Pencernaan |
Pencernaan
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa bahan makanan dibutuhkan bagi tubuh sebagai pemasok energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dan proses memperoleh energi tersebut melalui pencernaan bahan makanan. Dengan demikian pencernaan adalah suatu proses di mana makanan dan cairan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi, sehingga tubuh dapat menggunakannya untuk membangun dan memelihara sel-sel. Pencernaan dimulai di mulut, di mana makanan dan cairan diambil, dan selesai di usus kecil.
Pencernaan makanan dibagi menjadi dua macam, yaitu pencernaan makanan mekanis dan kimiawi. Pencernaan mekanis adalah proses mengubah makanan menjadi kecil dan lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil pada burung merpati. Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah proses pencernaan kimiawi. Pencernaan kimiawi adalah proses mengubah molekul-molekul zat makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan biasanya melibatkan enzim-enzim untuk mempercepat prosesnya.
Dan proses pencernaan dalam tubuh manusia terbagi dalam lima proses yang terpisah. Adapun kelima proses tersebut antara lain:
- 1. Injesti, proses menaruh atau memasukkan makanan di mulut, biasanya menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu seperti sendok, garpu, sumpit
- 2. Absorbsi, proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di usus halus. Dan selanjutnya, gerakan nutrisi sebagai hasil penyerapan dari sistem pencernaan ke sistem sirkulator dan lymphatic capallaries melalui osmosis, transpor aktif, dan difusi
- 3. Penyingkiran, pembuangan material yang tidak dicerna dari ‘tract’ pencernaan melalui defekasi
- 4. Pengeluaran sisa, sisa makanan yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh melalui organ anus.
Berdasarkan penjelasan di atas maka, organ pencernaan dan enzim-enzim yang berperan dalam proses pencernaan meliputi:
1. Mulut
Mulut merupakan rongga berbentuk oval di dalam tengkorak, yang memiliki dua fungsi utama yaitu pencernaan dan komunikasi. Mulut merupakan organ pencernaan pertama yang di dalamnya terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah.
Kelenjar ludah merupakan organ yang menghasilkan air ludah dan menyekresi enzim amilase (ptialin). Ludah berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan, melindungi selaput mulut dari panas, dingin, asam dan basa.
Selain itu ludah (terdapat enzim ptialin) dapat mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana (maltosa) yang sifatnya mudah dicerna oleh organ pencernaan. Enzim ptialin bekerja dengan baik pada pH antara 6,8 – 7 dengan suhu 37°C.
2. Lambung
Proses selanjutnya makanan yang dihaluskan dengan menggunakan gigi dan dikunyah akan dibawa ke lambung dengan melalui bagian kerongkongan atau tenggorokan yang dibantu dengan kontraksi otot di bagian kerongkongan. Pada lambung makanan akan mengalami proses kimiawi yang melibatkan beberapa enzim dalam prosesnya. Dan enzim yang berperan dalam proses ini antara lain:
a. Renin, yang berperan dalam mengendapkan protein yang terdapat pada susu (kesein) dari air susu (ASI), dan enzim ini hanya dimiliki oleh bayi, karena mereka masih mengonsumsi ASI dari ibunya.
b. Pepsin merupakan zat yang berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton.
c. HCI merupakan zat yang berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Sebagian desinfektan, serta untuk merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada bagian usus halus ditubuh manusia.
d. Lipase merupakan zat yang berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun demikian dalam tubuh lipase hanya diproduksi dalam jumlah yang kecil.
Setelah makanan yang diproses di lambung membutuhkan waktu kurang lebih 3 - 4 jam dan selanjutnya akan dilanjutkan prosesnya pada usus halus.
3. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil merupakan saluran sepanjang 8,25 meter, dan usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari panjangnya sekitar 25 cm, dan dalam usus ini terjadi proses pemecahan lemak dan karbohidrat. Dengan demikian enzim yang berperan dalam proses ini merupakan enzim yang berasal dari pankreas dan kantung empedu, enzim yang berasal dari pankreas antara lain:
a. Amilase merupakan enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih sederhana (maltosa).
b. Lipase merupakan enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
c. Tripsinogen, jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap diserap oleh usus halus.
Sedangkan empedu yang mengandung garam-garam empedu dan zat warna empedu yang disebut dengan bilirudin, memiliki fungsi untuk mengemulsikan lemak serta zat warna empedu yang memberikan ciri warna coklat pada feses.
Usus kosong yang panjangnya 7 meter letaknya berbatasan langsung dengan usus dua belas jari dan usus penyerapan. Pada usus ini tidak terjadi proses apa pun baik proses penyerapan maupun pencernaan makanan.
Sedangkan pada usus penyerapan yang panjangnya 1 meter terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Zat makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus halus, misalnya seperti jenis selulosa bersama dengan lendir didorong maju menuju usus besar.
Dari serangkaian proses tersebut, fungsi utama usus halus antara lain:
a. Menyerap protein dalam bentuk asam amino
b. Menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak kelenjar atau enzim yang ada di dalam usus halus, dan
c. Menerima zat-zat makanan yang mudah dicerna guna diserap melalui kapiler darah dan saluran limfa.
4. Usus Besar
Setelah mengalami penyerapan nutrisi di usus halus, kemudian makanan akan bergerak menuju usus besar. Usus besar sendiri di bagi menjadi 3 bagian yaitu usus besar naik, usus besar melintang dan usus besar turun. Setelah mengalami penyerapan di usus halus, sisa makanan yang masih banyak mengandung air, dan tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air akan diserap kembali oleh usus besar.
Usus besar berfungsi sebagai tempat pembusukan sisa-sisa makanan dengan dibantu oleh bakteri Escheichia coli dan akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses.
5. Anus
Anus merupakan organ pencernaan terakhir dari serangkaian proses pencernaan dan anus menjadi pintu keluar untuk feses yang telah mengalami pembusukan. Proses pengeluaran feses ini disebut defekasi. Defekasi dapat terjadi akibat rangsangan dari lambung dan usus halus yang berisi makanan kepada usus besar. Defekasi dapat terjadi karena gerak peristaltik anus menuju rektum.
Penjelasan di atas merupakan serangkaian organ dalam sistem dan proses pencernaan manusia. Semua organ ini akan bekerja dengan silih berganti dan memainkan perannya dengan baik. Akan tetapi, kinerja sistem pencernaan yang terlalu berat dalam mencerna jenis makanan yang keras dan berbahaya akan membuat bagian ini mengalami masalah. Akibatnya ketika bagian pencernaan mengalami masalah maka akan berpengaruh pula terhadap kesehatan kita.
Berikut merupakan penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan dan upaya menjaga kesehatannya:
1. Kolitis (Radang Usus Besar)
Jika terkena penyakit ini, akan timbul gejala seperti diare, kram perut dan luka pada usus. Penyakit ini merupakan penyakit pada radang usus yang bisa diobati dengan obat-obatan. Apabila penyakit kolitis ini tidak bisa diobati melalui obat-obatan, maka harus ada tindakan pembedahan dengan membuang bagian usus besar yang terjadi peradangan.
2. Apendisitis (Radang Usus Buntu)
Apendisitis merupakan gangguan pencernaan pada umbai cacing (apendik) yang mengalami infeksi oleh bakteri. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi (operasi pada daerah abdomen) dengan penyingkiran umbai cacing (apendik) yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
3. Diare
Diare merupakan penyakit pada saluran usus besar yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan protozoa, seperi Entamoeba coli. Ketika terjadi infeksi, maka dinding usus besar akan teriritasi dan tidak dapat menyerap air, dan air dalam usus akan terus menerus dikeluarkan, hal ini yang menyebabkan penderita diare dapat mengalami dehidrasi dan keracunan oleh toksin bakteri serta mengalami mulas perut, karena kontraksi otot pada usus besar terjadi secara terus menerus.
Upaya mencegah terjadinya diare adalah dengan menjaga kebersihan makanan yang dimakan, karena makanan yang kurang higienis biasanya mengandung bakteri pemicu diare. Ada baiknya mencuci tangan sebelum makan, minuman yang dimasak, dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan. Apabila terkena diare, maka penanganannya adalah dengan meminum oralit (larutan garam) untuk menggantikan cairan yang hilang, atau dapat juga minum obat diare. Obat diare biasanya memiliki fungsi utama untuk membantu proses pemadatan feses (tinja), bukan menghentikan diare.
4. Disentri
Disentri merupakan gangguan pencernaan yang menyerang bagian usus. Usus akan mengalami peradangan karena terkena infeksi bakteri. Disentri ditandai dengan berbagai gejala, seperti demam, sakit perut, dan diare. Bakteri dari keluarga Shigella dan Amoeba merupakan penyebab infeksi pada usus. Infeksi yang parah pada usus akan menyebabkan feses berdarah. Pada tahap yang parah, penderita juga akan muntah-muntah.
Penanggulangan dan pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan antibiotika. Pada kondisi tertentu, transfusi darah juga perlu dilakukan untuk menjaga kondisi si penderita tetap baik. Penyakit disentri hampir sama dengan penyakit diare, keduanya sama-sama bisa menular. Ketika feses di penderita mencemari tanah atau air, maka bakteri yang mencemari tanah dan air tersebut dapat menyebabkan penularan pada orang lain.
5. Kolera
Kolera adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi akibat diare parah yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio Cholerae. Penularan kolera biasanya terjadi melalui air yang terkontaminasi. Jika tidak segera ditangani, kolera dapat berakibat fatal hanya dalam beberapa jam saja.
Gejala yang ditimbulkan penyakit kolera diare yang encer dan berlimpah tanpa di dahului oleh rasa mulas, feses yang semula berwarna berubah menjadi warna cairan putih keruh dan berbau manis menusuk dan diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
Kolera biasanya mewabah di daerah yang padat penduduk tanpa sanitasi yang memadai. Dengan perawatan yang cepat dan tepat, kolera dapat diatasi dengan baik. Perawatan yang murah dan sederhana, seperti oralit, bisa digunakan untuk mencegah dehidrasi akibat kolera, disamping itu menjaga kebersihan sumber air yang dikonsumsi dan membuang kotoran pada tempatnya
6. Tipus
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang usus halus dan usus besar. Tanda-tandanya adalah panas tinggi tidak segera turun, dan perut terasa sakit.
7. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit merupakan kondisi feses yang keras dan kering, sehingga akan sulit untuk dikeluarkan. Penyebab konstipasi adalah kurangnya asupan makanan berserat dan kurang minum. Ketika feses tidak dikeluarkan secara teratur, air yang terkandung di dalamnya akan terserap, sehingga menyebabkan feses keras atau kering, dan akan sulit dikeluarkan.
Upaya mencegah konstipasi antara lain tidak sering menahan buang air besar, banyak makan makanan yang berserat, seperti sayur dan buah, menghindari konsumsi makanan yang tinggi lemak dan gula, dan minum cukup banyak air. Banyak minum air dan makan makanan berserat akan membantu pergerakan feses dan membantu feses lebih lunak untuk dikeluarkan. Peningkatan aktivitas fisik juga dapat membantu mengatasi konstipasi.
8. Gastritis (Mag)
Sakit mag atau istilah medisnya gastritis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya iritasi atau peradangan pada dinding lambung. Mag dapat diakibatkan karena meningkatnya asam lambung, infeksi bakteri Helicobacter pylori, kondisi stress, makan tidak teratur, dan konsumsi makanan terlalu pedas atau asam.
Mag dapat dicegah dengan cara makan yang teratur, makan secukupnya, mencuci tangan sebelum makan, dan menghindari makanan yang memicu produksi asam lambung berlebih, seperti makanan asam, makanan pedas, dan kopi. Menghindari stres juga dapat membantu mencegah terjadinya mag. Apabila mag disebabkan oleh bakteri, maka dapat diobati dengan mengonsumsi antibiotik, seperti amoksilin dan tetrasiklin dengan resep dari dokter.
9. Radang pada Dinding Lambung
Radang dinding lambung mengganggu bagian mukus yang melapisi bagian luar lambung. Jika sudah parah, feses akan berwarna hitam karena bercampur dengan darah dinding lambung yang mengalami luka.
Radang pada dinding lambung tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti bakteri, obat-obatan, alkohol, juga karena alergi terhadap jenis makanan tertentu.
10. Tukak Lambung
Tukak lambung disebabkan karena adanya kerusakan pada selaput lendir di lambung, yang biasanya disebabkan oleh gangguan psikis seperti stres, khawatir, sedih, dan juga kelelahan. Kondisi psikis yang memburuk akan menyebabkan produksi asam lambung meningkat dan jika jumlahnya berlebih akan menyebabkan selaput lendir mengalami kerusakan.
11. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan suatu kondisi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi kekurangan gizi. Malnutrisi disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi tertentu ke dalam tubuh. Akibatnya pembentukan enzim-enzim akan mengalami gangguan.
Itulah beberapa gangguan pencernaan yang dapat menjangkiti seseorang beserta penyebab dan juga gejala-gejala yang menyertainya. Melakukan pencegahan adalah langkah yang tepat untuk menghindari gangguan pencernaan. Gangguan pencernaan dapat menyebabkan munculnya penyakit lain dalam tubuh karena melalui proses pencernaanlah kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi. Jika pencernaan terganggu, asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh juga terganggu. Pencernaan yang sehat akan diikuti degan tubuh yang sehat karena asupan nutrisi bagi tubuh terpenuhi dengan baik. Lalu, upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah gangguan pencernaan?
