Teks Cerpen |
Teks Cerpen
Membaca Teks Cerpen
Pada pembelajaran ini Anda akan belajar tentang pengertian dan ciri-ciri cerpen, menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, dan menyusun teks cerpen. Sebelum mempelajari hal-hal tersebut, bacalah cerpen Bendera berikut dengan cermat!
BENDERA
Karya Siti Mukaromah
“Mbak, mau sekolah ya, Mbak?”
Aku terkejut mendengar sapaan seorang bocah berpenampilan sangat lusuh berdiri di sampingku. Aku hanya tersenyum ringan menjawab sapaannya. Tanpa merasa terusik oleh kehadiran bocah laki- laki seusia Reza-adik laki-lakiku yang masih duduk di bangku SMP- itu, aku pura-pura tak menghiraukan. Berulang kali aku longokkan wajahku ke arah barat, ke arah datangnya bus kota yang akan mengantarkan aku ke tujuanku, kampusku. Dengan harap-harap cemas kutengok arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, 10 menit sudah aku berdiri di halte bus ini tetapi bus yang kutunggu belum juga muncul.
“Aku pasti terlambat lagi hari ini,” gumamku dalam hati.
“Mbak, benderanya bagus ya, Mbak, warnanya sangat indah,” komentar bocah lusuh itu sambil menunjuk ke ujung tiang bendera yang berjajar di sebelahku. Sekali lagi aku hanya tersenyum mendengar komentarnya yang polos. “Dengan dihiasi bendera-bendera itu Kota Solo tampak meriah, ya Mbak?” Dengan gaya bicaranya yang sok dewasa, bocah itu kembali berkomentar. Lama-lama aku heran juga dengan sikapnya yang tak sedikit pun jemu dengan sikapku yang dingin tak sedikit pun memedulikannya.
“Kapan ya Mbak, Bapak Caleg yang punya bendera ini akan datang ke Solo?” Dengan nada bicaranya yang sok tahu perpolitikan di Indonesia, dia berkomentar.
“Kalau Bapak Caleg datang ke sini, aku akan bersalaman dengannya, dan pasti wartawan akan berebut memfotoku.” Sambil tersenyum-senyum tanpa dosa bocah itu berusaha menarik-narik ujung bendera yang berkibar berjajar memenuhi pinggir jalan di samping halte bus yang telah dipenuhi calon penumpang.
Mendengar komentarnya yang menyentuh hati begitu, akhirnya si bocah lusuh itu pun berhasil menarik perhatianku. Kuperhatikan sosok tubuhnya yang lusuh berdiri bersandar di tiang bendera, salah satu dari tiang-tiang bendera yang berjajar di samping tempatku berdiri. Pakaiannya kumuh, compang-camping, dengan lubang dan tambalan kain di sana-sini. Celana kolornya terlalu besar ukurannya untuk bocah seusia dia, kaus oblong putih atasannya telah berubah warna, ada warna hitam bekas goresan arang, ada warna merah bercampur hijau bekas tumpahan es cao, juga warna cokelat tua pekat bekas cipratan lumpur dari kubangan air di pinggir jalan.
“Mbak, boleh ya kupetik kain bendera itu untuk buat celana kolor yang baru?” Aku hanya menggeleng, mendengar permintaannya.
“Kenapa tidak boleh, Mbak?” desaknya sambil menarik-narik kain lengan bajuku. “Itu kan bukan milikku!” jawabku agak kesal karena aku merasa sedikit risih dan jijik oleh tangannya yang lusuh telah menyentuh pakaianku yang bersih dan harum ini. Dia tampak sangat kecewa dengan jawabanku. Ada nada penyesalan di rona wajahnya, mungkin dia merasa bersalah telah mengotori pakaianku.
“Sudah, coba minta izin ke embak-embak atau mas-mas yang berdiri di sana!” Sambil tersenyum- senyum tak begitu bermakna, bocah lusuh itu segera menuju ke arah yang kutunjukkan dengan telunjuk.
Akhirnya, di bocah lusuh itu pun menghampiri dua gadis remaja berpenampilan necis yang berdiri di depan halte itu. Belum sempat bocah itu menyampaikan maksud hatinya, kedua gadis yang tampak berasal dari keluarga kaya itu segera menyingkir karena merasa jijik dengan kehadiran sosok makhluk yang sangat mengganggu pemandangan itu. Merasa kesal karena tidak dianggap manusia, bocah lusuh itu mengurungkan niatnya. Segera ia menuju tiang bendera yang berjajar rapi dengan warnanya yang seragam melambai-lambai menghiasi hiruk pikuk lalu lintas pagi.
“Hai Bocah, apa yang kau lakukan?” Bocah itu buru-buru menghentikan aktivitasnya ketika di sampingnya telah berdiri sosok pemuda gagah, berperawakan tinggi besar, berkulit kuning bersih, tampan berwibawa, menegurnya dengan suara sangat lantang membuatnya terperanjat.
“Om, saya... saya hanya menginginkan bendera ini untuk dibuat celana.” Dengan gugup dan takut yang amat sangat, bocah itu segera menundukkan wajahnya yang suram.
“Jadi, kau ingin menurunkan bendera-bendera itu, Bocah?” Bocah itu hanya mengangguk dan menjawab pertanyaan lelaki berpenampilan penuh wibawa itu. “Oh..., bagus... bagus....” Lelaki itu mengelus-elus rambut kumal bocah polos itu dengan senyum yang entah apa maksudnya. “Ambil saja semuanya, jangan hanya satu atau dua!” Lelaki penuh wibawa itu berlagak sok jadi pahlawan bagi si bocah lusuh itu. “Warnanya sangat bagus untuk dibuat celana kolor, dan pasti sangat cocok kamu kenakan.”
Merasa mendapat izin dan dukungan dari Dewa Penolong, bocah itu segera melanjutkan usahanya mengambil bendera-bendera itu dari tiangnya untuk segera dapat dibuat celana kolor yang lumayan bagus untuknya. Dengan penuh semangat ia berusaha merobohkan ketegaran tiang-tiang yang tinggi menjulang itu. Akhirnya, “Prakkkk!” Sebuah tiang bendera yang lumayan tinggi telah rubuh di hadapannya, nyaris saja mengenai kedua kakinya. Menyaksikan keberhasilannya merobohkan tiang kokoh itu, si bocah tanpa dosa itu tertawa kegirangan. Ditengoknya sosok lelaki Tetapi, betapa kagetnya bocah itu ketika dirasakan telinga kanannya serasa hampir putus oleh tarikan kuat dari tangan yang sangat kekar. “Hai binatang jelek, apa yang kaulakukan? Jangan main-main ya, bisa-bisa kuputus telingamu yang lebar ini.” Seorang lelaki tinggi, bertubuh kekar, dan berkulit hitam sangat pekat telah berada di sampingnya, wajah garangnya nyaris bersentuhan dengan keningnya yang basah oleh keringat dingin. Kedua bola matanya melotot, memancarkan amarah yang maha sangat. Bocah yang tak seberapa kuat tubuhnya dibandingkan tubuh kekar yang berdiri di sampingnya itu, gemetar ketika bola matanya beradu pandang dengan sorot mata merah melotot seakan- akan mau meloncat keluar dari sarangnya itu. Dengan segera, bocah malang itu berusaha menyelamatkan jiwanya dari siksaan itu, ditariknya kedua tangannya dari tali bendera yang hampir berhasil dilepaskannya dari tiangnya yang telah rubuh itu.
“Mbak, Mbak, Om itu tidak boleh aku mengambil bendera bagus itu.” Tiba-tiba bocah yang tak berdaya lagi itu, jatuh tersungkur di hadapanku, dipegangnya erat-erat kedua kakiku, seakan-akan mohon perlindungan padaku.
Dengan susah payah kubantu bocah malang itu untuk berdiri. Tapi, alangkah terkejutnya hatiku ketika kusaksikan beberapa helai kain yang berwarna-warni jatuh berhamburan dari balik kaus oblongnya yang membungkus perutnya nan buncit. “Mbak, aku akan mengembalikan bendera-bendera ini pada tiangnya agar besok Bapak yang punya bendera ini datang ke sini tidak memarahiku.
Aku tersadar dari keharuanku ketika bus kota yang lama kunanti telah berhenti di hadapanku. Segera kusandarkan tubuhku nan lesu pada jok bus kota yang terasa sangat nyaman. Dari balik jendela bus kota, kusaksikan di sepanjang perjalanan beraneka ragam warna bendera berkibar menghiasi keramaian di jalan raya. Kulihat bayangan bocah lusuh itu di setiap lambaian bendera-bendera itu.
Oleh: Siti Mukaromah (Sumber: harian Solopos, edisi Minggu, 22 Agustus 2007)
Pengertian dan Ciri-ciri Cerpen
Setelah Anda membaca cerpen “Bendera” tersebut dapatkah Anda menjelaskan pengertian cerpen dan ciri-cirinya? Coba Anda tuliskan dalam buku catatanmu, kemudian bandingkan dengan penjelasan berikut.
Cerpen (cerita pendek) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman. Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasib.
Cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut
- Bentuk tulisannya singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
- Terdiri kurang dari 10.000 kata.
- Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain.
- Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.
- Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya saja.
- Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
- Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
- Sanggup meninggalkan kesan mendalam dan mampu meninggalkan efek pada perasaan pembaca.
- Menceritakan satu kejadian, dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib.
- Beralur tunggal dan lurus.
- Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Pada pelajaran ini Anda akan belajar mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerpen. Masih ingat bukan isi cerita cerpen “Bendera”? Unsur-unsur apa saja yang membangun cerpen tersebut? Coba Anda jelaskan? Cerpen dibangun berdasarkan unsur-unsur intrinsik. Perhatikan bagan di bawah ini dengan cermat.
Unsur Intrinsik Cerpen
- Tema
- Latar
- Alur
- Perwatakan
- Sudut Pandang
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:
1. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
2. Latar (setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
3. Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
4. Perwatakan menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui: dialog tokoh, penjelasan tokoh, penggambaran fisik tokoh.
5. Sudut pandang Sudut pandang (point of view) adalah bagaimana cara pengarang menempatkan atau memperlakukan dirinya dalam cerita yang ditulisnya. Apakah ia bertindak sebagai tokoh utama? Apakah ia hanya berperan sebagai pengamat saja? Apakah dia hanya bertindak sebagai penonton?
Penokohan
Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan penokohan? Penokohan adalah bagaimana sang pengarang memberikan watak terhadap tokoh cerita, apakah tokoh itu baik, jahat, cerewet, bijaksana, dan lain-lain. Misalnya, Tokoh Bocah laki-laki dalam cerpen Bendera yang telah Anda baca, antara lain adalah seorang anak kecil yang berpenampilan lusuh dan polos. Watak tokoh tersebut dideskripsikan pengarang melalui penjelasan tokoh lain si “aku”.
Ada beberapa macam dalam melukiskan tokoh cerita, yaitu:
- Melukiskan bentuk lahir dari tokoh /pelaku
- Melukiskan jalan pikiran tokoh/pelaku atau yang melintas dalam pikirannya
- Bagaimana reaksi tokoh/pelaku terhadap kejadian
- Pengarang dengan langsung menganalisis watak tokoh/pelaku
- Melukiskan keadaan sekitar tokoh/pelaku
- Bagaimana pandangan-pandangan tokoh/pelaku lain terhadap tokoh/pelaku utama
- Perbincangan tokoh-tokoh/pelaku-pelaku lain terhadap pelaku utama
- Penjelasan tokoh/pelaku lain terhadap pelaku utama
- Dialog antar tokoh/antar pelaku
- Ucapan-ucapan tokoh/pelaku
Bagaimana watak para pelaku dalam cerpen “Bendera” tersebut? Dengan cara bagaimana pelukisan watak-watak para pelaku tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut bacalah sekali lagi cerpen tersebut. Setelah itu, tentu Anda dapat menyebutkan bagaimana watak-watak para tokoh/ pelaku dan bagaimana pengarang melukiskan watak para tokoh-tokohnya itu. Selanjutnya, coba cocokkan jawaban Anda dengan penjelasan berikut.
1. Tokoh :aku” berwatak tidak peduli atau acuh tak acuh dan cemas. Watak tersebut dideskripsikan melalui jalan pikiran tokoh. Misalnya “Aku hanya tersenyum ringan menjawab sapaannya. Tanpa merasa terusik oleh kehadiran bocah laki- aki seusia Reza -adik laki-lakiku yang masih duduk di bangku SMP- itu, aku pura-pura tak menghiraukan. Berulangkali aku longokkan wajahku ke arah barat, ke arah datangnya bus kota yang akan mengantarkan aku ke tujuanku, kampusku. Dengan harap-harap cemas kutengok arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, 10 menit sudah aku berdiri di halte bus ini tetapi bus yang kutunggu belum juga muncul.
2. Tokoh Bocah laki-laki berwatak sok tahu dan optimis. Watak tersebut dideskripsikan dengan cara penjelasan pengarang dan ucapan tokoh. Misalnya, “Kapan ya Mbak, Bapak Caleg yang punya bendera ini akan datang ke Solo?” Dengan nada bicaranya yang sok tahu perpolitikan di Indonesia, dia berkomentar. “Kalau Bapak Caleg datang ke sini, aku akan bersalaman dengannya, dan pasti wartawan akan berebut memfotoku.” Sambil tersenyum-senyum tanpa dosa bocah itu berusaha menarik-narik ujung bendera yang berkibar berjajar memenuhi pinggir jalan di samping halte bus yang telah dipenuhi calon penumpang.
