana, adalah:
1. Sebelum Terjadi Bencana
- a. Mengetahui apa yang dikatakan bencana (gempa/tsunami),
- b. Mengenali lingkungan dari tempat anda tinggal dan bekerja,
- c. Memastikan bahwa struktur dan letak dari rumah anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh bencana (longsor, liquefaction, dan lain-lain),
- d. Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan anda agar terhindar bahaya bencana,
- e. Menyimpan bahan yang mudah terbakar di tempat yang tidak mudah pecah agar dapat terhindar dari kebakaran,
- f. Memperhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, ketika terjadi suatu bencana (gemba bumi), yang telah tempat paling aman untuk berlindung,
- g. Memastikan air, gas dan juga listrik sedang tidak digunakan,
- h. Penyebab yang paling besar adalah atur benda berat pada bagian bawah, cek kestabilan benda saat jatuh,
- i. Menyiapkan kotak p3k, senter, radio dan makanan suplemen serta air,
- j. Belajar melakukan P3K, Belajar menggunakan pemadam kebakaran, Mencatat nomor telepon penting ketika terjadi,
- k. Menyiapkan kotak p3k, senter, radio dan makanan suplemen serta air,
- l. Membuat bangunan yang tahan bencana (gempa),
- m. Mengamati tanda-tanda dan membunyikan peringatan bahaya bencana.
2. Saat Terjadi Bencana
- a. Jangan panik, harus tenang dan tanggap terhadap apa yang terjadi, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan YME demi keamanan dan keselamatan kita semuanya,
- b. Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja dll,
- c. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan,
- d. Lari ke luar apabila masih dapat dilakukan,
- e. Ketika diluar bangunan hindari gedung, tiang listrik dan pohon dll, serta kemudian perhatikan tempat anda berpijak dan hindari retakan tanah,
- f. Jika Anda tinggal atau berada di pantai, jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
- g. Jika Anda tinggal di daerah pegunungan, jauhi daerah-daerah yang mungkin terjadi longsor,
- h. Jika Anda sedang mengendarai mobil, keluar, turun dan menjauhlah dari mobil untuk menghindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.
3. Setelah Terjadi Bencana
- a. Jika Anda berada di dalam bangunan, keluar dari bangunan tersebut dengan tertib, jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa, periksa apa ada yang terluka dan lakukan P3K, serta telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda,
- b. Periksa lingkungan sekitar Anda terhadap: adanya kebakaran, kebocoran gas, adanya arus listrik, aliran dan pipa air, adanya hal lain yang membahayakan.
- c. Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena bencana (gempa), kemungkinan terjadi bahaya bencana susulan masih ada.
- d. Mendengarkan dan mencari informasi, mengenai bencana dari radio (apabila terjadi gempa susulan), dan jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana tsunami.
- Membuat sistem peringatan dini,
- Relokasi daerah permukiman yang rawan dan tinggi terhadap ancaman tsunami.
- Edukasi kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami, misalnya tanda-tanda kedatangan tsunami dan cara-cara penyelamatan diri, sehingga masyarakat siap dan tanggap apabila suatu saat tsunami datang secara tiba-tiba.
- Membuat jalan atau lintasan untuk menyelamatkan diri dari tsunami.
- Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami.
- Menanami daerah pantai dengan tanaman yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang (misalnya mangrove),
- Membuat dike ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan.