Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Bidang Lingkungan

 
Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Bidang Lingkungan


Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Bidang Lingkungan

Bidang Lingkungan

a. Biopori

Tahukah Anda apa biopori itu? Pernahkah Anda membuat biopori sendiri di rumah? Kalau belum tahu apa itu biopori dan bagaimana cara membuatnya, kita belajar bareng-bareng yuk.

Biopori merupakan teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan selain dengan sumur resapan. Biopori biasa juga disebut dengan Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata dari IPB. Lubang ini memiliki diameter antara 10-30 cm dan tidak memiliki muka air tanah dangkal. Lubang tersebut kemudian diisi dengan bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi sejenis lainnya yang memiliki fungsi sebagai makanan (sumber energi) makhluk hidup yang ada di tanah untuk melakukan aktivitasnya, seperti cacing dan akar tumbuhan yang akan membentuk lubang di dalam tanah.

Pembuatan biopori sebaiknya dilakukan pada area terbuka yang akan terkena air hujan. Kita bisa membuatnya di halaman rumah, sekitar pepohonan, sekitar tempat parkir, dan tempat terbuka lainnya. Namun demikian, tidak dianjurkan pembuatan biopori di daerah tanah gambut karena tanah gambut telah mengandung banyak air. 

Manfaat Biopori

Pembuatan biopori juga memiliki tujuan agar kita memperoleh manfaat. Berikut ini manfaat yang kita dapatkan jika membuat lubang resapan biopori di halaman rumah atau tempat lain yang terbuka antara lain sebagai berikut: 

  • Menyerap air hujan dan mencegah banjir
  • Dengan biopori tanah menjadi lebih subur
  • Mendaur ulang sampah organik
  • Memperkaya kandungan air hujan, bila sumber air hanya berupa air hujan tanpa tambahan apa-apa berarti kandungannya hanya H2O. Namun setelah diresapkan ke dalam tanah lewat biopori yang mengandung lumpur dan bakteri, air akan melarutkan dan kemudian mengandung mineral-mineral yang diperlukan oleh kehidupan.
  • Membuat keseimbangan alam terjaga, sampah organik yang sering menimbulkan bau tidak sedap dapat tertangani. Penerapan biopori di rumah tangga sangat mungkin dilakukan karena sampah organik dapat dengan mudah ditemukan di dalam rumah.
  • Dapat dipanen menjadi pupuk kompos
  • Air hujan yang terserap ke dalam lubang biopori juga menambah jumlah cadangan air tanah di daerah itu.

b. Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan salah satu bentuk bioremediasi. Fitoremediasi merupakan penggunaan tumbuhan untuk mengalihkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik. Melalui fitoremediasi ini polutan (zat penyebab produksi) seperti logam berat, pestisida, minyak, dan zat lain yang mengotori tanah, air, atau udara dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Keunggulan teknologi ini adalah ramah lingkungan, biaya operasional rendah, mudah untuk diaplikasikan, aman digunakan, tanah dapat menjadi lebih subur dan dapat membuat kualitas lingkungan menjadi lebih baik. Fitromediasi baru berkembang pada awal tahun 1990, yaitu dimulai dari kesuksesan dalam memperbaiki daerah tercemar oleh zat radio aktif sesium (Cs), stronsiun (Sr), dan uranium (U) di Rusia dengan menggunakan tumbuhan bunga matahari. Contoh tumbuhan yang dapat digunakan adalah: bunga matahari, sawi, eceng gondok, padi, tembakau dan lidah mertua.

c. Toilet pengompos (Composting Toilet)

Peneliti LIPI, Neni Sintawardani membuat jamban duduk yang pengoperasiannya tidak membutuhkan air. Jamban rancangan peneliti LIPI itu ditujukan sebagai fasilitas jamban untuk daerah yang kesulitan air. Produk itu juga bisa digunakan sebagai cara menghemat air dan solusi masalah kekurangan sarana sanitasi. Toilet Pengompos (Composting toilet) adalah toilet kering yang menggunakan proses secara aerob untuk menghancurkan atau mendekomposisi feses yang dihasilkan manusia. Toilet pengompos dapat digunakan sebagai pengganti toilet air pada umumnya. Toilet ini biasanya ditambah dengan campuran serbuk gergaji, sabut kelapa, atau lumut tertentu untuk membantu proses aerob, menyerap air, dan mengurangi bau. Inovasi composting toilet atau WC pengompos itu memanfaatkan jasa mikroba untuk mengubah kotoran. Proses dekomposisi ini umumnya lebih cepat dari proses dekomposisi secara anaerob yang digunakan pada septic tank.

d. Teknologi Pemurnian Air (Water Purifi cation )

Pemurnian air merupakan suatu proses penghilangan zat-zat kimia, kontaminan biologis, partikel-partikel padat, dan gas-gas dari air yang terkontaminasi atau kotor. Tujuan dari proses ini yaitu untuk menghasilkan air yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Secara umum, proses pemurnian air merupakan proses kajian fisika, kimia, dan biologi. Secara fisika, pada proses pemurnian air ada proses filtrasi atau penyaringan, sedimentasi, atau pengendapan, dan destalasi atau penyulingan. Secara biologis, ada pemberian korban aktif. Secara kimia, ada pemberian klorin (CI) atau penyiaran dengan sinar ultraviolet (UV). Korban aktif, klorin, dan sinar ultraviolet dapat berperan sebagai pembunuhan kuman yang ada dalam air. Teknologi Pemurnian air ada dua cara yaitu:

1) Teknologi Pemurnian Air sederhana

Pemurnian air dapat dilakukan dengan membuat alat yang berbentuk tabung yang di dalamnya terdapat lapisan-lapisan bahan seperti, ijuk atau sabut kelapa, pasir, arang, batu kerikil, batu dapat juga ditambahkan dengan kapas atau kain katun. Pada penjernihan air dilakukan proses penyaringan kotoran padat yang larut dalam air dengan pasir, kerikil, dan ijuk atau sabut kelapa. Air yang tersaring kotorannya akan melewati arang yang dapat mengurangi kuman-kuman dalam air. Air kotor dapat dituangkan ke dalam tabung melalui bagian atas tabung, selanjutnya air mengalir pada bagian bawah tabung karena adanya gaya gravitasi atau dibantu dengan tekanan dari luar. Selama mengalir ke bagian bawah tabung, air akan mengalami proses penyaringan sehingga pada bagian bawah dapat diperoleh air bersih. 

2) Teknologi Osmosis Balik

Osmosis balik merupakan teknologi pemurnian air yang menggunakan prinsip kebalikan dengan prinsip osmosis. Osmosis balik menggunakan prinsip tekanan untuk mengatasi tekanan osmotic yang terjadi secara alami. Pada proses osmosis, pelarut atau (misalnya air) secara alami berpindah dari daerah yang memiliki konsentrasi zat terlarut (misalnya garam) rendah (encer) melalui suatu membrane menuju daerah yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi atau pekat. Pergerakan alami pelarut ini bertujuan untuk menyamakan konsentrasi zat terlarut pada kedua sisi bagian membrane. Sebaliknya, pada osmosis balik, pelarut seperti air akan bergerak dari larutan yang pekat ke larutan yang encer. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan dari luar sehingga dapat membalik aliran alami.

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator.

Previous Post Next Post