Menulis Kritik dan Esai |
Menulis Kritik dan Esai
Sistematika Kritik dan Esai
Sistematika kritik dan esai tersebut adalah sebagai berikut
a. Orientasi /Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi ikhtisar isi cerpen dan permasalahannya
b. Tafsiran Isi
Bagian isi mengungkapkan tafsiran tentang penokohan, gaya bahasa
c. Evaluasi
Bagian evaluasi mengungkapkan kekurangan dan kelebihan isi cerpen.
d. Rangkuman
Bagian penutup berupa simpulan dan saran apa yang harus dilakukan pengarang.
Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai
Setelah Anda memahami sistematika dan isi informasi dalam kritik dan esai, selanjutnya Anda akan mempelajari aspek atau ciri kebahasaan yang digunakan dalam kritik dan esai. Untuk itu dapat ditemukan aspek kebahasaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Verba, baik verba aktif maupun verba pasif
Cermati kalimat berikut.
1) Natasya bisa menggambarkan kisahnya dengan cukup memikat.
2) Mengapa guru? Karena priyayi orang terpandang yang dilihat dari kepintarannya.
Kata yang bercetak miring merupakan jenis verba. Verba dapat berbentuk verba aktif pada kalimat (1) dan verba pasif pada kalimat (2).Verba aktif menggunakan awalan me-, sedangkan verba pasif berawalan di
2. Kosa kata serapan asing dan istilah
Cermati kalimat-kalimat berikut.
1) Sebagai sebuah penomena kebudayaan, priyayi telah menjadi status kelas, world view, dan bahkan life style.
2) Keempat, kebanggaan keluarga sastro pada gilirannya telah menjadi satu lukisan mozaik penuh warna dengan Islam sebagai background-nya
Kata bercetak miring dalam kalimat tersebut merupakan kata serapan dan istilah. Untuk mengetahui maknanya tentu kita harus membuka kamus (KBBI) atau kamus Bahasa Inggris.
3. Nomina
Cermati kalimat berikut.
1) Perubahan karakter Pak Muh yang sangat frontal sedikit mengganggu.
2) la hanya membutuhkan lebih banyak lagi bacaan untuk memperluas cakrawala pengetahuan.
Nomina adalah kata benda. Nomina terdiri atas nomina dasar dan nomina turunan. Teks kritik dan esai banyak menggunakan jenis nomina, baik nomina dasar maupun nomina turunan, seperti yang terdapat dalam contoh kalimat di atas. Perhatikan kata-kata yang bercetak miring. Nomina dasar adalah kata benda yang belum mendapat imbuhan. Sedangkan, nomina turunan adalah kata benda yang sudah mendapat imbuhan.
4. Adjektiva
Perhatikan kalimat berikut!
Kelemahan kecil lainnya adalah berubahnya secara tiba- tiba karakter Pak Muh yang awalnya digambarkan sangat lembut dan ramah, menjadi pendiam dan kaku karena usahanya bangkrut.
Teks Kritik dan esai banyak menggunakan jenis adjektiva (kata sifat atau kata keadaan) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang. Kata-kata yang bercetak miring dalam kalimat di atas adalah adjektiva.
5. Konjungsi
Cermati kutipan teks esai berikut
(1) Memang, pada zaman Belanda guru adalah profesi prestisius, karena bisa mengantarkan orang ke dunia kepriyayian. (2) Gajinya saja seratus sepuluh gulden. (3) Jumlah itu, menurut empu pendidikan Indonesia, Slamet Iman Santoso, lebih besar daripada gaji dokter. (4) Bisa dibayangkan, dengan gaji sebesar itu, seorang guru adalah orang sangat berkecukupan di zamannya. (5) Apalagi, Sastro menuruti nasihat bapaknya untuk tidak tergantung pada gaji saja. (6) Ia masih bertani sedikit-sedikit. paling tidak, untuk keperluan dapur dan perut, ia tidak perlu berpikir lagi. (7) Oleh karena itu, ia memanfaatkan tegalan belakang rumah sebagai sarana bercocok tanam keluarganya. (8) Ketika memandang priyayi sebagai sebuah fenomena, maka ada sejumlah ciri yang mesti diwujudkan atau paling tidak diyakini oleh seorang priyayi sebagai atribut kepriyayiannya. (9) Oleh karena itulah, Kayam merasa hal ini penting untuk diartikulasikan kembali lewat cerita yang diciptakannya.
Konjungsi adalah kata penghubung. Konjungsi terdiri atas konjungsi koordinatif, subordinatif, antarkalimat, dan antarparagraf. Lihatlah kata-kata yang bercetak miring dalam kutipan esai tersebut.
Konjungsi koordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan unsur-unsur kalimat yang setara, seperti konjungsi dan pada kalimat (6) dan konjungsi atau pada kalimat (8).
Konjungsi subordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan unsur-unsur kalimat yang bertingkat, seperti konjungsi karena pada kalimat (1), untuk pada kalimat (5).
Konjungsi antarkalimat adalah kata penghubung yang menghubungkan kalimat dengan kalimat lainnya, seperti konjungsi apalagi pada kalimat (5), oleh karena itu pada kalimat (7 dan 9).
Konjungsi antarparagraf adalah kata punghubung yang menghubungkan paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya. Misalnya, konjungsi ketika yang terdapat pada awal paragraf kedua atau kalimat (8)
6. Pronomina
Cermati kalimat berikut!
1) Hasilnya? Sungguh membanggakan! Karena pada suatu hari, Soedarsono kembali dari belajarnya dan di tangannya tergenggam beslit guru bantu di Ploso. Itu berarti, ia adalah orang pertama dari keluarga besar Martodikromo yang berhasil menjadi priyayi.
2) Apa yang makna hidup yang mereka perjuangkan dan mereka yakini sebagai legitimasi kepriyayian?
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina yang lain. Teks kritik dan esai banyak menggunakan pronomina orang ketiga, seperti ia dan –nya pada kalimat (1) dan mereka pada kalimat (2).
Menulis Kritik dan Esai Yang Baik
Pada pembelajaran sebelumnya, Anda telah mempelajari pengertian, ciri-ciri, isi, bagian (sistematika), dan kaidah kebahasaan kritik dan esai. Pada pembelajaran ini, Anda akan belajar mengonstruksi/ menulis kritik dan esai yang baik. Bagaimana cara membuta kritik dan esai yang baik? Silakan Anda pelajari langkah-langkah berikut ini.
Langkah-langkah membuat kritik dan esai
1. Memilih karya sastra
Sebelum menyusun kritik atau esai, Anda harus memilih naskah karya sastra, misalnya, cerpen atau novel. Memilih cerpen atau karya sastra harus yang menarik untuk dibaca agar mudah untuk dikembangkan.
2. Membaca karya sastra
Cerpen atau novel yang kita pilih, hendaknya dibaca dengan cermat. Catatlah intisari cerita, permasalahan yang berhubungan dengan unsur intrinsik atau ekstrinsik; kekurangan dan kelebihan isi yang terkandung dalam cerpen atau novel tersebut.
3. Menyusun kerangka
Menyusun kerangka harus sesuai dengan unsur-unsur kritik atau esai. Susunlah kerangka yang dimulai dengan pembuka, isi, dan penutup.
4. Mengumpulkan data
Sebelum mengembangkan kerangka, kita harus mengumpulkan bahan-bahan referensi pendukung untuk keperluan kritik atau esai yang kita susun. Misalnya, latar belakang cerpen atau novel yang akan kita buat kritik atau esainya, latar belakang pengarang cerpen atau novel, aspek pengetahuan dan pandangan pengarang cerpen atau novel tersebut.
5. Mengembangkan kerangka kritik atau esai
Kerangka yang sudah disusun dikembangkan menjadi sebuah kritik atau esai dengan memerhatikan unsur-unsur, pengetahuan dan pandangan penulis cerpen atau novel.
6. Merevisi tulisan
Kritik atau esai yang sudah kita tulis harus dibaca ulang dan diedit konten, kesalahan ejaan, dan tanda baca sehingga tulisan kita layak dibaca orang lain.