Berikut beberapa upaya untuk mencegah gangguan pada pencernaan, antara lain:
1. Mengatur Pola Makan
Lambung akan bekerja secara efektif setiap 4 jam sekali. Makan tidak teratur dapat menyebabkan makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak tercerna secara efektif. Selain itu, makanan yang tidak tercerna secara efektif akan menyebabkan kembung karena makanan akan terfermentasi dalam lambung. Makan secara teratur juga membantu tubuh memperoleh asupan energi dan juga nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh pada setiap kurun waktu tertentu.
2. Perhatikan Asupan Makanan
Memperhatikan makanan yang dikonsumsi, makanan yang seimbang dan merupakan kombinasi yang serasi akan memudahkan untuk dicerna oleh organ tubuh kita, dan sebaliknya kombinasi makanan yang tidak tepat akan membuat makanan tidak dicerna dengan baik. Jangan mengonsumsi buah dan sayur secara bersamaan, buah dan makanan sumber karbohidrat, buah dan makanan sumber protein, serta makanan sumber karbohidrat dengan makanan sumber protein.
3. Mengunyah Makanan dengan Baik
Mengunyah dengan baik ketika berada di dalam mulut dapat membantu kinerja enzim ptialin di dalam kelenjar ludah. Selain itu, mengunyah makanan dengan baik juga baik untuk membantu proses pencernaan pada tahap-tahap selanjutnya. Perhatikan pula cara makan Anda. Jangan makan sambil berbicara karena dapat memperbanyak udara masuk ke rongga mulut sehingga menyebabkan kembung.
4. Makanlah Secukupnya
Jumlah makanan yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan kinerja enzim di dalam tubuh menjadi tidak optimal, akibatnya makanan juga tidak tercerna secara optimal pula. Makanan yang tidak tercerna secara optimal akan terfermentasi di dalam usus sehingga menyebabkan timbulnya gas dan perut menjadi kembung.
5. Jangan Berbaring Setelah Makan
Banyak orang yang merasa nyaman untuk tidur setelah makan. Padahal, berbaring setelah makan dapat menyebabkan pencernaan berlangsung tidak optimal. Makanan yang seharusnya dicerna di lambung akan kembali ke daerah kerongkongan dan menyebabkan rasa tidak nyaman ditengorokkan. Jika Anda ingin tidur, maka Anda harus melakukannya setidaknya 2 jam setelah Anda selesai makan.
6. Perbanyak Konsumsi Makanan Tinggi Serat
Makanan tinggi serat seperti sayur dan buah dapat membantu proses pencernaan dalam tubuh. Makanan yang kaya serat juga dapat mencegah gangguan pencernaan seperti konstipasi dan wasir.
7. Jangan Pernah Makan Sambil Minum
Makan sambil minum dapat mengurangi aktivitas cairan pencernaan sehingga proses pencernaan menjadi sulit. Makanan juga tidak tercerna secara optimal. Jika Anda ingin mengonsumsi makanan dengan banyak cairan seperti sup, maka Anda dapat mengonsumsinya 15 menit sebelum mengonsumsi makanan padat.
8. Mengonsumsi Suplemen Prebiotik
Suplemen prebiotik akan memberikan bakteri baik yang ada dalam pencernaan meningkat sehingga bakteri jahat juga akan berkurang. Berbagai suplemen prebiotik di antaranya yogurt, kimchi, tempe, dan sebagainya.
9. Kurangi Konsumsi Makanan yang Menimbulkan Gas
Makanan yang menimbulkan gas dapat membuat perut menjadi kembung. Perut kembung akan membuat tubuh tidak nyaman. Berbagai jenis asupan makanan yang dapat menimbulkan gas seperti kacang-kacangan, ubi, dan nangka.
10. Hindari Bumbu Masakan yang Terlalu Kuat
Bumbu masakan yang terlalu kuat seperti rasa terlalu pedas dan terlalu asin dapat mengakibatkan produksi asam lambung meningkat. Kondisi tersebut akan mengakibatkan lambung lebih rentan terhadap infeksi dan juga kerusakan/luka.
11. Mengurangi Makanan Pembentuk Asam
Makanan pembentuk asam bukanlah makanan yang terasa asam, tetapi makanan yang berpotensi menimbulkan keasaman dalam sistem pencernaan kita. Konsumsi makanan yang menimbulkan asam akan meningkatkan asam lambung sehingga lambung rentan terhadap luka. Berbagai jenis makanan yang berpotensi menyebabkan asam adalah makanan sumber protein hewani dan berbagai jenis karbohidrat seperti gula dan tepung.
12. Tingkatkan Konsumsi Sayuran Hijau
Bagi Anda yang memiliki masalah dengan asam lambung, Anda dapat meningkatkan konsumsi sayuran hijau. Sayuran hijau dapat membantu menetralkan kondisi lambung Anda yang asam. Jika kondisi pH di lambung netral, kerusakan pada dinding lambung dan usus dapat dihindari. Sayuran hijau juga tinggi akan kandungan serat yang dapat membatu proses pencernaan dan mencegah konstipasi.
13. Minum Air Hangat
Usahakan jangan minum minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin. Minumlah air hangat yang dapat menyesuaikan suhu tubuh Anda. Minum minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin tidak baik untuk kesehatan lambung. Baik minuman terlalu dingin atau terlalu panas dapat membuat dinding lambung teriritasi dan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kerusakan sehingga proses pencernaan di dalam lambung akan terganggu.
14. Kurangi Makanan yang Menimbulkan Alergi
Alergi makanan dalam sistem pencernaan akan menyebabkan perut menjadi kembung. Kurangi jenis-jenis makanan yang berpotensi menyebabkan sistem pencernaan mengalami alergi seperti laktosa pada susu, karena beberapa orang tidak dapat mencerna laktosa pada susu.
15. Mengurangi Stres
Stres ternyata dapat meningkatkan produksi asam lambung pada dinding lambung sehingga dinding lambung rentan mengalami kerusakan. Karena itu hindarilah stres, lakukan aktivitas yang dapat membuat pikiran rileks sesekali. Stres juga dapat membuat aliran darah tidak lancar sehingga penyerapan berbagai zat gizi dari makanan tidak optimal.
16. Hindari Merokok, Minum Kopi, dan Minum Alkohol
Rokok dan alkohol akan menyebabkan iritasi pada dinding lambung, akibatnya lambat laun lambung akan luka. Sedangkan kopi mengandung kafein. Kafein tersebut dapat menstimulasi produksi asam lambung sehingga lambung akan mudah terkena gangguan.
Sistem pencernaan merupakan bagian organ tubuh yang rawan akan berbagai jenis penyakit karena organ pencernaan menerima berbagai jenis makanan dari luar tubuh. Untuk menjaga kesehatan pencernaan, Anda dapat mengonsumsi beberapa jenis makanan berikut:
1. Tomat.
Tomat dianggap dapat melakukan pembersihan pada perut. Tomat juga mengandung likopen yang baik untuk mencegah berbagai penyakit di dalam saluran cerna.
2. Alpukat.
Alpukat dipercaya dapat membersihkan usus kita. Alpukat juga dipercaya dapat menangkal berbagai jenis infeksi dalam usus karena kaya akan antioksidan. Alpukat juga kaya akan vitamin A, C, dan B1 yang baik bagi tubuh.
3. Teh Hijau.
Teh hijau akan membantu tubuh Anda mengeluarkan berbagai racun dari organ pencernaan. Selain itu, teh hijau juga akan membantu mencegah obesitas karena dapat mengikat lemak untuk dibawa keluar tubuh.
4. Air Kelapa.
Air kelapa sangat baik untuk menjaga kebutuhan cairan dalam tubuh. Air kelapa akan memenuhi cairan tubuh dan menurunkan suhu tubuh. Alhasil, kinerja usus dan juga lambung menjadi lebih baik.
5. Jahe.
Jahe memiliki sifat yang panas ketika dikonsumsi. Jahe memiliki manfaat untuk menghilangkan gas berlebih yang ada di lambung dan juga usus sehingga perut tidak kembung. Tidak heran jika jahe juga sering dijadikan untuk mengobati perut kembung.
6. Jeruk.
Jeruk mengandung asam larut dalam air yang dapat membantu proses pencernaan. Jeruk akan membantu lambung mencerna makanan dengan lebih baik. Selain itu, jeruk juga membantu proses penyerapan nutrisi dari makanan lebih optimal.
7. Bawang Putih.
Gangguan pencernaan sering terjadi karena adanya gangguan sistem kekebalan tubuh. Bawang putih kaya akan kandungan allicin yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Seiring dengan meningkatnya kekebalan tubuh, penyakit-penyakit penyebab gangguan pencernaan juga dapat ditangkal.
Demikianlah beberapa jenis gangguan pencernaan, cara menjaga sistem pencernaan, juga informasi mengenai makanan apa saja yang baik untuk pencernaan. Menjaga pencernaan sangat penting dilakukan agar tubuh tetap sehat dan bugar. Kunci dari sistem pencernaan yang sehat adalah melakukan pola hidup sehat dan juga menjaga pola makan yang sehat.