3. Tokoh Pemuda berwatak gagah, berperawakan tinggi besar, berkulit kuning bersih, tampan, berwibawa, bersuara sangat lantang. Watak tersebut dijelaskan oleh pengarang. Misalnya, “Hai Bocah, apa yang kau lakukan?” Bocah itu buru-buru menghentikan aktivitasnya ketika di sampingnya telah berdiri sosok pemuda gagah, berperawakan tinggi besar, berkulit kuning bersih, tampan berwibawa, menegurnya dengan suara sangat lantang membuatnya terperanjat.
4. Tokoh Lelaki berwatak tinggi, bertubuh kekar, dan berkulit hitam sangat pekat, berwajah garang. Watak tersebut dideskripsikan dengan cara penjelasan pengarang. Misalnya, Seorang lelaki tinggi, bertubuh kekar, dan berkulit hitam sangat pekat telah berada di sampingnya, wajah garangnya nyaris bersentuhan dengan keningnya yang basah oleh keringat dingin.
Menganalisis Unsur Ekstrinsik dalam Cerpen
Pada pelajaran yang lalu Anda sudah menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam cerpen “Bendera”. Pada pelajaran ini, Anda akan menganalisis unsur-unsur ekstrinsik atau nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen tersebut. Apakah Anda tahu yang dimaksud dengan nilai-nilai? Nilai-nilai adalah norma-norma yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya nilai moral, nilai budaya, nilai politik, nilai sosial, dan nilai agama.
Nilai moral yaitu menyangkut tingkah laku atau budi pekerti yang baik maupun yang buruk. Nilai budaya berhubungan dengan kebiasaan, adat istiadat, atau kepercayaan-kepercayaan terhadap sesuatu hal. Nilai politik adalah nilai yang berhubungan dengan pemerintahan, organisasi, dan partai.
Nilai sosial, terkait dengan rasa kebersamaan dan saling membantu sesamanya. Sedangkan, Nilai agama berhubungan dengan ajaran-ajaran agama tertentu.
Setelah Anda membaca cerpen “Bendera”, coba tentukan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam cerpen tersebut? Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara lain adalah nilai moral, misalnya si Aku yang bersikap acuh tak acuh kepada si bocah ketika si bocah mengajak berkomunikasi. Nilai sosial, misalnya seorang laki-laki gagah yang mengizinkan si Bocah untuk mengambil semua bendera. dan nilai politik, misalnya seorang laki-laki gagah adalah orang dari partai sebagai pesaing partai yang memasang bendera itu. Laki-laki tinggi adalah orang dari partai yang memasang bendera.
Menyusun Teks Cerpen
Pada Kegiatan Belajar sebelumnya Anda telah belajar mengidentifikasi isi, nilai-nilai atau unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik cerpen. Pada pelajaran ini Anda akan belajar mengontruksi atau menulis teks cerpen dengan memerhatikan unsur ekstrinsik dan intrinsik cerpen.
Bagaimana langkah-langkah mengontruksi atau menulis sebuah teks cerpen? Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tema
Pilihlah tema yang menarik dan bermakna. Artinya, tema yang akan kita pilih harus menarik untuk dibaca dan bermanfaat untuk para pembaca. Tema cerpen yang paling mudah dikembangkan biasanya tema yang berhubungan dengan pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain.
2. Menyusun sinopsis
Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sinopsis teks cerpen adalah tokoh yang akan berperan, konflik yang akan dimunculkan, dan keruntutan dalam menjalin peristiwa.
3. Menulis teks cerpen
Dapatkah Anda menulis teks cerpen? Tentu bisa bukan? Bagaimana caranya? Menulis teks cerpen dimulai dengan menentukan tema, kemudian menyusun sinopsis, dan menulis teks cerpen berdasarkan sinopsis yang telah Anda buat dengan memerhatikan unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
Mempresentasikan Teks Cerpen
Setelah Anda menyusun teks cerpen, coba presentasikan hasil pekerjaan tersebut secara bergantian di depan kelas untuk ditanggapi teman-teman.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam presentasi adalah sebagai berikut!
- Siapkan alat peraga seperti laptop dan LCD!
- Siapkan teks cerpen yang telah dibuat dalam bentuk powerpoint!
- Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika presentasi
- Bagi pendengar, tanggapi teks cerpen tersebut untuk bahan perbaikan.
Merevisi Teks Cerpen
Setelah Anda mempresentasikan teks cerpen yang telah dibuat, tentu sekarang sudah mendapat masukan dari teman-teman untuk perbaikan teks cerpen tersebut. Sekarang coba Anda perbaiki teks cerpen tersebut dengan memerhatikan masukan dari teman-teman, struktur teks cerpen, aspek kebahasaan, ejaan, dan tanda baca yang digunakan dalam teks tersebut.